Press ESC to close

Beda Perlakuan Terhadap Kretek dan Susu Kental Manis

Beberapa waktu belakangan publik dibuat gempar dengan pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang susu kental manis. Berdasar rilis BPOM, produk yang kerap disebut sebagai susu kental manis ternyata tidak memiliki kandungan susu. Bahkan, bahasan kemudian mengarah pada bahaya yang terkandung dan kebohongan terhadap publik.

Upaya untuk mengungkap kebohongan dalam susu kental manis sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Di twitter misalnya, hestek #BahayaSusuKentalManis beberapa kali muncul sejak awal tahun. Puncaknya, adalah ketika BPOM mengeluarkan rilis tersebut. Isu terkait susu kental manis menjadi bahasan utama di hampir semua media juga obrolan masyarakat.

Hal-hal semacam inilah yang menjadi bukti bahwa Kementerian Kesehatan atau bahkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia tidak pernah benar-benar serius mengurusi kesehatan masyarakat. Terbukti, ketika rilis BPOM muncul, Kementerian Kesehatan tidak ambil sikap. YLKI pun begitu, tidak banyak bicara tentang isu ini hingga kemudian jadi banyak bicara ketika kasusnya meledak.

Dengan begitu, artinya sudah puluhan tahun Kementerian Kesehatan dan YLKI membiarkan pembohongan produk ini pada konsumen, juga masyarakat. Selama itu pula, Kementerian Kesehatan dan YLKI lebih banyak sibuk mempersoalkan perkara rokok, hingga mungkin lupa bahwa ada banyak produk yang juga punya faktor risiko terhadap penyakit berbahaya.

Baca Juga:  Benarkah Candu Rokok Menjerat Anak Kecil?

Memang benar bahwa rokok adalah produk konsumsi dengan faktor risiko terhadap penyakit tertentu. Namun, kasus ini harusnya membuat kita sadar betapa nyatanya produk-produk dengan faktor risiko serupa yang beredar di pasar. Pertanyaannya, kenapa selama ini rokok selalu dihajar dan susu kental manis tidak?

Selama ini rokok selalu dijadikan kambing hitam atas segala penyakit. Kenapa saya bilang segala penyakit, karena bahkan ada pemberitaan yang menyebut bahwa rokok dapat menyebabkan diabetes. Sesuatu yang terkesan mengada-ada juga menyesatkan, tapi melulu ditampilkan untuk mendiskreditkan rokok.

Selain distigmakan buruk terhadap kesehatan, rokok juga disebut menjadi biang keladi kemiskinan masyarakat Indonesia. Padahal, kemiskinan (juga penyakit) disebabkan oleh banyak faktor. Lagipula, mengambinghitamkan rokok menjadi bukti bahwa rezim lebih suka melarikan diri dari masalah dengan menyalahkan pihak lain.

Jika kita mau lihat lebih adil, keberadaan rokok sangat bermanfaat buat masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat kita hidup dan bergantung pada produk ini, negara juga mendapatkan pemasukan besar dari rokok. Uangnya, ya digunakan negara untuk membangun fasilitas buat masyarakat.

Baca Juga:  Menyoal Yogya Tertib Merokok

Coba bandingkan dengan produk seperti susu kental manis. Saya kira manfaat terhadap bangsa dan negara tidak bakal sebanding mengingat besaran manfaat rokok buat Indonesia.

Sayangnya, kita juga tidak bisa membandingkan perlakuan yang didapatkan rokok dengan susu kental manis. Selama puluhan tahun rokok dihajar melalui kebohongan dan regulasi yang memberatkan. Dihajar kanan kiri oleh YLKI dan Kemenkes beserta jajaran antirokoknya. Sementara susu kental manis, ya kita tahulah bagaimana perlakukan Kemenkes dan YLKI selama ini.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit