Press ESC to close

Hari Perempuan Sedunia: Tuntutan Hak Perempuan dalam Merokok

Stereotipe itu bisa diyakini siapapun, hanya karena sudah menjadi kehendak umum. Meski itu tak selamanya benar.  

Selang sehari, sejak kemarin kita diingatkan tentang hari Wanita internasional. Hari yang konon bersejarah sebab telah menyimpan rekam jejak perempuan, baik dalam memperjuangkan haknya maupun kontribusi mereka pada kehidupan.

Wikipedia mencatat Hari Wanita Internasional (International Women’s Day) kali pertama dirayakan pada 28 Februari 1909 di New York oleh Partai Sosialis Amerika Serikat. Hingga 1913, perempuan Amerika terus merayakan hari perempuan pada 28 Februari.

Pada 8 Maret 1917, demonstrasi dilakukan oleh perempuan di Petrograd menuntut kematian lebih dari 2 juta tentara Rusia dalam perang yang memicu terjadinya revolusi Rusia. Hari itu kemudian dijadikan Hari Perempuan Internasional di Rusia sekaligus dijadikan hari libur nasional. Dan dijadikan perayaan di negara-negara sosialis maupun komunis.

Pada 1977, Hari Perempuan Internasional kemudian diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh organisasi dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.

Melalui hastag #BeBoldChange atau berani untuk perubahan, International Women’s Day tahun ini menuntut beberapa hak terhadap perempuan. Mulai dari kampanye kesetaraan gender dalam olahraga, pendidikan, dunia kerja, hingga seni.

Di Arab Saudi, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan gerakan untuk mendorong perubahan peran wanita dalam ranah sosial. Alwaleed Philantrhophies, sebuah yayasan amal yang memberdayakan perempuan, rencananya akan menggelar konferensi pada 11 Maret mendatang. Dengan tema “Saudi Women Can”, konferensi itu akan membahas berbagai tema seputar upaya mendorong perubahan peran wanita di Saudi.

Baca Juga:  Rokok Ilegal Menghancurkan Peradaban Bangsa Indonesia

Di London, Inggris, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan dengan menggelar aksi Stand up to #ArtWorldSexism di Trafalgar Square. Aksi itu menyoroti dunia seni modern, dimana ketidaksetaraan gender antara seniman laki-laki dan perempuan dalam dunia seni masih terlihat signifikan. Di Los Angeles, Amerika Serikat, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan menggelar diskusi bertema International Women’s Day Lightning Talks. Diskusi ini membahas karir dan seputar teknologi di dunia wanita bekerja.

***

Google telah membantu kita mengingat semua peristiwa masa lampau yang dinilai memiliki nilai sejarah. Padahal, kita tak tahu mengapa semua itu dianggap penting, dan kenapa pula kita harus mengingatnya; siapa yang memperingati dan untuk siapa itu diperingati; dianggap penting untuk satu kelompok dan dilupakan oleh kelompok yang lain.

Kasusnya agak lama. Seorang teman saya menceritakan pengalamannya, tentang beberapa kawannya, sesama lelaki, saat melihat perempuan merokok. Nyatanya, memang tak sedikit di antara mereka yang masih memiliki stereotip negatif terhadap perempuan yang merokok. Ini bukan riset ilmiah. Dan tentu saja, saya tak meminta Anda untuk mempercayainya. Tapi, sebagai perokok, kasus model begini memang menjadi sebuah hal yang lumrah.

Tradisi masyarakat kita agakanya memang belum menerima betul soal hak dan pilihan perempuan untuk merokok. Kecuali bagi masyarakat kota yang lazim dengan pertukaran budaya, umumnya masyarakat kita masih memandang negatif sikap perempuan dalam merokok.

Baca Juga:  Desa Marikurubu, Penghasil Cengkeh Afo di Maluku Utara

Itulah stereotip. Ia tak mengenal nilai. Urusan benar dan salah, adalah soal kehendak umum. Ia tak memberikan ruang sedikit pun bagi akal sehat untuk menimbangnya.

Saya pernah bertemu salah satu keluarga. Si perempuan, adalah Ibu dengan dua anak kecil. Ia seorang perokok. Dan saya menghargai pilihannya untuk merokok. Tapi saya lebih menghormatinya karena tidak merokok di depan anak-anaknya.

Apa pasal? Bagi saya, selain menjadi hak, merokok adalah urusan tanggung jawab pribadi. Jadi tak ada korelasi dengan nilai-nilai moralitas seseorang. Merokok tak mengenal jenis kelamin; laki-laki, perempuan. gay. Homo atau siapapun tentu saja boleh merokok selagi ia bisa menghormati sesamanya yang tidak merokok. Lebih-lebih pada anak kecil.

Sebagian besar negara memang merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tahun ini dengan tradisi dan perayaan yang berbeda, termasuk di Indonesia. Meski tentu saja umumnya adalah menuntut hak-hak perempuan di ranah sosial yang rentan mengalami diskiriminasi, terutama dalam urusan kekerasa seksual; salah satunya hak perempuan untuk merokok.

Thohirin

Thohirin

Mahasiswa UIN Jakarta, aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Institut