Press ESC to close

Ilusi Hari Tanpa Tembakau Sedunia

WHO pada tahun 1987 berdasarkan resolusi WHA40.38 menyerukan sebagai Hari Anti Rokok Sedunia. Pada tahun 1988 berdasarkan resolusi WHA42.19 Majelis Kesehatan Dunia meresmikan tanggal 31 Mei sebagai Perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Muncul pemikiran dalam benak kita, mengapa WHO mengeluarkan resolusi semacam itu? Hari Tanpa Tembakau Sedunia telah mengalami penyempitan istilah, memang tembakau adalah bahan baku utama rokok yang akhir-akhir ini menjadi global enemy bagi dunia kesehatan terutama. Artinya WHO memandang Tembakau sama dengan Rokok, padahal rokok adalah produk yang dihasilkan dari tembakau, Perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia adalah bukti bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, karena dia tidak mampu memikirkan apa yang telah diciptakan untuknya.

Tuhan menciptakan alam seisinya pasti mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia, begitu juga dengan tembakau. Sebagai ciptaan-Nya tembakau telah memberikan manfaat tiada terkira bagi kehidupan manusia, paling tidak di Indonesia, ketika musim kemarau tiba petani tidak bisa menanam apapun karena tanahnya sangat kering. Tembakau dapat hidup dan berkembang dengan bagus di saat musim seperti ini. Kretek yang telah menjadi budaya di Indonesia mempunyai andil cukup besar untuk menolong kehidupan para petani pada saat musim kemarau, karena petani tidak mempunyai komoditas tanaman apapun untuk dijual karena lahan keringnya tidak bisa ditanami.

Hari anti tembakau bukanlah perayaan yang mempunyai sejarah panjang seperti hari besar lainnya yang diperingati umat manusia. Baru 25 tahun yang lalu perayaan ini diinisiasi oleh sebuah lembaga yang menaungi masalah kesehatan umat manusia di seluruh dunia. Lembaga itu sepakat menganggap tembakau sebagai musuh kesehatan masyarakat, dimana tembakau sebagai ciptaan Tuhan yang telah terbukti menyejahterakan masyrakat di berbagai belahan dunia harus dimusuhi karena dianggap menyebabkan berbagai macam penyakit dan dianggap sebagai biang kematian manusia.

Baca Juga:  Soal Pelajar Merokok, Guru Harus Edukatif Bukan Unjuk Kekuatan

Tahun ini WHO mengambil tema “STOP TOBACCO INDUSTRY INTERFERENCE” dan di Indonesia peringatan Hari Tanpa Tembakau di Indonesia mengambil tema “LINDUNGI TUBUHKU LINDUNGI GENERASIKU”. Dua tema yang diusung dalam peringatan hari tanpa tembakau tahun ini baik secara internasional maupun secara nasional bertujuan memangkas kekuatan dan keberdayaan industri sektor tembakau. Industri sektor tembakau di Indonesia yang sejak bangsa ini belum merdeka telah terbukti menyejahterakan pelaku industri dan memberikan sumbangsih yang besar bagi perekonomian Indonesia. Orang Indonesia mempunyai tradisi menanam tembakau ataupun mengkonsumsi tembakau, menemukan manfaat lain dari tembakau yang telah mereka olah dengan nalar pikirannya disesuaikan dengan kekayaan alam negeri ini. Kretek adalah wujud bagaimana orang Indonesia mampu memanfaatkan karunia Tuhan dengan maksimal.

Upakara bangsa Indonesia ini terhadap tembakau tidak hanya pada zaman dulu, saat ini di Indonesia tembakau yang dianggap musuh kesehatan bersama justru menjadi obat yang cukup mujarab. Tembakau telah dibuktikan sebagai obat penyembuh kanker, yang di seluruh dunia khasiat tembakau sengaja disembunyikan atau malah tidak digubris sama sekali. Sejarah telah membuktikan khasiat dari tembakau sebagai penyembuh berbagai macam penyakit, namun oleh kaidah kesehatan modern yang diambil dari peradaban negara-negara barat dianggap sebagai penyebab kematian bagi umat manusia. Hal ini jelas membuktikan bahwa untuk memaksakan kepentingan mereka segala cara dipakai, termasuk menistakan apa yang telah diciptakan Tuhan kepada umat manusia untuk diambil manfaatnya.

Sesungguhnya ada apa dibalik semua ini? Sejak dikeluarkannya sebuah keragka kerja pengendalian tembakau atau yang lebih dikenal dengan Framework Convention of Tobacco Control atau sering disingkat dengan FCTC posisi tembakau dipinggirkan hingga tanaman ini dianggap tidak mempunyai manfaat sama sekali. Hal ini sangat berkaitan erat dengan beberapa agenda-agenda penguasaan seluruh sumber daya alam oleh negara-negara maju. Tembakau sebagai sebuah komoditi yang mempunyai nilai cukup tinggi daripada komoditas pertanian lainnya adalah pintu masuk yang sangat strategis untuk mematikan perekonomian-perekonomian negara berkembang di seluruh dunia. Mereka sadar bahwa tembakau mempunyai manfaat sangat besar bagi negara-negara berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Baca Juga:  Beda Dengan Menkeu, Bea Cukai Justru Berterimakasih Pada Industri Tembakau

Di setiap belahan dunia, masyarakat setempat mempunyai budaya yang berkaitan dengan tembakau ini. Di Kuba mereka mempunyai tradisi cerutu, di India mempunyai tradisi biddies dan di Indonesia mempunyai tradisi kretek.  Di setiap negara, tradisi yang berakar dari tembakau ini mampu berperan sebagai penopang ekonomi bagi negara di mana tradisi itu berasal. Di Indonesia sumbangsih yang diberikan oleh sektor tembakau cukup signifikan bagi pemasukan ekonomi negaranya. Dari pemasukan cukai sebesar 62 triliun adalah pemasukan terbesar dari sektor industri rokok, makanan dan minuman bahkan mampu mengalahkan pemasukan yang diberikan oleh sektor industri pertambangan. Keberdayaan perekonomian sebuah negara adalah musuh negara-negara industri maju yang mempunyai sifat serakah.

Memang sepertinya ini masalah sepele, hanya tembakau, yang ditanam oleh para petani di pelosok-pelosok desa yang jauh dari keramaian kota. Ketika tembakau mampu menyejahterakan para petani dari seluruh pelosok negeri ini akankah kita hanya akan berpangku tangan melihat karunia Tuhan ini dihilangkan dari bumi Nusantara entah demi kepentingan siapa?

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara