Press ESC to close

Pebulu Tangkis Malaysia yang Dicoret Lantaran Merokok

Beragam pilihan cara dilakukan orang untuk mendapatkan hal yang menyenangkan dari kehidupannya sehari-hari. Iya terutama untuk melepas diri dari kepenatan. Ada yang mendapatkannya dari makan sate kambing, nonton film di bioskop, ataupula berplesiran ke laut. Tak terkecuali. Semua orang punya (free choice) pilihan bebasnya masing-masing, dan setiap pilihan memiliki risiko yang harus ditanggung.

Lain bagi seorang atlet yang kedapatan merokok. Aktivitas merokok menjadi sesuatu yang sangat haram dilakukan karena berkaitan dengan kesehatan dan reputasi. Seperti yang dialami pebulu tangkis dari Malaysia, Iskandar Zulkarnain Zainuddin, yang harus dicoret dari skuad Asian Games 2018.

Kedapatan merokok menjadi semacam aktivitas yang sangat aib bagi seorang atlet, meski itu dilakukan bukan pada saat Ia menjalani profesinya sebagai pebulu tangkis. Iya, tentu karena pelatih dan asosiasinya menerapkan disiplin kepada atletnya untuk tidak berhubungan dengan rokok.

Disiplin itulah yang membuat Iskandar dan 4-5 nama atlet Pelatnas di bawah naungan Asosiasi bulutangkis Malaysia (BAM) menanggung risiko dicoret dari squad. Jika kita bandingkan dengan bidang profesi lain, sebut saja petugas pengisian bahan bakar di SPBU, tetapi tentu itu bukan profesi pembanding yang sebangun.

Petugas pom bensin juga menganut disiplin, merokok di kala bekerja tak bisa dilakukan beriringan, yaiyalah berurusan dengan bensin. Sepakat. Tapi bedanya, lepas dari urusannya dengan bensin, iya si petugas tinggal sadar tempat dan waktu saja untuk merokok. Sementara profesi olaragawan, apalagi Ia representasi dari suatu negara, disiplin tentang rokok jauh lebih ketat, untuk tidak menyebutnya kaku.

Baca Juga:  Menulis dan Urgensi Menghisap Sebatang Rokok

Lebih dari setengah abad dunia medis sepakat bahwa merokok dan olahraga tak bisa dilakukan beriringan. Iskandar juga pernah kena sanksi dijatuhi hukuman potong gaji karena kebiasaannya itu. Olahragawan kok jadi kayak buruh pabrik, salah sedikit potong gaji.

Radja Nainggolan, salah satu pesepak bola yang mengalami risiko tidak ikut ajang piala dunia 2018, dikarenakan dirinya yang perokok. Kalau bicara potensi serta prestasinya jelas diakui dunia. Di sini celakanya nasib seorang atlet yang kena perangkap disiplin rezim antitembakau yang men-casting-kan atlet sebagaimana super hero, semacam tokoh rekaan yang dibangun melalui produk DC Comics.

Iskandar adalah salah satu perokok yang mengalami diskriminasi dari disiplin dunia olah raga yang berlaku, Ia harus dicoret dari daftar squad seperti yang dialami Radja Nainggolan. Sebagai olahragawan mungkin pula Ia sempat mengimajinasikan kalau saja profesi saya petugas SPBU mungkin tidaklah begini jalan nasib.

Iya, rezim antitembakau pasti sangat tidak sepakat dengan pameo: bahwa sejatinya merokok itu bagus untuk melatih kekuatan paru-paru, dapat meningkatkan kebugaran olahragawan. Pameo kontroversial ini jelas bertentangan dengan citra industri olahraga modern. Perlakuan diskriminasi itu sama dialami oleh sekian juta perokok lainnya di berbagai ruang lain. Hanya beda kejadian dan sanksi yang diterima. Stigma bahwa merokok adalah kebiasaan buruk yang merongrong kesehatan menjadi dalih normatif bagi banyak pihak.

Baca Juga:  Merokok di Motor Sungguh Perbuatan Menjengkelkan

Industri olaraga modern menolak pembangkangan yang dilakukan oleh olahragawan yang tidak disiplin. Di dunia sepak bola, Zdeněk Zeman, pelatih nyentrik asal Ceko, yang punya pengikut loyal di Italia dan menukangi 16 tim, adalah seorang perokok yang mampu meracik strategi demikian OOTB (Out of The Box), melalui pola 3-3-4 ultraofensif.

Celakanya, seorang Norza, pelatih squad bulu tangkis Malaysia, yang merekomendasikan Iskandar dicoret dari timnya tidaklah senyentrik Zeman yang punya sederet catatan prestasi. Agaknya cara-cara yang dilakukan pelatih Norza bakal menjadi prototype bagi para pelatih di negara lain yang belum meratifikasi traktak yang dilesakkan rezim antitembakau. Perlu dicatat, olahragawan juga manusia berhak untuk mendapat kesenangan, olahragawan bukanlah super hero yang citra heroiknya terancam cupu cuma gara-gara merokok.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah