Search

Cinta Buta Anti Rokok, Jangan Sampai Tersesat

Fanatisme identik dengan kebodohan, begitu ungkap KH Ahmad Dahlan. Menurutnya, seseorang boleh punya prinsip, tapi tidak boleh fanatik. Kedekatan fanatik dan kebodohan jelas berakar dari ketidakmauan seorang fanatis untuk menerima pendapat orang lain. Dunia, dalam perspektif mereka, adalah dunia dengan satu pemikiran yang sama, tidak boleh ada yang lain.

Dalam melakukan kampanye, kaum anti rokok cenderung bersikap fanatik. Silahkan anda lihat, bagaimana mereka ketika berkampanye dan berdiskusi, cenderung tidak mentolerir pendapat orang lain. Dalam pandangan mereka, Indonesia harus bebas dari asap rokok yang menyebabkan penyakit, kalau asap knalpot boleh.

Pada setiap kampanye yang digaungkan, mereka cenderung tak memiliki bahan. Isi kampanyenya itu-itu saja.Ketika diskusi, selalu berbicara hal yang sama, tanpa ada pengayaan isu dan data/fakta baru.

Mereka selalu bilang bahwa petani tembakau itu miskin, hanya pengusaha yang kaya. Mereka bilang orang-orang merokok sembarangan, hak mereka terenggut. Mereka bilang rokok penyebab utama penyakit berbahaya. Mereka bilang, ah sudahlah.

Tapi pernahkah mereka melihat bagaimana petani tembakau di temanggung hidup, bisakah kita menghitung kesejahteraan tanpa pernah melihat kondisi masyarakat secara langsung? Dengan pemasukan hingga ratusan juta sekali panen, dapatkah kita bilang mereka tidak sejahtera?

Baca Juga:  Mendedah Dalih Aksesi FCTC

Dalam hal merokok sembarangan, mereka selalu memaki tanpa pandang bulu. Hanya memaki tanpa memberi pemahaman, apalagi menjunjung sikap toleran dengan mewujudkan hak para perokok, yakni menyediakan ruang merokok. Ini persoalan sederhana, jika anda tidak mau melihat orang kencing sembarangan, sediakanlah toilet yang layak. Maka sediakanlah ruang merokok yang layak.

Memang, rokok adalah salah satu faktor  resiko penyakit. Tapi tentu mereka tidak adil jika menuduh rokok sebagai faktor utama penyebab penyakit, sedangkan mereka dengan santai naik  mobil pribadi untuk menghindari terik panas matahari. Menolak penyakit karena asap, tapi ikut menyumbang asap.

Tentu disayangkan, jika apa yang mereka lakukan semata karena fanatisme berlebih membuat mereka tampak bodoh. Ini bukan pernyataan saya lho, tapi kalimat dari Kanjeng Kiai Ahmad Dahlan. Setiap orang boleh memperjuangkan kesehatan masyarakat, tapi ya jangan sampai buta fakta jika tembakau punya manfaat ekonomi, sosial, dan budaya yang berlebih bagi masyarakat.

Biar tidak kurang piknik, silahkan banyak baca, banyak diskusi. Kalau ndak ada uang buat beli buku di toko, silahkan mampir ke bukukretek.com. kalau mau lebih tahu soal manfaat tembakau, silahkan berselancar di internet, atau datang saja ke  sekretariat komunitas kretek. Jangan sampai ketika berkampanye anda malah tidak tahu apa yang anda lakukan.

Baca Juga:  Menjual Bunga Tembakau, Menyiasati Anjloknya Harga Tembakau

Kita boleh mendukung sesuatu, tapi jangan sampai membabi buta. Jangan sampai menolak dengar pendapat orang lain. Sama seperti anda boleh jatuh cinta, tapi jangan sampai cinta buta. Bisa-bisa, cinta buta membuat anda membawa kabur istri tetangga. Anda boleh menuntut hak anda, tapi jangan lupakan hak orang lain. Jangan sampai tersesat oleh cinta buta, wahai kaum anti rokok.

Aditia Purnomo