Press ESC to close

Belajar Menghargai Hak Orang Lain Saat Ramadan

Ramadan kali ini agaknya sedikit berbeda dari yang biasa kita jalani di tahun-tahun lalu. Bukan, bukan. Ini bukan soal cuaca yang makin panas atau hari-hari bersamamu yang telah berlalu yang makin oleh riuhnya warganet di linimasa sosial media. Meski agak nyangkut, tapi ini bukan soal itu.

Satu hal yang agaknya benar-benar membedakan Ramadan tahun ini adalah tidak ada lagi perdebatan soal boleh atau tidaknya warung buka di siang hari. Dulu, biasanya, perdebatan terkait hal ini sudah dimulai sejak satu atau dua minggu sebelum Ramadan datang. Perdebatan soal ini berkisar pada masalah toleransi kepada masyarakat yang tidak berpuasa, juga toleransi terhadap yang berpuasa.

Hampir setiap tahun masyarakat disuguhi oleh perdebatan ini. Bagi yang mendukung ide warung buka di siang hari, argumentasinya berkisar pada hak-hak warung untuk berjualan dan akses masyarakat yang tidak puasa untuk tetap bisa makan. Kadang, ada tambahan argumen yang menyatakan bahwa umat muslim harusnya kuat-kuat saja berpuasa walau ada warung makan yang buka. Toh kalau sudah niat ya bakal kuat.

Sementara itu para penentangnya berargumen sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa masyarakat non muslim justru harus toleran pada yang berpuasa. Ini bukan soal kuat atau tidak kuat, tapi lebih kepada penghargaan bagi umat muslim. Begitulah kira-kira perdebatannya sampai akhirnya, tahun ini, perdebatan itu tidak terdengar kembali.

Terkait hal ini, saya beranggapan bahwa hari ini masyarakat sudah dewasa. Setidaknya dalam urusan ini. Mungkin mereka telah sadar bahwa toleransi dan menghargai hak orang ain bukanlah hal yang pantas diperdebatkan. Lebih baik jalani saja, dan lakukan saja. Begitu saja kok repot.

Baca Juga:  Saatnya Pemerintah Melupakan Freeport

Bagi saya, Ramadan adalah momen terbaik untuk memperbaiki diri. Belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lampau, dan memperbaikinya untuk hari ke depan. Keharusan untuk menjalani ibadah puasa juga menjadi satu hal baik yang harus kita manfaatkan. Bukan hanya dalam urusan hawa dan nafsu, tapi juga dalam urusan menghargai hak orang lain.

Karenanya, pada momen Ramadan kali ini, satu hal penting yang bisa kita maknai dan pelajari adalah bagaimana bentuk penghargaan terhadap hak orang lain. Selama ini toleransi yang jadi bahan perdebatan hanya sebatas wacana. Sebagai sesuatu yang dibuat heboh, Ia tidak menjadi apa-apa ketika masuk dalam tatanan hidup masyarakat. Karena, dalam kehidupan bermasyarakat, kita telah melakukannya tanpa perlu banyak membincangkannya.

Pun terkait toleransi pada urusan rokok dan merokok. Walau harus kita akui, masih ada para perokok yang kerap melanggar hak dan kenyamanan orang lain, tapi perokok yang berupaya menghargai hak masyarakat lain juga semakin bertambah jumlahnya. Hal ini menjadi satu penanda bahwa orang-orang yang merokok semakin sadar bahwa penghargaan terhadap masyarakat yang tidak merokok adalah hal yang tidak perlu diperdebatkan, tapi hanya butuh dilakukan.

Baca Juga:  Melawan Logika Kanker Paru Pada Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Karenanya, mari kita manfaatkan momentum Ramadan kali ini sebagai ajang untuk belajar saling menghargai. Baik hak masyarakat yang tidak merokok, pun pada masyarakat yang merokok. Buat yang mau merokok, ya lihat kondisi sekitar. Jangan merokok di kendaraan umum, saat berkendara, di dekat anak kecil, dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain.

Pun dengan orang yang tidak merokok, tolonglah beri perokok hak atas ruang. Jangan lagi marah jika melihat orang merokok di ruang terbuka atau malah di tempat khusus merokok. Juga jangan langsung asal emosi melihat orang merokok sembarangan. Ketimbang marah-marah, lebih baik nasihati agar Ia tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Kalau kedua pihak saling toleran, saling menghargai, hidup berbangsa dan bernegara pun bakal menjadi lebih asyik. Tanpa perlu berdebat sampai berbusa-busa, tanpa perlu ada marah atau benci lagi. Tapi untuk mencapai tahap tersebut, ya kita belajar dulu lah. Minimal dengan menghargai orang-orang di sekitar kita.

 

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit