Press ESC to close

Wisata Kretek : Peringatan Hari Kretek di Lereng Sumbing

Dirgahayu #HariKretek ! Tepat sehari setelah peringatan Hari Batik Nasional, semangat peringatan #HariKretek pada 3 Oktober yang lalu jelas bukan tanpa alasan. Ada dua kesamaan kretek dan batik. Pertama, sama-sama produk asli Indonesia. Dan kedua, sama-sama cocok dirayakan di segala suasana. Dalam suka maupun duka, seperti aku dan kamu genk. Semoga tidak berakhir tragis seperti kisah Roro Mendut dan Pronocitro, yes. Karakter Indonesia ada di keduanya, Kretek dan batik.

Batik bukan cuma cocok dipakai hari Jum’at. Dan kretek bukan cuma pas dinikmati sebatas bersama kopi dan cemilan, bersama mantan atau gebetan. Dan peringatan #HariKretek 2014 kali ini, yang dirayakan bersama para selebtwit pada #WisataKretek adalah perayaan yang berbeda dari tahun sebelumnya. Masih sebangun dengan semangat awal Haji Jamhari, mencampur tembakau dan cengkeh sebagai penyembuh. Bukan pembunuh.

Sesungguhnya umat #WisataKretek, maaf, sebagai sesama umat manusia saya lebih nyaman menyebut umat dibanding sekawanan apalagi gerombolan. Karena selebtwit seperti cak @rusdirusdi, @thebolski, @AgusMagelangan, @antolele, @iwnjw, @arinakw, @rasarab, @ndesopetualang, @masbenx, @rifqidab, @NDIGUN, @irlegal, @arlianbuana, @bernadsatriani, @alfagumilang, juga @arman_dhani bukanlah gerombolan penyebar onar, atau sekawanan nyamuk pencuri lelap.

Saya dan mereka adalah orang-orang setipe. Sebab umat #WisataKretek selain punya rasa penasaran yang tinggi, syahwat kopidaratnya juga sangat kuat. Kalau soal kopi lainnya sih bisa dibeli di mana suka. Pada #WisataKretek ini, soal kopidarat begitu terasa kekentalannya. Tapi bagi cak @rusdirusdi dan @AgusMagelangan tentu itu pengecualian. Kekentalan keduanya bukan karena haus wisata aktual, tapi karena sama-sama pengagum film jadul AADC (Ada Apa Dengan Cretek).

30 September 2014 adalah hari bersejarah bagi umat #WisataKretek. Keberangkatan dari @WarungMasKali dilakukan setelah semua kenyang. Sepiring pecel dan dua gelas Kawista kandas ditangan saya. Perjalanan bus menuju Kudus dipenuhi haha-hihi dan nyemal-nyemil di sana-sini. Tiba di Taman Bojana Kudus, hidangan serba kerbau; soto kerbau dan pindang kerbau ludes dirampok perut umat yang lapar. Panitia pun sempat kerepotan untuk membayarnya. Karena umat #WisataKretek rata-rata mengidap sindrom ajimumpung yang kronis.

Tempat penginapan umat #WisataKretek ini terbilang asoy lho, genk. Tiap umat dapat kesempatan tidur bareng. Bayangkan orang yang serba pas-pasan seperti saya, bisa tidur bareng pemrednya @Liputan9.

Baca Juga:  Ternyata Tembakau Mampu Melenyapkan Sakit Gigi

Paginya, persis 1 Oktober umat dijemput, bukan ke lubang buaya, tapi ke pabrik kretek unit SKT (Sigaret Kretek Tangan) Karang Bener. Seleb banget, yes, umat pakai dijemput segala. Disana, ada lebih dari 2000 buruh linting. Masing-masing buruh, mampu membuat 8000 batang kretek sehari.

Melihat itu, hasrat narsis @thebolski dan @arinakw pun tak terbendung. Termasuk saya dan @alfagumilang. Jarang-jarang loh, genk, foto bareng di pabrik SKT sama para pahlawan devisa.

Selanjutnya, umat #WisataKretek mengarah ke unit SKM (Sigaret Kretek Mesin). Di tempat ini, ada 4 buah mesin yang dapat memproduksi 200 juta batang/hari dengan perolehan hasil 50 milyar sehari, dan akan langsung masuk ke APBN. Sayang, di unit SKM umat dilarang foto-foto. Buruh yang tampak cuma sejumlah operator mesin dan beberapa tenaga bantu yang bisa dihitung jari. Dari unit SKM, umat melanjutkan wisata ke PPT (Pusat Pembibitan Tanaman). Di Oasis Kretek Factory ini, umat mendapat banyak kesempatan ngadem sambil belajar banyak hal tentang bibit-bibit tanaman, yang merupakan bagian dari program bhakti lingkungan serta penghijauan.

Seakan tak kenal lelah, umat #WisataKretek juga diajak ke rumah adat Kudus, yang serba antik nan eksotis eksterior juga interiornya. Tak lama menghijaukan mata, acara main bulutangkis di pusat pembibitan atlet bulutangkis adalah ajang mandi keringat buat umat #WisataKretek. Di pusat pembibitan atlet ini terdapat sejumlah foto pahlawan bulutangkis Indonesia seperti Liem Swie King. Malamnya umat melingkar dalam acara sarasehan bersama Mas @noegeese vokalis Letto dan budayawan Kudus Pak Najib Hasan. Tema Menjadi Kreatif Menjadi Indonesia sungguh mencerahkan umat.

Kamis paginya, kunjugan ke Pabrik Kretek Sukun yang memproduksi rokok klobot legendaris pun tak dilewati oleh umat #WisataKretek. Rokok yang disukai nelayan itu persebarannya laris di sekitaran Pantura. Ada 7000 pekerja yang rata-rata perempuan berusia sepuh. Rata-rata mereka sudah bekerja lebih dari 10 tahun di sana.

Tentu belum komplit rasanya selagi di Kudus jika tak mampir ke Museum Kretek. Museum yang meyimpan 1195 koleksi mengenai sejarah kretek ini, merupakan satu-satunya museum rokok di Indonesia. Di Museum Kretek umat pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan bernarsis ria sebagai cinderamata.

Baca Juga:  Bagi Masyarakat Aborigin Rokok Itu Suci

Sore harinya, dari Kudus, bus bergegas menuju Temanggung. Di alun-alun Temanggung umat dijemput sejumlah mobil setelah menikmati suguhan spesial a la Mas Agus Parmuji, memenuhi kebutuhan melanjutkan destinasi wisata berikutnya. Jalan menuju lokasi lumayan jauh dan berliku. Di balai desa Legok Sari, umat disambut bak tamu agung abad lampau, disambut suguhan mbako Srinthil yang harga per kilonya fantastis. Menurut pengakuan Pak Pardi, petani tembakau setempat, “kalo dirata-rata saya bisa dapat 1.5 juta sehari dari Srinthil.” Begitu pun Pak Subakir yang juga dikenal sebagai juragan Srinthil. Menjelang jam 3 dinihari, umat dipandu Pak Topo menyaksikan proses perajangan serta penjemuran tembakau.

Puncak menuju perayaan #HariKretek selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menapaki lereng Sumbing. Cukup menguras stamina perjalanan menanjak ke bukit itu. Satu harapan umat adalah memetik sunrise menggunakan kamera sebagai cinderamata. Sebab matahari pagi dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai unsur penting dalam memunculkan karakter tembakau Srinthil. Dan tibalah umat menyaksikan hamparan perkebunan tembakau dari ketinggian. Perkampungan penduduk juga bukit Sindoro. Sungguh mempesona mata.

Namun untuk @arman_dhani, saat-saat seperti itulah moment puitik bagi hatinya yang selalu ingin memadu kasih. Sejumlah ekspresi romantis dari umat #WisataKretek bertebaran di twitter, disertai ucapan selamat #HariKretek. Matahari pagi semakin meninggi. Oiya, genk, menyebut kata hujan adalah pantangan bagi siapa pun orangnya di musim penjemuran. Mas unyu nan sangar @antolele memahami betul makna “ora ilok” yang santun terdengar dari Pak Topo.

Berkah matahari tropis menentukan kualitas tembakau Srinthil. Tembakau Indonesia tembakau berkarakter. Seperti juga umat #WisataKretek. Seperti juga kretekus sedunia. Seperti juga gerak estetik tarian asap yang lesap dibawa angin pagi. Menikmati kretek adalah plesiran terindah yang bangsa lain iri karenanya. Maka laknatlah rezim standarisasi yang merampas karakter juga hak plesiran kita.

Sumber Foto: Eko Susanto (Flickr)

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah