Press ESC to close

Memanusiakan dan Bersikap Adil pada Perokok

Merokok itu bukan aktivitas kriminal! Ingat ya, saya ulangi, merokok itu bukanlah tindakan kriminal. Merokok juga bukan tindakan yang dilarang agama. Bukan pula macam tindakan membunuh orang. Tidak ada nyawa yang langsung melayang kalau Anda merokok. Kecuali, ya mungkin, nyawa si perokok sendiri yang memang sudah saatnya dicabut nyawanya sama yang di atas (Tuhan). Kalau semua kematian dibebankan kesalahannya kepada rokok dan perokok, berarti kita perlu sepakati untuk memunculkan satu hantu lagi selain komunis, yakni hantu hasil produk tembakau.

Saya percaya sepenuhnya merokok adalah soal sila kedua Pancasila. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalau tidak lupa kurang lebih bunyinya begitu. Dari kemanusiaan yang adil dan beradab itu pula kita harusnya memandang rokok sebagai sebuah barang legal.

Merokok juga kadang bisa dimaknai sebagai barang rekreatif yang banyak disukai orang. Apalagi dinikmati sehabis makan, selepas bekerja, saat nongkrong atau bisa juga saat galau akibat diputus pacar. Merokoklah. Karena tidak perlu teori, tidak perlu pelarangan asal di tempat yang benar.

Sekali lagi merokok adalah soal kemanusiaan. Saya memiliki banyak kawan perokok yang konsumsinya jauh lebih banyak. Ada yang menghabiskan dua, tiga, bahkan ada yang sampai empat bungkus rokok perhari. Berhentinya ya kalau sudah habis atau mau tidur.

Selain perokok, saya juga banyak berkawan sama orang yang tidak merokok. Nah, orang yang tidak merokok ini sering nimbrung sama kawan-kawan perokok. Baginya ini jadi tantangan sekaligus kenikmatan. Menjadi tantangan karena terpaksa menghirup asap rokok, namun menjadi kenikmatan karena bisa ngumpul bareng.

Baca Juga:  Batang Tembakau Jadi Bahan Pewarna Batik Juga Sumber Protein

Nah, di sinilah pentingnya rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Saya sebagai perokok bersyukur memiliki kawan-kawan (perokok) yang bisa menghargai hak orang yang tidak merokok. Seminimal mungkin, mereka akan mengurangi kemungkinan terpapar asap rokok yang mengganggu mata dan pernapasan kawan yang tidak merokok. Ini masalah sederhana. Ini masalah tenggang rasa. Perokok yang baik, tahu batasan. Saya rasa, pada pokok ini, perokok yang baik adalah manusia cerdas. Sadar posisi.

Lagipula, melarang merokok dan segala hal yang berkaitan dengan rokok adalah upaya banal. Anda tahu Johan Cruyff? Itu lho legenda Barcelona. Lantas apakah ia menyesal meninggal lantaran sebagai perokok? Belum tahu, kan. Terus bagaimana penggemar melepas kepergiannya, Anda harus sadar bahwa tidak semua perokok yang diberi label negatif oleh antirokok adalah orang-orang buangan yang tidak jelas. Banyak hal hebat, walau tidak semua, kerapkali lahir dan bersinggungan dengan rokok. Pemain top sepakbola banyak juga yang merokok tapi tidak mempengaruhi kualitas bermainnya.

Kebanyakan, polemik soal rokok adalah perdebatan yang tak tentu arah dan cenderung salah persepsi. Kaum antirokok mengeluhkan kebiasaan buruk para perokok “liar” alias perokok yang tidak tahu adab alias tidak tertib. Kaum perokok aktif mengeluhkan ketidaktertiban para simpatisan antirokok yang percaya bahwa merokok lebih “jahat” dari korupsi atau kejahatan besar lainnya.

Baca Juga:  Selamat Berpuasa Selamat Merawat Kewarasan

Kapan kita sadar, selagi kita sibuk berdebat secara banal tentang rokok dan pelarangannya, tiap tahun negara kita kehilangan sekian banyak uang dalam jumlah banyak karena korupsi yang sudah menjadi budaya laten? Berapa banyak orang digusur atas nama pembangunan? Berapa banyak kaum minoritas dikerdilkan, hanya karena mereka berbeda dan masyarakat kita terlalu bodoh untuk toleran? Berapa banyak kebodohan di media dijejalkan tanpa filter yang jelas, sehingga masyarakat tumbuh semakin banal?

Banyak persoalan yang jauh lebih penting dari sekadar mengumbar kebencian kepada para perokok. Apalagi sampai berani membuat aturan untuk mengkriminalisasi para perokok. Di sinilah pentingnya memaknai kembali arti kemanusiaan yang adil dan beradab. Melarang atau menerapkan kawasan tanpa rokok boleh, tapi disediakan pula ruang untuk merokok. Ini sudah ada aturan resminya. Sekali lagi merokok bukanlah aktivitas yang dilarang bukan pula aktivitas kriminal. Tapi merokok bisa dikatakan sebagai agenda yang menyenangkan jika saling menghargai.

Rizki Abadi
Latest posts by Rizki Abadi (see all)

Rizki Abadi

Mahasiswa IISIP Jakarta