Tidaklah keliru yang Nikita Mirzani bilang pada kesempatan lalu, bahwa “masalah terbesar rokok sebetulnya bukan agama tapi kesehatan. Rokok dianggap tidak baik gara-gara memberi dampak buruk bagi kesehatan”. Sekali lagi karena ‘dianggap’ loh ya, semua boleh saja beranggapan soal baik-buruknya rokok, asal jangan lantas membenci mati-matian. Rugi sendiri nanti. Kejiwaanmu itu loh, warganet.
Sangat disayangkan sering kali saja aktivitas merokok dikait-kaitkan dengan agama, lebih dalam lagi diasosiasikan dengan citra kesalihan seseorang. Seperti yang kita ketahui Nikita Mirzani termasuk satu dari sekian artis yang memilih hijrah sebagai cara untuk menempuh makna ketakwaan.
Pilihan itulah yang membuat Ia juga sekian artis lainnya yang mendaku sudah hijrah; berhijab, berjanggut, bergamis, bersorban, dan sekian ber- lainnya tak sepi dari pergunjingan. Banyak yang menyangsikan kasalihan serta laku hidup mereka akan nilai-nilai keyakinan yang tengah dilakoni. Eh tapi kenapa kontroversi seputar ini hanya berlaku pada agama mayoritas ya? Yup. Agama kini adalah pasar.
Perkara ini bermula dari viralnya video singkat Nikita yang kini sudah berhijab yang tengah memperlihatkan dirinya merokok. Video singkat itulah yang bikin warganet garis usil pada berisik mengomentari. Mempertanyakan arti hijrah pada Nikita Mirzani. Secara artis gitu loh, sedikit saja kelakuannya yang dianggap tidak relevan dengan norma umum lantas saja jadi pergunjingan.
Masyarakat kita memang mengidap gegar budaya yang tak berkesudahan, konstruksi citra baik-buruk masih senantiasa memenjara kemerdekaan berpikir. Tren hijrah di kalangan artis mengemuka sebagai satu keniscayaan yang mengusik nalar kaum pemeluk agama gosip.
Terlebih jika itu berkaitan dengan rokok dan aktivitas merokok. Artis yang menjadi bahan gunjingan jadi dapat ruang untuk melariskan argumen bantahan maupun pembelaan. Banyak dari mereka seakan-akan dikatrol popularitasnya lewat bisnis eksistensi recehan semacam itu.
Sementara di kesempatan lain, di luar isu artis merokok yang diviralkan. Ada serentet kebaikan perokok yang tidak menjadi pergunjingan warganet yang usil itu. Misalnya, terkait fakta bahwa duit cukai perokok mampu membangun rumah sakit paru termegah di Jawa Barat.
Mestinya warganet yang suka usil itu juga mampu melihat lebih obyektif kehidupan para perempuan petani yang menjadikan rokok sebagai sarana pelepas lelah bekerja, tanpa embel-embel ‘hijrah’ ataupun gelar hajjah yang diviralkan, mereka tetap berlaku tawadhu (rendah hati) dalam melakoni ibadah serta kebaikan di dunia sosialnya.
Iya tak usah jauh sih, tidak sedikit kok hijaber yang juga merokok, meski tak harus diumbar biar viral dan jadi gosip di media sosial. Lha mereka merokok bukan buat jadi barang tontonan kok. Bukan untuk jadi komoditas berita yang melulu membingkai perokok itu dengan cap buruk.
Sekali lagi yang saya sesalkan bukan soal Nikita hijrah lantas masih merokok, karena perkara merokok itu adalah hak asasi dia sebagai manusia merdeka. Yang saya sesalkan justru warganet yang usil dan gampang gegeran itu loh, yang asal ada rokoknya lantas saja dicemooh, diejek-ejek soal keistiqomahannya. Sejak dulu Nikita Mirzani memang perokok—jauh sebelum dia berhijab—jika sudah berhijab pun bukan berarti dia harus berhenti merokok. Rokok itu produk legal, gaes. Memangnya setelah hijrah dan berhijab lantas Ia harus ganti naik onta, berhenti pakai gajet dan pasta gigi gitu? Justru dengan masih merokok itulah bukti Nikita memang istiqomah. Istiqomah dalam bersumbangsih kepada negara.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024