Press ESC to close

Kretek, Produk Budaya yang Menjadi Penghidupan Masyarakat Nusantara

Indonesia adalah negeri yang hidup bersama kretek. Setelah ditemukan oleh Haji Djamhari, dan kemudian dikembangkan oleh sang raja tanpa mahkota Nitisemito, kretek telah menunjukkan posisinya di hadapan hidup masyarakat banyak. Kretek membuktikan bahwa Ia tidak hidup hanya dalam urusan budaya, tapi juga pada konteks osial dan ekonomi.

Belakangan ini memang tembakau dan kretek kerap dijadikan kambing hitam dalam urusan kemiskinan. Alasan kretek menjadi salah satu barang konsumsi yang banyak dikeluarkan agaknya tidak mutlak dapat diterima. Mengingat kretek sebagai barang konsumsi turut membuat para penikmatnya mendapatkan daya yang lebih untuk bekerja.

Tidak hanya itu, jika kretek dianggap sebagai penyebab kemiskinan, lantas bagaimana hidup masyarakat banyak yang mendapatkan nafkah bagi keluarganya dari industri ini?

Sebagai contoh, bagi masyarakat Temanggung, tembakau adalah kunci kehidupan. Selama ini memang Temanggung dikenal sebagai salah satu pusat budidaya tembakau terbaik di nusantara. Karenanya, tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan hidupnya dan keluarga pada komoditas yang satu itu.

Sebagai salah satu bahan baku utama pembuatan kretek, tembakau tidak hanya menghidupi seribu atau dua ribu orang, tapi jutaan orang. Jumlah ini baru dihitung dari sektor perkebunan tembakau, belum sektor yang lain.

Baca Juga:  Sepasang Pencinta Kretek di Negeri Kincir Angin

Dalam sektor cengkeh, setidaknya kretek turut menyerap sekitar 95% produksi cengkeh nasional. 95%. Tentu angka tersebut menunjukkan betapa kretek beserta industrinya mampu terlibat dalam hidup jutaan orang di sektor tersebut.

Tidak hanya itu, dalam tumbuh kembangnya kretek di nusantara, produk budaya ini ikut memberikan penghidupan bagi para buruh di pabrik kretek. Sejak zaman Tjap Bal Tiga (yang memiliki 10.000 buruh pada masa kolonial Belanda) hingga hari ini yang mampu menyerap 6 jutaan tenaga kerja.

Industri kretek memang menjadi salah satu industri prioritas yang tidak hanya memberikan pemasukan besar begi kas negara, tapi juga menjadi industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Bukan cuma sektor petani atau buruh, tapi juga sektor lain yang memiliki keterlibatan dari industri ini.

Yang paling nyata tentu saja bagaimana peran kretek dalam memberikan penghidupan bagi jutaan pedagang asongan ataupun pedagang kaki lima. Salah satu dagangan mereka yang paling memberikan keuntungan bagi mereka adalah kretek. Bahkan, sebagian besar pedagang asongan lebih mengandalkan kretek sebagai dagangan utama yang memberikan mereka penghasilan.

Baca Juga:  Sejarah Diskriminasi Perokok, Dari Nazi Hingga Saat Ini

Sebenarnya ada banyak masyarakat yang terlibat dalam rantai dagang kretek seperti pengrajin keranjang tembakau, pekerjan gudang tembakau, rumah produksi, ataupun pekerja agensi yang turut terlibat dalam pembuatan iklan produk kretek. Tapi saya kira, peran kretek dalam penghidupan masyarakat banyak tidak bisa kita nafikan.

Begitulah kiranya kretek, produk budaya yang hidup bersama masyarakat nusantara. Sekalipun menjadi barang konsumsi yang dibenci, Ia tetap menjadi bagian dari hidup masyarakat kita. Karena kretek tidak menjadi bagian dari budaya kita, tapi kretek telah menjadi bagian dari penghidupan bagi masyarakat kita.

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)

Aris Perdana

Warganet biasa | @arisperd