Press ESC to close

Memoar Akhir Pekan dan Ruang Merokok

Bukan baru dua-tiga kali suami diminta istri mengantar belanja berbagai keperluan keluarga. Tak hanya untuk keperluan keluarga sendiri, kadang pun untuk keperluan keluarga lain yang membutuhkan jasanya memasak menu keriaan. Tapi kali itu berbeda dari biasanya. Ini mutlak demi memenuhi hajat istri. Bukan soal barang yang ingin dibeli, melainkan proses untuk mendapatkannya yang tak lazim dari prinsip keduanya. “Aku sih penasaran aja, kata temanku proses jadi member-nya nggak ribet lho,” dalih istri sumringah.

Seusai menemani anak-anak berenang sejak pagi di hari Sabtu itu, siangnya demi menepati janji dengan istri. Suami berlekas membonceng anak-anak pulang. Setiba di hunian, setelah dituntaskannya sisa kopi pagi dan rokok dari genggaman. Tanpa banyak cing-cong, suami cepat ganti setelan untuk menemani istri membeli keperluan kerja yang dibutuhkannya sebagai seorang guru cum mahasiswi. Suami adalah pekerja serabutan yang dibesarkan oleh masa lalu di rimba hiburan.

Pada kesempatan semacam itu ada kalanya suami lebih memilih menunggu di luar ketimbang ikut campur di dalam. Bukan karena alergi dengan lalu lalang orang berbelanja, lantaran suami tahu betul apa yang ingin ditempuh istri bakal menjadi bebanan baru di kemudian hari, berupa tagihan bulanan. Belum lagi dampak lanjutannya, mencandui hutang. Seperti Negara yang ketergantungan barang impor dan pinjaman luar negeri.

Syukurnya masih ada ruang pelepasan yang terbilang cocok dengan kebiasaan suami. Suami adalah tipe perokok yang supel, boleh dibilang sosok lelaki gampangan. Gampang diajak guyub. Terbilang orang yang bisa diajak bekerjasama dalam menyelesaikan masalah maupun pekerjaan.

Dalam ingatan suami—berhubungan dengan dunia kerja yang pernah dilaluinya—ada beberapa mall yang secara khusus menyediakan spot untuk perokok. Baik di luar maupun di dalam gedung. Dan hal itu dipahaminya sebagai bentuk kepedulian management gedung akan hak perokok, selain pula upaya taat aturan yang berazaskan win win solution. Sering juga yang tidak diketahui suami secara pasti, apakah tempat klepas-klepus itu ditetapkan oleh otoritas, atau hanya terbentuk berdasar kebiasaan segolongan orang saja. Tanpa terlihat tanda-bahasa apa pun yang mengisyaratkan.

Baca Juga:  Gobang, Alat Merajang Tembakau yang Dianggap Klasik

Biasanya tanpa ragu suami akan menanyakan kepada Petugas Keamanan atau Juru Parkir, untuk memastikan apakah ia berada di tempat yang tepat. Ketidaktahuan adalah fitrah yang mempertalikan manusia dengan hal-hal baru, dan jika suami menawarkan rokok kepada Juru Parkir atau Satpam, itu artinya naluri perokok punya bahasa etika yang khas. Meski lebih sering ditolak dengan santun. Dan suami cukup maklum.

Sabtu siang itu tempat belanja yang dituju adalah pusat grosir Lotte Mart, yang berada di Jl. Ir. H. Juanda, Ciputat Timur. Berdasar hitungan jarak yang disediakan layanan google map sekira 2,6 Km dari hunian mereka. Setiba di area parkir, ada titik pemandangan baru yang cukup menggugah perhatian. Dianggap baru, lantaran ada hampir setahun keduanya tidak ke tempat itu.

Bagi pengendara layanan antar-jemput pelanggan yang terbiasa ke situ, boleh jadi bukanlah hal baru mendapati tenda yang strategis dijangkau dari area parkir bertuliskan Area Merokok  itu. Persisnya berada di pelataran, tak jauh dari pintu utama. Yang biasa dijadikan area event promosi, atau tempat transit barang-barang grosiran.

Menurut Sofyan, Satpam muda yang sempat diajak ngobrol, “tenda itu sudah dari 2014 disediakan oleh pihak sini, Pak.” Berdasar keterangannya juga, terkadang letaknya bisa berpindah-pindah, menyesuaikan kondisi. Selain terlihat bersih, dan cukup lega sirkulasi udaranya. Terdapat bangku-bangku panjang sederhana, berbahan baku besi dibalut warna hijau, asbak tinggi, juga dua tong sampah di samping kiri-kanan.

Baca Juga:  Review Rokok Twizz: SKM LTLN Capsule Kolaborasi HM Sampoerna dan PJSP

Kebetulannya lagi di area merokok itu, suami ketemu seorang suami lain yang sedang khusyuk dengan gawainya, sesama perokok juga, hanya bedanya bukan sedang menunggu istri. Percakapan berlangsung singkat, tak lain menyoal area merokok dan ramah tamah sekadar. Rizal namanya. Juga seorang bapak berdedikasi super. Tekun melakoni profesi antar-jemput pelanggan. Rizal memberi tanggapan baik atas adanya area merokok di pelataran itu. “Selain enjoy buat ngaso, juga deket sama parkiran,” ungkapnya santai.

Tak lebih dari sepuluh menit, istri muncul membawa air muka yang tak lagi sumringah. Dan suami hapal betul ekspresi itu. “Duh, nggak ada di sini, disaranin ke AEON di BSD, kata mbaknya.” Seperti yang suami sudah duga. Proses punya barang melalui jalur lising tak semudah yang dianjurkan teman istri. Tak sesedarhana orang ngupil.

Namun suami cukup paham adat istri. Mengingat gelagat hujan bakal deras dan hari pun hampir dekat Magrib, istri meminta suami berlekas mengantarnya ke AEON Mall. Suami mengumpan senyumnya yang tak seberapa mantap. Sepeda motor digasnya keluar area parkir. Melewati sekian kelokan, jalan pintas, pertigaan dan prapatan. Sekian jalan berlubang, tak terelakkan. Singkatnya, memasuki kawasan BSD City aspal jalan jauh lebih bagus. Tetapi hujan membuat suasana menjadi berubah, dan menyisakan memoar akhir pekan yang bersambung.

Sugiyanto
Latest posts by Sugiyanto (see all)

Sugiyanto

Pekerja Seduh Kopi