Press ESC to close

Philip Morris Sebuah Upaya Menghabisi Kretek

Sebagai sebuah produk budaya yang dicintai jutaan orang, kretek tentu memiliki pembenci-pembenci yang ingin menghabisinya. Memiliki cita rasa khas karena cengkeh di dalamnya, dan kita tahu kalau cengkeh endemik nusantara, kretek dianggap sebagai pengganggu pasar rokok internasional. Karena itulah, sudah sejak lama berbagai upaya untuk menghabisinya telah telah dilakukan.

Kita tahu bahwa satu negara besar yang menerapkan sistem pasar bebas, Amerika Serikat, telah menutup pintu dagang bagi kretek di wilayah kekuasaannya. Kretek dianggap menggunakan penambah rasa karena cengkeh di dalamnya, dan karena alasan inilah kemudian pelarangan dagang kretek dilakukan di sana. Meski sebenarnya, kita sama-sama tahu, rokok berbahan mentol yang menggunakan penambah rasa bebas berkeliaran di sana.

Kretek dengan rasanya dianggap sebagai sebuah pengganggu bagi industri rokok raksasa dunia. Apalagi, sudah sejak lama pula bisnis tembakau yang menggiurkan ini diupayakan agar dapat dikuasai hanya oleh segelintir pihak. Upaya monopoli dan kepentingan bisnis ini kemudian membuat segala hal dilakukan agar pihak tertentu saja yang menguasai bisnis tembakau.

Pertarungan ini kemudian turut menggunakan ‘kesehatan’ sebagai dalih agar dagangannya lebih laris atau monopolinya di bisnis ini berhasil. Jika rokok selama ini dianggap berbahaya karena kandungan tar dan nikotin, maka segala produk yang mengandungnya lebih tinggi dianggap lebih berbahaya.

Baca Juga:  Sutarmidji adalah Cermin Walikota yang Diskriminatif Terhadap Perokok

Sialnya, secara angka kretek memang memiliki tar dan nikotin yang lebih tinggi ketimbang rokok putih. Dan hal ini membuat kretek dianggap lebih berbahaya ketimbang rokok, hingga harus diperangi hingga akar-akarnya. Padahal, penggunaan angka tar dan nikotin malah mengaburkan fakta bahwa kandungan rempah yang ada di dalam kretek justru berguna bagi kesehatan.

Dewasa kini, masyarakat sudah semakin termakan bahwa rokok adalah sumber dari segala bentuk penyakit. Meski kemudian standar ganda digunakan masyarakat untuk melihat beragam sumber penyakit lainnya macam polusi atau makanan cepat saji, yang penting cuma kretek saja yang jahat. Karena pandangan semacam inilah industri rokok raksasa dunia semakin mengalihkan produknya ke arah yang tidak memaparkan asap.

Perlu diketahui bahwa produk alternatif tembakau tidak hanya diciptakan dan dibuat oleh pihak kesehatan saja. Bisnis ini juga dimiliki dan disasar oleh perusahaan rokok multinasional macam Philip Morris. Sebagai bukti sahih, belakangan muncul kampanye negatif terhadap rokok yang (justru) dilakukan oleh Philip Morris sendiri.

Selain itu, mereka juga telah membuat satu produk berbasis elektrik yang bernama iQos di beberapa negara seperti Jepang atau Italia. Meski dianggap berbeda dengan rokok elektrik lainnya seperti Vaporizer, namun pilihan Philip Morris untuk menggarap sektor ini menjadi satu bukti bahwa upaya mendiskreditkan tembakau dan kretek selama ini menjadi dalih dari sebuah perang dagang tembakau saja.

Baca Juga:  Tembakau Lokal Demi Sebesar-besarnya Kemakmuran Rakyat

Berbekal kekuatan modal besar untuk penelitian dan pengembangan produk alternatif tembakau, ditambah sudah mengakarnya kebencian publik terhadap rokok bisa menjadi keuntungan buat perusahaan seperti Philip Morris yang telah mengeluarkan produk alternatifnya. Mungkin ini bakal dianggap sebagai hal yang biasa bagi orang banyak. Namun, sekali lagi, hal tadi justru menjadi bukti bahwa kampanye negatif terhadap tembakau hanya membuat perusahaan rokok raksasa mendapat keuntungan lebih dan menjadi modal mereka dalam perang dagang nikotin.

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara