Tan Malaka, dalam pamflet fenomenal tentang politik menyatakan jika kemerdekaan yang 100% adalah kemerdekaan yang tidak merampas hak orang lain. Karena itulah, bagi kami, kemerdekaan perokok bukanlah soal bisa merokok seenaknya, tetapi soal bisa saling menghargai hak antar orang sebagais sesama manusia. Sebagaimana kita mau orang lain turut menghargai kita.
Memaknai kemerdekaan memang tidak melulu merayakan terbebasnya kita dari penjajahan di atas dunia. Lebih dari itu, merayakan kemerdekaan itu berarti melaksanakan tanggung jawab sebagai manusia merdeka. Manusia yang mau menikmati kebebasannya, tanpa lupa bahwa Ia memiliki tanggung jawab pula untuk manusia lainnya.
Tanpa menghargai hak orang lain, kemerdekaan bukanlah sebuah kemerdekaan. Ia adalah penindasan lagi penjajahan. Karena kesenangan dan kebebasan diraihnya dengan mengorbankan orang lain. Lebih dari itu, kebebasan diraihnya dengan tidak memanusiakan orang lain.
Dewasa kini, pemaknaan akan kata merdeka sudah tidak lebih dari sekadar seremoni. Saling sikut saling melaporkan menandai ketidakbebasan manusia dalam berpendapat. Kekayaan diraih di atas keringat orang lain, dan lebih busuknya lagi, diraih dengan cara menghisap pendapatan orang lain.
Pada konteks rokok, saya kira belum tercapai apa yang dimaksud sebagai kemerdekaan perokok di Indonesia. Negara ini bukan surga bagi kami, melainkan tempat dimana hak dan keringat kami diisap sedalam-dalamnya untuk menambal kas negara. Negara ini bukan tempat bagi kami membebaskan ekspresi, karena stigma dan diskriminasi melulu diberikan kepada perokok.
Meski begitu, segala bentuk penindasan lagi penjajahan bagi perokok di Indonesia tidak lantas membuat upaya memperjuangkan kemerdekaan perokok harus dilupakan. Ingat, perjuangan itu memang tidak pernah mudah. Karena itulah nikmatnya hasil dari perjuangan lebih terasa dari nikmatnya hidup dari donor mencaci masyarakat yang lain.
Kemerdekaan perokok bisa diraih jika kita mau mewujudkan arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan yang 100% dengan tidak merampas hak dan kebebasan orang lain. Karena kemerdekaan perokok sesungguhnya bukan kemerdekaan yang menindas lagi menjajah orang lain.
Marilah kita mulai perjuangan ini dengan menjadi perokok santun. Dengan menjadi perokok yang punya kesadaran dan tanggung jawab penuh untuk tidak merampas hak orang lain. Menjadi merokok yang bisa memenuhi harkatnya sebagai manusia dengan tetap memanusiakan orang lain.
Hal ini bisa dimulai dengan tidak merokok secara sembarangan. Tidak merokok ketika berkendara, tidak merokok di dekat anak kecil, tidak merokok di tempat umum yang memang terlarang untuk aktivitas ini. Juga dengan tidak membuang puntung rokok dan abu sembarangan.
Hal yang perlu kita ingat dari kemerdekaan bagi para perokok adalah terciptanya tatanan masyarakat yang tidak lagi membenci rokok. Menghilangkan kebencian atau setidaknya meminimalisir ini hanya bisa terwujud apabila kita memang benar-benar sanggup menjalankan laku sebagai perokok santun.
Karena menjadi perokok santun adalah salah satu laku untuk menjadi perokok yang merdeka. Perokok yang bisa memperoleh kebebasan akan haknya, tetapi tidak juga merampas dan menafikan kebebasan orang lain.
Apalagi, dengan menjadi perokok santun, kita bisa menunjukkan bagaimana caranya merayakan kemerdekaan kemerdekaan di hari yang penuh kata merdeka ini. Dirgahayu Indonesiaku, wahai negara tercinta dengan pemerintah yang gemar mengisap keringat dan tangis rakyatnya.
- Panduan Menanam Tembakau untuk Pemula - 23 July 2023
- Benarkah Candu Rokok Menjerat Anak Kecil? - 21 June 2023
- Berapa Harga Rokok Cigarillos? - 12 June 2023