Press ESC to close

Tembakau dan Jawa Timur Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Selama ini tembakau selalu identik dengan Temanggung. Dalam dunia pertembakauan, ada idiom yang menyatakan kalau jenis tembakau hanya ada dua, yakni tembakau temanggung dan temanggungan. Hanya ada tembakau dari Temanggung dan yang bukan dari Temanggung. Apalagi ada satu tembakau terkenal dengan cita rasa kuat bernama Srtintil yang berasal dari Temanggung.

Meski begitu, tembakau bukan hanya perkara Temanggung. Masih ada banyak daerah yang hidup bersama tembakau. Seperti Deli, Jember, Madura, serta Lombok. Beberapa daerah tadi adalah daerah penghasil tembakau dengan kualitas yang tak kalah dari Temanggung.

Tembakau Deli, misalnya, menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Sumatra Utara. Tembakau ini menjadi andalan bagi produksi cerutu dunia. Begitu juga Jember. Mereka menghasilkan tembakau berkualitas untuk produksi cerutu.

Di Jawa Timur, terdapat beberapa daerah yang menghasilkan tembakau seperti di Madura, Jember, serta Situbondo. Tembakau yang dihasilkan Jawa Timur pun tak kalah kelas dengan tembakau yang dihasilkan temanggung. Jika Jawa Tengah memiliki tembakau Srinthil dari Temanggung yang bisa dihargai hingga Rp1 juta per kilonya, maka Jawa Timur punya tembakau Campalok dari Madura yang harganya tak kalah dari Srinthil.

Baca Juga:  Isu Negatif Soal Rokok Rentan Menjadi Mainan Media

Pada 2015, Jawa Timur menghasilkan sekitar 75 ribu ton daun tembakau sekaligus menjadi salah satu daerah yang produksi tembakaunya terbesar di Indonesia—selain Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Belum lagi 27 persen hasil perkebunan di Jawa Timur berupa tembakau. Maka, tak ayal, begitu banyak masyarakat yang hidup dari pertanian tembakau.

Tak hanya menghasilkan tembakau, tapi Jawa Timur juga terkenal sebagai produsen kretek. Jika sentra produksi kretek di Jawa Tengah terletak di Kudus, maka Jawa Timur memiliki banyak pabrik yang tersebar di wilayahnya. Ada Gudang Garam di Kediri, Bentoel di Malang, serta Sampoerna di Surabaya. Ketiga pabrik kretek besar itu adalah simbol dari setiap kota tempat mereka berproduksi.

Kediri dan masyarakatnya hidup bersama Gudang Garam. Pun dua pabrik lainnya. Sama seperti masyarakat Kudus yang hidup bersama Djarum, Sukun, serta ratusan pabrik kretek rumahan lainnya. Nah, untuk pabrik kelasan menengah hingga rumahan, Jawa Timur tak kalah dengan Kudus. Mereka memiliki ratusan pabrik kretek yang tersebar dari Bondowoso, Jember, Probolinggo, hingga Tulung Agung.

Dalam urusan cukai, empat tahun belakangan, kontribusi pendapatan cukai rokok Jawa Timur pada tingkat nasional meningkat konsisten. Pada 2010 mencapai Rp33,1 triliun, kemudian pada 2011 mencapai Rp39 triliun. Di tahun berikutnya, cukai rokok Jawa Timur naik menjadi Rp43 triliun dan pada 2013 lalu kembali naik menjadi Rp51,3 triliun. Dari angka tersebut, Jawa Timur memperoleh 2% pendapatan cukai setiap tahunnya.

Baca Juga:  Diskriminasi Perokok Dalam Pendidikan

Oleh Karena itu, masyarakat Jawa Timur tak bisa lepas dari kretek dan tembakau. Mereka telah lama hidup bersama tembakau. Mulai dari kiai, santri yang berada di pesantren hingga masyarakat perkotaan. Mulai dari petani tembakau hingga pedagang asongan. Semua tak bisa dipisahkan dengan tembakau karena tembakau sudah menjadi kehidupan masyarakat Jawa Timur.

Erika Hidayanti

Erika Hidayanti

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Aktif di lembaga pers mahasiswa dan akun @erikaekaa