Semalam takbir kembali berseru, menyahut satu sama lain, memberi kabar datangnya hari raya. Ketika dua bulan lalu umat muslim sedunia merayakan hari raya Idul Fitri, merayakan hari kemenangan umat setelah menjalani ibadah puasa 1 bulan lamanya, kini tiba hari raya untuk berbagi. Berkurban.
Perintah kurban pertama kali diberikan kepada Ibrahim yang diharuskan menyembelih anaknya. Dalam kisah yang diceritakan, Ibrahim kemudian mengalami dilema. Di satu sisi Ia harus taat pada perintah Tuhan, di sisi yang lain Ia amat menyayangi anaknya. Semua berjalan seperti itu hingga Ismail, sang anak, menyampaikan pendapatnya agar Ibrahim menjalankan perintah Tuhan untuk menyembelihnya.
Siapa tidak bergetar jika mendapat perintah seperti itu. Bahkan Ibrahim pun dilema dibuatnya. Memotong leher anak sendiri itu bukanlah hal mudah. Meski akhirnya kedua anak ayah itu tetap memilih jalan menjalankan perintah Tuhan untuk menyembelih Ismail. Keduanya memilih untuk berkurban demi Tuhan.
Walau akhirnya, Tuhan menunjukkan kuasanya dengan mengganti posisi Ismail yang hampir ditebas kepalanya dengan sembelihan yang besar. Ibrahim dan Ismail lulus ujian. Mereka rela berkorban demi menuruti perintah Allah SWT. Dari peristiwa inilah kemudian kurban menjadi ibadah umat yang disyariatkan melalui Rasul Muhammad SAW.
Hikmah dan makna paling utama dari ibadah kurban ialah kerelaan untuk berkorban dan mematuhi perintah Tuhan. Selain itu, kita juga diajak untuk berkorban demi kepentingan sosial. Dengan kurban yang dilakukan, kita merelakan sebagian milik kita untuk berbagi kepada sesama.
Sebenarnya hal seperti itu baiknya dipelajari oleh para perokok sedunia. Sudah saatnya para perokok belajar untuk mematuhi perintah aturan dan merelakan sebagian hak kita untuk tidak merokok sembarangan. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan hak mereka yang tidak merokok dan berkewajiban untuk mengupayakan yang seperti itu.
Coba tengok permasalahan terkait rokok yang ada di negara ini, semua terjadi karena ketidaksukaan sebagian masyarakat pada asap rokok. Sudah sebaiknya kita merelakan diri untuk dibatasi ruang geraknya, untuk dibatasi tempat merokoknya.
Walau begitu, kerelaan kita untuk dibatasi tidak lantas menghilangkan hak kita untuk merokok. Bahwa merokok masih menjadi aktivitas legal dan masih menjadi hak yang tidak boleh dirampas. Negara dan pengelola ruang publik harus bersedia menyediakan ruang merokok yang layak agar tidak ada hak masyarakat yang dirampas.
Berkorbanlah sedikit untuk kepentingan orang lain dengan tidak merokok di sembarang tempat. Kalau sudah begitu, kita bisa menunjukkan kalau para perokok bukanlah orang jahat yang kerjanya merampas hak orang lain. Kalau pun ada yang begitu jahatnya, kerjanya cuma merampas hak masyarakat, ya cuma negara dan kelompok antirokok.
Di hari yang mulia ini, marilah bersama untuk mulai berkomitmen seperti itu. Jika nantinya kita sudah berusaha dan berkorban tapi sikap mereka masih sinis, boleh jadi memang mereka yang sebenarnya tidak mau mengamalkan perilaku baik terhadap orang lain. Toh kretekus yang berhaji dan berkurban banyak, masih saja mereka bilang “Lebih baik uang ditabung untuk haji dan kurban daripada merokok”. Mereka yang belum kurban dan haji, kok perokok yang disuruh nabung.
- Berapa Harga Rokok Surya 1 Slop? - 15 May 2023
- Inikah Saat Yang Tepat Untuk Berhenti Merokok? - 13 January 2022
- Tradisi Suwuk Menggunakan Asap Rokok untuk Pengantin itu Bukan Hal Negatif - 12 June 2019