Salah seorang teman—sebut saja si A—mengatakan ini kepada saya, “Pantas saja, duit lu abis terus. Ya kalo ada juga paling buat beli rokok,” ucapnya dengan gaya bicara nyinyir. “Makanya, jangan keseringan ngerokok, enggak bagus buat kesehatan tubuh dan dompet,” lanjutnya. Sontak, buru-buru saya pergi meninggalkan orang itu dan segera mencari teman lain untuk dipintai tolong membantu kondisi keuangan saya.
Di sepanjang perjalanan, mulut saya mengoceh, “Emang kenapa kalo gua ngerokok? Toh, yang ngerokok juga gua sendiri.” Bermuara dari omongan itu batin saya berjelajah. “Apa masalahnya kalo gua ngerokok, toh gua juga enggak pernah ngerokok di depan lu. Bisa gua pastikan setiap kali gua ngerokok tak ada satu pun asap maupun puntung rokok yang hinggap di sekujur tubuh lu.” Walhasil, ngamuk-ngamuk lah saya ketika insiden itu.
Hanya pinjaman uang dari teman saja yang mampu meneduhkan pikiran saya terkait nyinyiran itu. Maklum, saat itu sudah hampir menjelang tiga hari batas bayaran perkuliahan ditutup. Jika saya tidak bayar kuliah, ya bisa dipastikan saya akan membuang satu semester yang seharusnya jadi milik saya. Untungnya, teman saya yang lain mau mengikhlaskan uangnya untuk dipinjam ke saya. Dan yang membuat saya lebih senang lagi adalah tak ada satu kata nyinyiran pun yang hendak keluar dari mulutnya.
Akhirnya, saya bisa meminjam uang untuk membayar perkuliahan saya.
***
Sudah 3 minggu perkuliahan berjalan. Saya dan beberapa orang mahasiswa lain juga tengah sibuk memenuhi kewajiban formal untuk menyandang gelar ijazah. Di minggu awal perkuliahan, setelah saya selidiki lebih lanjut, alangkah terkejutnya ketika mengetahui si A membiayai perkuliahan dari beasiswa yang dikepalai oleh salah perusahaan rokok ternama.
Beasiswa Djarum namanya. Hal tersebut saya ketahui tatkala saya sedang nongkrong bareng dengan teman satu fakultas di pinggiran kampus. Menariknya, statement itu keluar dari mulut si A, yang sebelumnya sempat nyinyir di depan saya lantaran saya sering menghisap rokok.
Tak puas dengan omongan si A sebelumnya, saya pun nyinyir kembali, “Lah, bukannya rokok enggak baik buat kesehatan tubuh sama dompet ya?” ia pun menanggapi omongan saya, “Ini mah beasiswa, yang gua maksud itu rokoknya enggak baik.”
***
Sudah menjadi suatu kewajiban bagi tiap industri rokok untuk melakukan suatu tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pemerintah lewat Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menegaskan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban tersebut.
Tak hanya sebagai bentuk kewajiban saja. Dengan adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan—atau yang biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR)—perusahaan juga melakukan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa dan negara. Lambat laun, kontribusi yang diberikan oleh perusahaan ini memiliki efek positif untuk kehidupan sosial dan lingkungan.
Dana CSR itu dapat tersalurkan ke beberapa aspek penting yang patut dibenahi oleh negara. Seperti pendidikan, kesehatan, olahraga dan lainnya. Semisal PT. Djarum dengan Djarum Foundationnya. Lewat programnya, PT. Djarum memiliki itikad baik dalam memajukan pendidikan dan budaya di Indonesia. PT. Djarum memberikan kesempatan pada semua orang untuk mengenyam pendidikan dengan Program Apresiasi Budaya juga mereka memberikan dukungan kepada setiap seniman di tanah air.
Tak hanya Djarum saja, PT. Gudang Garam Tbk. Juga berkontribusi dalam memajukan kualitas sosial dan lingkungan di Indonesia. Dengan adanya dana pendidikan mereka memberikan beasiswa dan infrastruktur ke berbagai institusi pendidikan di Indonesia. Belum lagi dengan bantuan-bantuan lainnya, yang meliputi berbagai aspek lingkungan, keagamaan, bahkan kesehatan.
Meski begitu, sungguh sangat disayangkan masih banyak orang Indonesia yang memandang buruk rokok. Menariknya, pandangan itu hanya dilandasi oleh satu aspek saja yakni kesehatan. Beberapa masyarakat yang antirokok seperti mengesampingkan aspek-aspek lain lantaran sudah terlanjur benci dengan budaya merokok di tanah air.
Namun, siapa sangka sebagai seorang konsumen rokok, kita juga turut memiliki andil besar dalam membangun negara Indonesia. Ya, salah satunya dengan adanya dana CSR tadi. Jadi, bagi para perokok tak perlu gelisah menanggapi pandangan-pandangan buruk dari orang-orang antirokok.
Yang patut disayangkan adalah, masih banyak orang yang menghujat rokok namun di satu sisi menggunakan dana yang dikomandoi oleh si perusahaan rokok. Semoga saja, kalian tidak termasuk golongan orang yang seperti itu.
- Sensasi Merokok Saat Hujan - 17 December 2017
- Yang Bahaya Adalah Kerakusan Manusia, Bukan Rokok - 7 December 2017
- Jangankan Rokok, Kopi dan Percetakan Saja Pernah Diharamkan - 30 November 2017