Sepertinya hoax memang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Saya (hampir) tidak punya pembelaan untuk menepis tuduhan itu. Mungkin akan banyak pihak yang menolak bahkan membantah tuduhan tersebut, tapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit juga orang yang menjadi ‘korban’ hoax. Setidaknya, kelompok Saracen menjadi bukti bahwa produk hoax mereka mendapat impresi yang tinggi dari masyarakat.
Yang lebih mengenaskan, media arus utama ikut menjadikan tautan-tautan penuh kebohongan sebagai bahan pemberitaan. Mereka mengabarkan pada khalayak untuk waspada terhadap hoax. Bukannya memberantas, pemberitaan di media arus utama justru membuat hoax semakin subur. Semakin banyak masyarakat yang justru mengonsumsi hoax setelah mengetahui dari televisi.
Produsen berita palsu biasanya menjadikan media sosial sebagai lapangan menanam kebencian. Di media sosial, masyarakat akan kesulitan membedakan mana berita yang faktual dan mana yang palsu. Kemudian media sosial menjadi medan pertempuran (menjaring pembaca) antara pembuat berita hoax dengan media arus utama yang (katanya) memerangi hoax. Seringkali juga menjadi medan pertempuran komentar para pembaca.
Ada beragam teknis yang dilakukan para produsen hoax dalam mencari korban, mulai dari narasi yang penuh tendensi hingga redaksi judul yang kontroversial. Judul kontroversial adalah salah satu teknik andalan media (terutama yang berbasis situs). Sesuatu yang sedang viral akan segera mereka kemas menjadi produk beritanya, tentu dengan judul yang bombastis untuk memancing klik dari pengguna media sosial–tempat diseminasi.
Tidak hanya soal politik, berita soal rokok juga sering di-framing hanya dengan membubuhi judul yang memicu perdebatan. Minggu lalu, jagat maya dihebohkan dengan video seekor gajah di India yang mengeluarkan asap dari mulutnya, berbagai media lantas berlomba-lomba mengabarkan dengan judul berita yang berlebihan. Salah satu situs berita membuat judul “Video Singkat Gajah ‘Merokok’ Kejutkan Pakar Satwa Liar”. Media lain tak mau ketinggalan dengan membuat judul “‘Gajah yang merokok’ membingungkan para ilmuwan”. Ada banyak media lainnya, hampir semua menyebut gajah merokok.
Ada dua masalah utama yang saya temukan ketika melihat video viral tersebut; pertama, tidak ada rokok di sekitar gajah, maka jelas gajah tersebut tidak merokok. Kedua, kalaupun ada rokok, struktur mulut gajah tidak memungkinkan untuk mengisap rokok. Maka, media yang membuat judul dengan kata ‘rokok’ jelas mengada-ada dan mencari sensasi.
Tidak hanya soal politik, berita soal rokok juga sering di-framing hanya dengan membubuhi judul yang memicu perdebatan.
Rasa penasaran membuat saya klik salah satu tautan yang menyebut gajah merokok, dan… Saya kecewa. Saya justru tidak menemukan kaitan judul dengan isi berita. Memang benar bahwa ada seekor gajah yang (terlihat) mengeluarkan asap dari dalam mulut. Namun bukan merokok. Seorang pakar gajah, Varun R Goswami, menduga bahwa gajah itu sedang mencoba mengambil arang kayu sisa bakaran, kemudian mendekatkannya ke mulut, meniup abu yang menempel di arang menggunakan belalai, lalu memakan sisanya. Tiupan tersebutlah yang menimbulkan kepulan asap. Sangat disayangkan, ini jelas bukan aktivitas merokok. Ini hoax! Tapi, kenapa harus rokok?
Kebanyakan di antara mereka akan berdalih sudah mencantumkan tanda kutip (“…”) untuk menjelaskan makna yang berbeda. Namun sekali lagi, kenapa harus rokok? Saya curiga, selain mencari klik dari pembaca, stigma negatif terhadap rokok juga turut dilestarikan dengan hoax itu. Atau kalau mau lebih kasar lagi, mungkin beberapa media sudah menjadi bagian dari kepentingan pengendalian tembakau untuk menyusupkan isu antirokok, yang kalau mau dibedah lebih dalam, ada gelontoran duit yang sangat besar di balik kepentingan itu. Semoga saya salah. Tapi ini tetap layak dicurigai.
Semoga setelah ini kita bisa lebih adil dalam menilai suatu kejadian. Dengan demikian, kita sudah membuktikan bahwa hoax bukan darah daging bangsa kita.
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022