Search
Rokok Deddy Corbuzier

Deddy Corbuzier Dan Logika Absurd Menyoal Rokok

Perdebatan tentang bahaya rokok memang tidak ada habisnya. Isu ini seolah ditakdirkan untuk terus berlanjut tanpa penyelesaian. Para anti rokok tetap kekeuh bahwa rokok menyebabkan kematian, atau setidaknya mengakibatkan penyakit yang berujung pada kematian. Pada intinya, rokok tetap harus bersalah.

Perokok menolak takluk. Beragam aktivitas yang mengkampanyekan sisi positif rokok juga sering dilakukan. Tak terkecuali Deddy Corbuzier, mentalist senior di Indonesia. Beberapa hari yang lalu Deddy merilis video yang sempat menjadi trending di Youtube. Hingga artikel ini ditulis, video berjudul ‘Rokok vs Vape’ tersebut sudah ditonton 1,2 juta kali.

Dalam videonya, Deddy mempertanyakan alasan pelarangan rokok. Dia juga mengkritisi orang-orang yang kerap mengkambing hitamkan rokok sebagai biang keladi segala penyakit. Deddy menyebut bahwa salah satu penyebab kematian terbesar di dunia adalah penyakit jantung, dan salah satu penyebab penyakit jantung yang terbesar di dunia adalah obesitas, serta penyebab utama obesitas adalah junk food.

Masalahnya adalah: tidak ada peringatan bahwa junk food bisa menyebabkan obesitas, penyakit jantung, hingga berujung kematian. Ya, peringatan tersebut hanya diperuntukkan bagi konsumen rokok. Hal itulah yang menjadi pokok muatan orasi Deddy Corbuzier.

Mengutip jurnal kesehatan luar negeri, Ia juga menyampaikan bahwa secondhand smoker (anti rokok biasa menyebutnya dengan istilah perokok pasif) tidak terpengaruh penyakit karena paparan asap rokok orang lain. Kampanye secondhand smoker dilakukan berdasarkan penelitian yang tidak relevan.

Baca Juga:  Tak Hanya Pengusaha Rokok, Pengusaha Ritel Juga Tolak Kebijakan Display Rokok

Sebagaimana yang disampaikan oleh Dedy, bahwa rokok adalah penyumbang cukai terbesar di Indonesia. Pada tahun 2017, pendapatan negara dari Cukai Hasil Tembakau mencapai angka Rp 145 triliun, meningkat Rp 10 triliun dari tahun sebelumnya. Angka tersebut sama dengan 98% dari keseluruhan pungutan cukai oleh negara. Bukan angka yang kecil.

Kalau rokok memang membunuh, kenapa negara tidak melarang peredarannya? Pilihan yang sebenarnya tidak sulit untuk diambil oleh pemerintah jika memang rokok membunuh dan negara peduli terhadap kesehatan warganya. Pilihan tersebut nampaknya bukan solusi bagi negara. Wajar jika Deddy kemudian mempertanyakan maksud dibalik semua isu negatif tentang rokok.

Bahan utama rokok, tembakau, sebenarnya memiliki banyak khasiat. Salah satu yang disampaikan oleh Deddy adalah mengurangi resiko terserang alzheimer. Selain itu, Dr. Edward Uthman MD dari Harvard School of Public Health, pernah melakukan analisa data dari penelitian rekam medis terhadap 79.977 wanita dan 63.348 pria selama 9 tahun. Hasilnya, beliau mendapati fakta bahwa seseorang yang pernah merokok dan telah berhenti, beresiko terkena parkinson 22% lebih rendah dari yang tidak merokok, sedangkan yang masih aktif merokok 73% lebih rendah dari yang tidak merokok.

Kita masih bisa menemukan banyak hasil penelitian lain yang menunjukan khasiat dari tembakau. Agar bisa mengetahui itu semua memang butuh inisiatif dan keinginan yang lebih untuk membaca. Sialnya, minat baca masyarakat yang rendah serta nafsu berkomentar yang tinggi, ditambah kampanye absurd para anti rokok yang sangat masif di sosial media menyebabkan isu bahaya rokok seolah menjadi kebenaran umum yang tidak terbantahkan lagi.

Baca Juga:  Lucunya Singkatan Merek Rokok Di Indonesia, Kamu Anak 90-an Pasti Tahu

Deddy Corbuzier bukanlah pemuka agama, yang ketika bersabda akan mudah mempengaruhi banyak kepala. Setidaknya, kampanye positif Deddy cukup menarik minat publik hingga menempati posisi trending. Toh, Deddy hanya mengajak publik untuk berpikir terbuka, bukan mengajak orang yang bukan perokok untuk latah ikut merokok.

Semakin panjang paragraf yang saya tulis, hanya akan menambah kekaguman saya pada beliau. Saya hanya bisa menyarankan bagi yang belum menonton, untuk melihat apa yang beliau sampaikan dalam videonya. Sebentar saja, tidak sampai 7 menit.

Mungkin para anti rokok akan tetap menilai semua argumentasi Deddy Corbuzier dibangun di atas logikaabsurd. Tapi, tonton dulu saja. Saya yakin setelah menonton kita akan tahu siapa yang lebih berotot, eh yang lebih absurd, maksudnya.

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)