Press ESC to close

Kenaikan Cukai Rokok di Masa Krisis Hanya Rugikan Negara dan Masyarakat

Pandemi adalah tragedi, dan menaikkan kembali tarif cukai rokok di tengah pandemi, adalah kiamat. Anggapan kenaikan cukai di masa pandemi bakal membuat kas negara sehat adalah sesat. Padahal, dalam kondisi seperti ini yang bakal terjadi ke depan hanya kerugian bagi negara dan konsumen.

Wacana ini diembuskan tanpa melihat dampak yang terjadi akibat kenaikan tarif cukai tahun ini. Padahal tahun ini saja petani, buruh, dan industri telah mengalami dampak yang merugikan mereka. Dan dengan menaikkan tarif cukai di tengah kondisi ini sama saja dengan membunuh mereka pelan-pelan.

Begini, mungkin penerimaan cukai terlihat lancar-lancar saja saat ini. Padahal, karena kebijakan penundaan pembayaran lah pembelian cukai masih terlihat aman. Kini, setelah kebijakan itu berakhir, yang bakal dihadapi perusahaan tentu akan semakin berat.

Padahal, saat ini saja sudah terjadi penurunan produksi rokok yang berakibat pada berkurangnya serapan cengkeh dan tembakau dari petani. Belum lagi ada fakta bahwa penjualan rokok anjlok, turun hingga kisaran 20%. Itu saja masih terbantu diskon rokok yang membuat produk masih terserap.

Baca Juga:  Asap Rokok dan Kualitas Udara Jakarta

Sekadar mengingatkan, semakin tinggi harga maka jumlah pembelian rokok bakal berkurang. Ketika pembelian berkurang, tentu bakal berdampak berdampak juga pada penerimaan negara. Dan hal itu pasti bakal terjadi jika cukai tahun depan dinaikkan, apalagi jika tarifnya naik signifikan seperti tahun ini.

Sebagai informasi, kenaikan cukai yang signifikan di awal tahun, ditambah situasi pandemi seperti sekarang sudah membuat industri rokok melakukan efisiensi. Kuota pembelian tembakau telah dikurangi, bahkan ada beberapa perusahaan yang memutuskan untuk tidak melakukan pembelian di daerah tertentu. Hal ini jelas berdampak pada penghidupan petani tembakau.

Tidak hanya petani tembakau yang terdampak, para petani cengkeh juga seakan tengah menjalani masa suram akibat tidak terserapnya panen serta jatuhnya harga jual cengkeh. Padahal selama ini, cengkeh selalu menjadi andalan penghidupan mereka. Itu belum termasuk buruh-buruh yang dirumahkan karena jumlah produksi berkurang.

Perusahaan sendiri tengah menghadapi kondisi penurunan penjualan hingga angka puluhan persen. Gabungan Perserikatan Perusahaan Rokok Indonesia sendiri memperkirakan produksi rokok bakal anjlok 23%. Angka besar itu tentu akan mempengaruhi serapan tenaga kerja serta bahan baku, yang berkaitan langsung dengan petani dan para buruh.

Baca Juga:  Harga Rokok Naik Bukan Solusi Agar Anak-anak Tidak Merokok, Pak Menteri

Bisa dilihat nantinya, apabila cukai kembali dinaikkan, maka dampak seburuk apa yang bisa menimpa negara dan masyarakat. Pendapatan cukai akan turun, jumlah pengangguran makin meningkat, dan perekonomian malah semakin anjlok. Bukannya untung malah makin buntung.

Karena itu, Komunitas Kretek berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam perkara cukai ini. Mengingat pembicaraan tentang cukai tidak hanya membahas pemasukan negara, tetapi juga penghidupan masyarakat. Ketika konsumen tidak punya uang untuk membeli rokok, harga makin naik, produksi berkurang, serapan bahan baku dan tenaga kerja anjlok, pada akhirnya negara juga yang merugi dan pusing.

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara