Press ESC to close

5 Stigma Buruk Perokok Ala Anti Rokok  

Stigmatisasi biasa dilakukan oleh satu kelompok tertentu kepada kelompok lain yang merupakan rivalnya dalam berbagai bidang. Misal saja dalam perang politik atau perang wacana. Tujuannya satu, untuk mempengaruhi publik agar ikut serta masuk ke dalam kelompoknya dan tidak mengikuti kelompok lain.

Dalam sejarah Indonesia, stigmatisasi ini sangat besar muncul dan berkembang kedalam kepala manusia pada masa era Orde Baru. Misalkan saja stigma bahwa PKI adalah kelompok yang tidak ber Tuhan dan beragama. Kelompok buruh yang memprotes pemerintah adalah PKI. Stigma tersebut bahkan juga masih dipergunakan dalam perang politik dan wacana pada saat ini.

Nah, stigmatisasi ini juga terjadi dalam perang wacana soal tembakau atau rokok. Berikut kami akan sampaikan beberapa contoh stigma buruh perokok yang dituduhkan oleh anti rokok.

  1. Rokok Pintu Gerbang Narkoba

Ini mungkin adalah salah satu stigma yang telah lama muncul dan masih hidup sampai sekarang. Menuduh bahwa rokok adalah akar atau awal dari seseorang untuk dikemudian hari mencoba mempergunakan narkoba. Benar atau tidak tuduhan tersebut, belum pernah diuji dan tentu saja tidak bisa juga dipertanggungjawabkan. Namun itu tetap muncul sampai saat ini, agar orang menghindari rokok, dan kemudian menghindari narkoba.

Dalam sebuah acara talkshow di salah satu stasiun televisi swasta, ini pernah diperdebatkan. Dan yang menarik, yang membantah stigma tersebut adalah ketua umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT), Hendry Yosodiningrat.

Dalam kehidupan sehari-hari juga bisa ditemukan bahwa seorang perokok, tidak pasti dia adalah orang yang mengkonsumsi narkoba. Atau sebaliknya, seorang pengkonsumsi narkoba, belum pasti bahwa dia adalah perokok. Ketidakpastian ini tidak diindahkan, karena memang stigma tidak memandang kebenran. Yang paling utama adalah menyerang lawan dengan citra yang buruk.

  1. Perokok Tidak Tahu Aturan
Baca Juga:  Surat Terbuka Seorang Perokok untuk Faisal Basri yang Termasyhur

Perokok tidak tahu aturan. Membuang abu dan puntung rokok sembarangan. Merokok sesuka hatinya ditempat publik. Perokok kalau ditegur akan marah. Kami tidak mengatakan semua itu salah, tapi juga tidak bisa mengeneralisir bahwa semua perokok seperti itu, hanya karena ada satu atau dua orang yang ditemui berperilaku seperti itu.

Nyatanya, saat ini semakin banyak perokok yang sadar akan aturan. Untuk menghindari membuang abu dan puntung rokok sembarangan, perokok membawa asbak portable. Atau tidak merokok ditempat yang umum dan mencari tempat khusus merokok untuk menikmati rokoknya. Perokok ditegur marah? Ada satu beritanya memang, tapi tidak semua seperti itu. Perokok yang ditegur dan dengan senang hati mematuhi juga banyak, namun tentu hal tersebut tidak akan masuk ke dalam berita.

  1. Perempuan Perokok Adalah Perempuan Nakal

Stigma seperti ini biasanya muncul dari kalangan fundamentalis atau dari kalangan yang kolot cara berfikirnya, konserfative. Anggapan ini tentu mendiskreditkan perempuan dan rokok.

Pertama karena tuduhan ini menggiring publik untuk memandang bahwa ciri-ciri perempuan nakal adalah perokok dan kemudian mengeneralisir. Menggiring publik untuk memandang bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak boleh mengkonsumsi rokok. Bahwa perempuan nakal pasti merokok, perempuan baik pasti tidak merokok. Entah darimana asalanya cara pandang seperti ini, karena sejarahnya salah satu penemu rokok kretek juga adalah perempuan bernama Mbok Nasilah. Entah bagaimana juga pandangan tersebut mengkorelasikan antara perempuan, nakal dan perokok.

  1. Perokok Tidak Peduli Dengan Keluarganya

Dalam sebuah twitwar, akun @glinding atau aslinya bernama Kartono Muhammad, salah seorang die hard anti rokok mengatakan bahwa seorang bapak perokok akan merokok sambil menggendong anaknya. Begitu kira-kira dia sebutkan. Atau tuduhan Ahok bahwa seorang bapak merokok menghabiskan 2 bungkus sehari dan menafikan tanggungjawab sekolah bagi anaknya.

Baca Juga:  Dear Kak Seto, Jangan Manfaatkan Isu Corona Demi Kejar Target FCTC 

Ini tentu suatu tuduhan yang gila. Setiap hari kesadaran para perokok semakin meningkat, tak akan membiarkan anaknya menjadi nomor dua dan lebih memilih rokok. Kami yakin justru orang tua bahkan rela untuk makan satu kali, bekerja lebih keras, semata agar anaknya bisa sekolah dan nasibnya tidak seperti orang tuanya. Lalu ketika ada satu kasus seperti itu, maka sudah saja langsung distigmakan bahwa seperti itulah seorang bapak yang merokok. Tak peduli terhadap anak dan keluarganya.

  1. Perokok Adalah Orang Pesakitan

Seorang perokok pasti tidak sehat, pasti penyakitan, pasti tidak panjang umurnya. Mungkin semua yang anti rokok akan berkata seperti itu, tak peduli dia dokter atau bukan yang bisa melihat sehat atau tidak seseorang, tak peduli dia manusia atau Tuhan yang bisa menentukan usia hidup seseorang.

Menegasikan faktor lain yang membentuk manusia itu sehat atau tidak. Mungkin saja seorang perokok bertubuh sehat, karena dia imbangi kehidupannya dengan berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat, atau karena relaks dan tidak mudah stress. Mungkin saja seorang yang tidak merokok tidak sehat tubuhnya, karena dia merasa sudah sehat dan tidak masalah untuk mengkonsumsi junkfood, makanan instan atau minuman bersoda. Mungkin mereka berfikir bahwa cukup dengan tidak merokok saja sudah memastikan dirinya sehat, tidak penyakitan, dan pasti panjang umurnya.

Komunitas Kretek
Latest posts by Komunitas Kretek (see all)

Komunitas Kretek

Komunitas Asyik yang Merayakan Kretek Sebagai Budaya Nusantara