Search
sejarah pemantik

Mengulik Sejarah Pemantik

Dari seukuran lampu petromak, pemantik kini bisa digenggam dan mengisi kantong para perokok.

TIGA lelaki terkurung dalam sebuah goa dengan “pasangan” masing-masing. Lelaki pertama ditemani perempuan-perempuan cantik, lelaki kedua minuman keras, lelaki ketiga ratusan pak rokok. Siapakah yang masih hidup 10 tahun kemudian? Ternyata lelaki ketiga yang masih sehat wal afiat. Pasalnya, dia terkurung bersama ratusan pak rokok tanpa korek api.

Kisah di atas memang hanya banyolan yang beredar di tengah masyarakat. Namun apa artinya rokok tanpa korek api? Bagi perokok berat, ini seperti kiamat.

Usaha “membuat” api oleh manusia telah berlangsung lama. Korek api bermedia potongan kayu pinus kecil berlapis belerang diperkirakan sudah digunakan masyarakat Tiongkok sejak 577. Ia menghasilkan api untuk memasak, menyalakan lampu minyak, dan lain-lain. Belakangan muncul pemantik, yang begitu akrab atau identik dengan perokok. Orang Indonesia menyebutnya korek api gas.

Pemantik diperkenalkan ahli kimia asal Jerman Johan Wolfgang Doberiner pada 1816 yang diberi nama “Doberiner′s Lamp”. Pemantik ini tak menggunakan butana atau minyak sebagai bahan bakar melainkan hidrogen. Selain itu, ia memakai platinum sebagai katalis (digunakan untuk memulai perubahan kimia dari bahan bakar untuk api). Akibat penggunaan platinum, pemantik ini berharga mahal. Hanya perokok dari kalangan atas yang mampu memilikinya.

Ukurannya juga sangat besar. Tampilannya mirip lampu petromak. Ia biasa ditaruh di meja, saat digunakan maupun tidak. Penggunaan bahan bakar hidrogen, yang dianggap “keras” karena memiliki daya bakar tinggi, kian membuatnya tak populer.

Meski begitu, di masa itu Doberiner’s Lamp menjadi kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya. Ia menjadi penanda status sosial. Ia kerap dijadikan hadiah di kalangan sosialita perokok kelas atas.

Baca Juga:  Tipe Modal Perokok Saat Nongkrong

Pada 1903 batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api. Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label “Wonderlitte”.

Pada 1920, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata “Zippo” digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata “zipper” (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.

Baca Juga:  Perkara Etika Tongkrongan Perokok bagi Orang Madura

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.

Memasuki 1940, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas “kekuatan” apinya.

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 saat para ilmuwan Prancis menemukan media “Piezoelektrik” yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh “roda besi” kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik. Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.

Saat ini pemantik hadir dengan beragam tipe api yang dihasilkan. Ada yang bertipe api obor, ada pula seperti semburan api dari mesin pesawat jet. Selain itu, karena harganya murah, kita dapat menjumpai pemantik seharga Rp 1.000. Jika mau terkesan wah, Anda bisa pilih pemantik berkelas ala Zippo yang berharga mahal. Yang jelas, pemantik kian akrab dan tersimpan di kantong para perokok.

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)