Press ESC to close

Petani Tembakau Meratapi Nasib

Pandemi COVID-19 telah mengusik banyak negara. Bukan cuma krisis kesehatan, ekonomi pun turut hancur lebur sebagai konsekuensi logis dari pandemi. Semua sektor terdampak, termasuk petani tembakau. Musim panen tahun ini tentu tak seindah tahun-tahun sebelumnya.

Petani tembakau kini meratapi nasib. Hasil panennya banyak yang harus mengendap di gudang. Sekalipun laku terjual, harganya tak lagi sama. Depresi ekonomi yang terjadi telah merubah tatanan masyarakat. Sehebat itu dampak yang ditimbulkan.

Banyak nyawa melayang. Dan yang hidup terpaksa kehilangan pekerjaan. Daya beli masyarakat melemah. Distribusi logistik terhambat. Rantai ekonomi berhenti. Angka penjualan tembakau pun menurun seiring dengan jumlah produksi yang menurun di skala industri rokok.

Tak hanya karena pandemi, pemerintah juga punya andil dalam membentuk situasi yang serba sulit ini. Kebijakan cukai di awal tahun jelas menjadi pukulan bagi segenap stakeholder pertembakauan. Tarif cukai rokok naik 25 persen, dan menjadi kenaikan tertinggi sepanjang sejarah. Harga jual eceran juga naik 35 persen. Bohong kalau dibilang petani baik-baik saja pasca kebijakan ini.

Baca Juga:  Konsumen Rokok Menolak Simplifikasi Cukai

Sejak awal tarif baru diberlakukan, sudah banyak pihak yang memprediksi kalau serapan tembakau akan menurun, bahkan hingga 30 persen. Terbukti, pada bulan Mei 2020 produksi rokok turun 12,3 persen secara year on year (yoy). Dan di bulan Juni 2020 tercatat menurun 8,1 persen. Pandemi datang. Tantangan bertambah. Penurunan bisa saja terjadi hingga entah kapan.

Kini petani tembakau harus menghadapi tantangan baru. Indonesia memasuki musim hujan. Tembakau adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak air. Intensitas curah hujan yang tinggi bukanlah kabar baik bagi petani tembakau. Kualitas tembakau akan berkurang. Pada titik tertentu petani akan kembali merugi.

Semua tantangan dan hambatan itu masih harus dibebani dengan sentimen dan kampanye negatif soal rokok. Diskriminasi pada perokok, dan segala upaya ‘membunuh’ kretek, sedikit banyak akan mempengaruhi nasib petani tembakau–juga petani cengkeh, tentunya.

Semoga masih ada hari esok bagi mereka. Dan, semoga wacana untuk kembali menaikkan tarif cukai rokok tahun 2021 bisa dipikirkan ulang oleh para pemangku kebijakan. Semoga.

Baca Juga:  Dari Hoax Menjadi Wacana
Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara