Sudah bukan rahasia lagi tentunya kalau Bloomberg Intiative yang merupakan lembaga nirlaba dengan segudang uangnya selalu menjalin hubungan mesra dengan Menteri Kesehatan Indonesia. Alm. Endang Rahayu, yang meninggal karena Kanker Paru, atau Nafsiah Mboi adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang bergandengan sangat mesra dengan Michael Bloomberg, si pemilik Bloomberg Initiative.
Berbagai program pengendalian tembakau telah dibuat oleh dua menteri yang bekerja pada periode kedua rezim Susilo Bambang Yudhoyono. Pembuatan perda-perda kawasan tanpa rokok yang mempunyai kecenderungan tendensi anti tembakau, sampai dengan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
Semua regulasi yang telah muncul tersebut adalah hasil dari kampanye besar-besaran yang dilakukan oleh Bloomberg Initiative selama bertahuan-tahun di Indonesia dengan dana jutaan dolar yang bermuara pada dibuatnya berbagai regulasi anti tembakau. Tinggal satu lagi regulasi yang belum gol yang masih didorong oleh Bloomberg, adalah Framework Convention of Tobbaco Control (FCTC). Dan sialnya, semua kampanye dan regulasi selalu menafikan hajat hidup petani tembakau, dan stakeholder pertembakauan Indonesia.
Pada hari Selasa tanggal 22 September 2015 lalu, Menteri Kesehatan saat ini, yaitu Nila F. Moeloek bertemu pendiri Bloomberg, Michael Bloomberg, dan Direktur Program Kesehatan Bloomberg Filantropi, Kelly Hening. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas program pengendalian tembakau di Indonesia. Begitu yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Murti Utami.
Pertemuan tersebut terjadi di ruang perpustakaan kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia New York USA, sesaat menjelang pelaksanaan sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa di ruang. Michael Bloomberg, mengapresiasi program pengendalian tembakau yang salah satu hasilnya adalah terwujudnya kawasan tanpa rokok di 160 kabupaten/kota. Dia juga memuji kampanye pengendalian tembakau melalui media massa yang telah berjalan di Indonesia sejak tahun 2014.
Sebelumnya, Michael Bloomberg memberikan dukungan kepada Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dalam mengumpulkan data-data terkait pengendalian tembakau dan penggunaan termbakau dalam Global Adult Tobacco Surveillance 2011. Yang mana kerja sama itu akan dilaksanakan kembali pada 2016. Namun belum diketahui berapa besar gelontoran dolar dari Bloomber untuk program tersebut.
Dalam pertemuan dengan Bloomberg itu, Nila F. Moeloek mengatakan perilaku dan sikap masyarakat terhadap kebiasaan merokok harus diubah. Cara mengubahnya dan bagaimana membuat pemahaman terhadap masyarakat, itulah yang akan menjadi fokus kedepan dalam program pengendalian tembakau. Menkes juga mengatakan isu politik juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terkait pengendalian tembakau.
Menurutnya, pengendalian tembakau di Indonesia bukan hanya tugas Kementerian Kesehatan, namun merupakan tugas bersama pemerintah baik pusat maupun daerah. Dan menurut Murti Utami, pihak Bloomberg Philantropies bersedia mendukung pengendalian isu tembakau di Indonesia dalam bentuk kampanye. Namun pemerintah tetap memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan dan pembuatan regulasi terkait isu tembakau.
Sepertinya ini adalah kali pertamanya Michael Bloomberg melakukan pertemuan langsung degan Menteri Kesehatan pada pemerintahan Jokowi-JK ini. Namun mungkin bisa dipastikan bahwa dalam waktu dekat akan ada gelontoran dolar yang tak sedikit untuk program rencana pemberangusan tembakau di Indonesia. Dan yang tertawa paling pertama dari pertemuan tersebut tentunya adalah para pegiat anti tembakau, karena mereka juga dipastikan akan merasakan pundi-pundi dolar untuk kampanye tersebut.
Gelontoran dolar tersebut bukan asumsi, mengingat ada FCTC yang masih tertahan untuk diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia, dan juga belum adanya regulasi tentang pengendalian tembakau yang dihasilkan oleh pemerintahan saat ini. Maka wajar jika Michael Bloomberg berusaha melakukan pendekatan dengan Menteri Kesehatan untuk mendorong ratifikasi konvensi tersebut.
Dan perlu diketahui, Michael Bloomberg pada satu kesempatan pernah mengatakan akan menyumbangkan kekayaannya yang sebesar 32,8 miliar dolar Amerika, atau sebesar 385 triliun rupiah sebelum ia meninggal nanti. Dan ia berharap agar uang sebesar itu dapat digunakan untuk berbagai program tentang pengurangan perokok yang menurutnya masih tinggi di negara Turki dan Indonesia.
Artinya, akan ada uang besar yang masuk ke dalam rekening para pegiat anti tembakau baik dari unsur pemerintah ataupun dari kalangan Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM). Jadi anda yang merasa menjadi bagian dari stakeholder pertembakauan nasional, segera bersiaplah memulai babak baru pertarungan dengan para pegiat anti tembakau yang sebentar lagi akan memiliki dana yang besar sebagai modal pertarungan ini.
- Bloomberg Initiative Mulai PDKT Dengan Menkes Nila F. Moeloek - 28 September 2015
- Logika Kuasa Matikan Hak Pedagang Rokok - 4 December 2014
- Senjakala Pengasong Rokok - 22 July 2013