Search
aktivis anti rokok

Tak Bisa Berkurban dan Haji Karena Merokok Itu Cuma Pikiran Orang Tak Mampu

Kemarin, jelang-jelang Idul Adha, banyak orang menyemarakkan sebuah pandangan bodoh tentang rokok. Katanya, “Lebih baik uangmu ditabung untuk dibelikan kurban, ketimbang kamu bakar habis hanya untuk rokok”. Bah, bagaimana akal sehat kita dipersekusi oleh cara pandang yang semacam itu.

Jadi begini saudara-saudara sebangsa dan setanah air, apapun yang hendak kalian lakukan, mbok ya jangan melulu dikaitkan dengan merokok. Jangan karena ada orang yang merokok tidak ikut berkurban, lantas kalian salahkan rokok sebagai biang keladinya. Memangnya, kalian yang tidak merokok ini juga ikutan berkurban?

Persoalan berkurban, naik haji, dan sebagainya, ini memang hanya dilakukan oleh orang-orang yang telah memenuhi syaratnya. Salah satunya adalah memiliki kemampuan untuk itu. Lah kalau belum mampu, ya jangan dipaksa untuk mampu. Toh kalian yang tidak merokok, kalau tidak mampu melakukannya pun tidak boleh dipaksakan.

Kemudian, kalau semua hal tersebut harus dilakukan dengan niat yang tulus. Ingat, harus dengan niat yang sungguh-sungguh. Bukan cuma sekelebat pikiran saja mau melakukan itu, padahal yang kejadian ya anu. Bilang, ”Ah ingin berkurban”, kenyataannya ya tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkan keinginan tadi.

Pada masalah ini, satu alasan utama kenapa kita, baik perokok maupun tidak, gagal melakukannya adalah karena tidak sungguh-sungguh ingin mewujudkannya. Kalau memang niat ya, menabunglah. Mau naik haji ataupun berkurban, ya kumpulkan uang dengan konsisten. Jangan menabung sehari, seminggunya menghamburkan uang.

Baca Juga:  Papua Tak Miskin Karena Rokok, Tapi Karena Belum Merdeka

Biasanya dalam urusan begini, orang-orang bakal bilang kalau uang rokokmu ditabung kamu bisa mewujudkannya. Sebungkus Rp 20 ribu, ditabung setahun sudah banyak tuh duit, bisa buat beli kambing. Ya padahal, para perokok yang memang niat berkurban dan naik haji juga bisa mewujudkan keinginan tersebut. Ini bukan persoalan kaya atau miskin ya, toh para perokok yang uangnya terbatas juga tetap bisa berangkat haji dari uang tabungannya.

Inilah bantahan nyata atas kesesatan cara berpikir masyarakat terhadap rokok juga konsumennya. Kebencian mereka terhadap perokok, ditambah ketidakmampuan mereka untuk berkurban dan naik haji, dilampiaskan seluruhnya pada orang yang merokok. padahal ya, kalau tidak mampu berkurban terima saja nasibmu. Atau ya kalau menyalahkan, coba refleksi dulu, bisa jadi itu karena kesalahan dirimu sendiri.

Coba saja lihat tempat penyembelihan hewan kurban di dekat rumahmu, hitunglah berapa hewan kurban yang diberikan para perokok, tidak sedikit kan?

Ya begitulah kalau orang sudah benci, apapun yang terjadi semua pasti disalahkan ke perokok. Jika memang mau berpikir adil juga pakai akal sehat, semua masalah yang kamu sangkakan itu hanyalah akal bulus dari kampanye-kampanye busuk soal rokok. Namanya juga bulus, kalau terlalu banyak terhasut hoax nantinya malah hidupmu yang tidak bahagia.

Baca Juga:  Fatwa Spesisifik Menyoal Rokok Elektrik, Perlukah?

Karena itu, di hari yang raya itu, selain mengucap segala takbir atas kebesaran Tuhan, ada baiknya kita juga merefleksikan diri. Apa yang sudah kamu korbankan untuk kemaslahatan umat nyatanya tidak banyak berarti. Coba bandingkan sama perokok yang uangnya (baca: cukai) dipakai untuk kasih pemasukan ke negara. Dari talangi anggaran BPJS sampai bangun rumah sakit, itu pakainya perokok loh.

Aditia Purnomo