Press ESC to close

Samosir, Harapan Baru Penghasil Tembakau

Kabupaten Samosir bukan hanya dikenal dengan keindahan panorama, namun kini juga menyasar hasil pertaniannya. Kawasan yang berada di dataran tinggi kawasan Toba itu, tepatnya di Pulau Samosir itu, kini berupaya membangun harapan dengan menanam satu komoditas yang tak lagi asing bagi masyarakat Sumatera Utara, yakni Tembakau. Sejak dulu Sumut memang sudah dikenal dunia karena tembakau yang diserap dunia sebagai bahan baku cerutu.

Dulu tembakau berkualitas itu banyak dihasilkan dari daerah Serdang bedagai dan Langkat. Orang-orang lebih mengenalnya sebagai tembakau Deli. Namun sejak semakin banyaknya kompetitor penghasil tembakau sejenis dari negara lain di pasar Eropa. Yang sebab itu pula, seiring waktu ketenaran peran dan permintaan tembakau Deli semakin menyurut.

Tembakau Deli yang memiliki nilai tinggi kini tidak lagi dipandang primadona seperti dulu. Bagi para produsen cerutu di Eropa, tembakau Deli banyak digunakan sebagai pelapis cerutu. Pada tahun 90-an ke bawah pusat lelang Tembakau Deli di Bremen, Jerman menjadi saksi akan masa kejayaan tembakau Deli.

Kini tanaman tembakau dari lahan-lahan pertanian masyarakat Samosir mulai memberi pendapatan yang tak kalah menjanjikan. Masyarakat tani di sana yang biasanya mendapat hasil panen dari padi, kopi, coklat, dan cabai. Menilai secara ekonomis, menanam tembakau jelas lebih menguntungkan daripada pendapatan dari padi.

Baca Juga:  Cara Melinting Rokok Paling Praktis

Jika kita mau mengacu pengakuan yang dipaparkan Dismawan Sitanggang, petani dari Desa Pardugul, “Tembakau yang kita tanam sekarang 4000 batang dengan luasan kurang dari 2 rante, modal yang kita butuhkan tidak samapi 1 juta. Mulai dari pembibitan hingga masa panen, hanya 2 bulan. Sementara hasilnya bisa mencapai 15 juta. Hasil itu tetap tercapai meski tidak didukung oleh pasar juga alam.” Selain itu Dismawan pula menyebutkan bahwa masa panen 45 hari bisa dimanfaatkan 2 kali menanam tembakau sebelum masa menanam padi tiba.

Tidaklah muluk jika Samosir kemudian bisa menjadi daerah penghasil tembakau baru, yang berpotensi mengangkat lagi pamor tembakau dari tanah Sumatera Utara yang dulu pernah berjaya di pasar Eropa.

Di tengah tekanan isu global yang mengatas-namakan kesehatan melalui traktat FCTC, bahkan di negeri kita sendiri demikian terasa diskriminasinya terhadap komoditas pertanian tembakau ini. Tidak hanya itu Industri Hasil Tembakau juga tak kalah mendapat tekanan. Maka sebagai konsumen rokok, saya menilai ini sebagai satu harapan baru sekaligus pembuktian bahwa tembakau masih menjadi satu komoditas yang menjanjikan.

Baca Juga:  Kretek bukan Rokok

Niscaya apa yang dilakukan pak Dismawan memberi inspirasi bagi masyarakat tani di daerahnya. Pula tak dipungkiri akan memotivasi masyarakat yang lebih luas. Karena dari kerja-kerja para petani itulah pendapatan negara yang jumlahnya triliunan per tahun dari cukai rokok, niscaya pula akan memberi arti kemakmuran tersendiri. Dan kretekus sedunia—saya dan para perokok lainnya—secara tidak langsung telah dimotivasi untuk tetap menjalani hidup dengan gembira. Meski begitu kerap tekanan dari pihak-pihak yang iri dan tak senang terhadap keberadaan emas hijau Indonesia, kita sebagai bagian dari stakeholder pertembakauan patutlah berbangga atas harapan yang tumbuh dari bumi Samosir. Horas!

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah