Press ESC to close

Cara Perokok Merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia

World Health Organization (WHO) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai World No Tobacco Day atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Pada tanggal yang sama setiap tahunnya, kelompok antirokok selalu merayakan dengan kampanye bahaya rokok dan beragam produk olahannya.

Peringatan HTTS tak beranjak dari logika ngawur khas antirokok yang sudah sangat sering dikampanyekan. Asap rokok sering dicitrakan sebagai faktor utama (bahkan faktor tunggal) penyebab segala macam penyakit, seolah polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan limbah pabrik tak pernah eksis. Karena narasi buruk soal rokok yang terus mereka repetisi, maka solusi yang mereka dorong pun tetap sama: berhenti merokok.

Adapun tema besar yang mereka usung pada perayaannya kali ini adalah Commit to Quit. WHO dalam situsnya mencatat ada 104 reasons to quit, dan menempatkan kasus COVID-19 sebagai alasan nomor satu. Klaimnya, pandemi COVID-19 mendorong jutaan konsumen tembakau berkeinginan untuk berhenti mengonsumsi tembakau karena dianggap melipatgandakan risiko terinfeksi virus. Seperti biasa, isu kesehatan adalah narasi andalan.

Penelitian yang berbanding terbalik (menyoal rokok dan pandemi) pernah dilakukan di Prancis. Para peneliti di rumah sakit Pitié-Salpêtrière menanyai 480 pasien yang positif terinfeksi virus corona. Para responden terbagi dalam dua kelompok: pertama, pasien rawat inap di rumah sakit; kedua, pasien yang dibolehkan pulang dengan gejala lebih ringan.

Kemudian diketahui dari kelompok pertama (rata-rata berusia 65 tahun) hanya 4,4 persen yang merupakan perokok reguler. Sementara dari mereka yang di kelompok kedua (rata-rata berusia 44 tahun) hanya 5,3 persen yang merokok. Kesimpulannya, secara statistik perokok adalah minoritas dalam daftar tersebut.

Baca Juga:  Fenomena Anak Merokok Adalah Masalah Kita Semua

Penelitian di atas memang tidak bisa dijadikan acuan untuk mengklaim bahwa perokok aman dari virus corona, tapi, setidaknya mengindikasikan bahwa masih terbuka ruang debat dan gugat untuk menguji klaim-klaim berkaitan bahaya rokok.

Kembali menyoal Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Kita sudah sama-sama tahu bagaimana kelompok antirokok merayakannya. Kampanye hitam pada tembakau tak lepas dari kepentingan ekonomi politik industri farmasi global. Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana cara perokok merayakan tanggal 31 Mei?

Nah, sebagai bentuk perlawanan pada stigma negatif yang kerap disematkan pada rokok dan perokok, rasa syukur dan berterimakasih pada komoditas berjuluk ‘Emas Hijau’ ini menjadi penting untuk disuarakan. Kenapa? Karena memang ada banyak manfaat tembakau yang tidak populer akibat narasi timpang yang dimonopoli antirokok.

Di Indonesia, negeri yang kaya akan komoditas tembakau, praktik diskriminasi pada konsumen tembakau justru sangat kentara. Padahal, APBN negara ini menerima donasi cukai terbesar dari sektor pertembakauan. Adalah cukai rokok yang menyumbang angka terbesar pendapatan negara dari sektor cukai.

Tak hanya itu, Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan industri padat karya. Artinya ada jutaan kehidupan yang bergantung pada sektor ini, mulai dari hulu hingga ke hilir. Sebagai konsekuensi logis, ‘kematian’ tembakau di Indonesia sangat mungkin menjadi lonceng kematian bagi banyak elemen dalam ekosistem ini.

Baca Juga:  Ancaman Tersembunyi Di Balik Rokok Elektrik

Mengingat begitu besar kontribusi tembakau–terutama dalam konteks ekonomi, sudah sepatutnya lahir regulasi yang menjamin perlindungan dan keberlangsungan ekosistem ekonominya. Atau paling tidak, selemah-lemahnya iman adalah pernyataan sikap. Maksudnya, kita bisa mengutarakan sikap dengan ucapan terimakasih pada sektor pertembakauan, khususnya kretek sebagai budaya asli nusantara.

Dan ucapan terimakasih tersebut bisa dimanifestasikan dalam berbagai bentuk tindakan. Salah satunya adalah dengan setia berkontribusi bagi bangsa. Selain itu, konsumen juga harus konsisten dan setia menyuarakan pemenuhan haknya karena memang diakomodir oleh konstitusi. Percayalah, dengan sedikit keberanian dan kesabaran, seluruh benang kusut yang selama ini melilit bisa perlahan terurai.

Melalui momentum ini, informasi soal manfaat tembakau bagi kehidupan khalayak harus segera dan terus disemestakan. Agar publik bisa menilai dan menimbang secara objektif kemana keberpihakan mereka ditentukan.

Sebagai komunitas yang setia mengawal isu kepentingan konsumen rokok, Komunitas Kretek merayakan hari ini dengan gerakan #TerimakasihKretek yang bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat luas serta mendorong otoritas pemerintahan agar lebih peduli dan berpihak pada buruh, petani, distributor, pedagang, konsumen serta segenap stakeholder pertembakauan yang akhir-akhir ini makin terjepit oleh kebijakan.

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara