Search

Berapa Banyak Uang yang Biasa Dikeluarkan Masyarakat Untuk Membeli Rokok?

Selama ini rokok kerap dianggap sebagai penyebab kemiskinan. Masyarakat yang dianggap miskin kerap dituduh menghabiskan uang hanya untuk membeli sebungkus rokok. Padahal, tidak semua perokok mengeluarkan ‘banyak’ uang untuk memenuhi kebutuhan rokoknya. Tentu saja semua bergantung pada tingkat ekonomi si perokok itu sendiri.

Kali ini, tim riset dari Komunitas Kretek bakal menjabarkan, berapa banyak sih uang yang biasanya dikeluarkan seseorang untuk membeli rokok setiap harinya? Apakah benar seseorang bakal rela menghabiskan semua uang yang Ia punya demi membeli rokok? Nah, tanpa perlu berpanjang kata, mari kita simak laporan penelitiannya.

Lebih dari Rp 50 Ribu Per Hari

 Kelompok perokok yang ini biasanya menghabiskan rokok lebih dari sebungkus per hari. Pada kasta para perokok, kelompok ini dianggap sebagai Waisya, mereka yang memang memiliki uang untuk membeli rokok lebih banyak dari kelompok lain. Bahkan, ada pula yang bisa menghabiskan uang lebih dari Rp 100 ribu per hari untuk membeli rokok. Biasanya mereka yang menghabiskan uang sebanyak itu membeli rokok untuk dijual kembali.

Lebih dari Rp 30 Ribu Per Hari

Ini kelompok yang terbilang moderat dalam urusan merokok. Perokok jenis ini bisa disebut sebagai Ksatria-nya dalam kasta perokok. Pada kategori ini, biasanya perokok menghabiskan uangnya untuk membeli kisaran dua bungkus rokok per hari.

Tapi jangan salah artikan banyaknya pengeluaran selalu seiring dengan tingginya konsumsi rokok mereka. Sebagian dari kelompok ini tergolong lagi dalam kategori perokok ‘dermawan’ yang kerap menghabiskan rokok hanya untuk diisap orang lain. Paham maksudnya kan? Itu loh, beli rokok banyak, habisnya diisap oleh teman-teman sesama perokok. Ya masa dihabiskan sama orang yang nggak merokok.

Baca Juga:  Begini Cara Tepat Mengurangi Prevalensi Perokok Anak

Lebih Rp 20 Ribu Per Hari

Perlu diketahui harga rokok kretek jenis mild, jenis yang paling laris di Indonesia, berada dalam kisaran Rp 20 ribu per bungkus. Artinya, setengah dari responden yang kami teliti membeli sebungkus rokok sehari, untuk kebutuhannya, juga sebatang dua batang kebutuhan orang lain.

Kelompok perokok ini terhitung moderat, menghindari perilaku ekstrem dalam urusan membeli rokok. Mereka membeli rokok seperlunya kebutuhan mereka, tidak berlebihan. Dan mereka juga berbagi rokok pada teman-teman dalam jumlah yang wajar, tidak berlebihan (paling sebatang dua batang).

Lebih dari 10 Ribu Per Hari

4 dari 10 perokok yang kami wawancara (bukan dalam perbandingan), mengaku membeli rokok sebungkus per hari. Perlu diketahui, ragam harga sebungkus rokok ada pada kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu. Jadi, kelompok yang tergolong dalam kategori ini jelas bukan perokok kretek mild yang harganya cenderung lebih mewah daripada rasanya.

Mereka yang membeli rokok sebungkus biasanya berdalih melakukan hal itu untuk berhemat. Maklum, harga ketengan tentu lebih mahal daripada bungkusan. Meski dengan membeli bungkusan, kemungkinan banyak rokok yang dihabiskan pun lebih besar. Entah karena diisap sendiri, ataupun dimintai teman sejawat.

Baca Juga:  Sistem Kemitraan: Alternatif Solusi Bagi Petani dan Industri Tembakau

Di Bawah 10 Ribu Per Hari

Perokok jenis ini adalah yang selalu ada dan berlipat ganda. Walau jumlahnya tidak seberapa banyak, tetapi geraknya selalu lihai. Jika membeli rokok bungkusan, mereka membeli dalam kategori merek yang paling murah. Namun, lebih banyak perokok jenis ini yang membeli rokok dengan skema ketengan. Di dalam masyarakat, mereka selalu berada dalam lapisan terbawah, ada di kasta sudra.

Pada kategori ini, terdapat perokok-perokok yang bahkan menjalani hidup dengan sangat ekstrem, tidak keluar uang sama sekali tapi tetap bisa merokok. Biasanya jenis ekstrem ini kerap ditemui di tongkrongan, entah di kampus ada di lingkungan tetangga. Bermodal kopi hitam seharga Rp 2 ribu, mereka dapat bercengkrama dengan banyak orang, nongkrong lama-lama, sembari menanti perokok lain yang datang dan pergi membawa bungkusan rokok penuh berisi.

Aditia Purnomo