Press ESC to close

Dzolimnya Pikiran A’a Gym Jika Bicara Soal Rokok

Merokok adalah hak setiap orang. Pun dengan orang yang tidak merokok, itu adalah hak. Tambahan bagi yang tidak merokok, hak mereka pula untuk tidak terganggu paparan asap rokok. Ini adalah perkara mendasar terkait hak dan rokok.

Karenanya, saya sepakat dengan pemikiran bahwa mengganggu kenyamanan orang lain lewat paparan asap rokok adalah perbuatan dzolim. Termasuk dengan jalan pikir A’a Gym yang berpendapat seperti ini. Saya menyepakatinya.

Tetapi, tidak bisa kemudian pandangan ini dibawa ke arah: merokok adalah perbuatan dzolim pada diri sendiri. Itu dua konteks yang berbeda. Bahwa tidak mau terganggu paparan asap rokok adalah hak, pun dengan pilihan merokok yang merupakan hak. Maka urusan merokok tidak bisa kita sebut sebagai perbuatan dzolim pada diri sendiri.

Mungkin A’a Gym bisa berpendapat seperti anti rokok karena termakan bujuk rayu kampanye negatif terhadap tembakau. Katanya, rokok itu terbukti mengandung racun. Iya, jika nikotin yang kita makan di terong atau kentang itu dikategorikan sebagai racun. Apabila itu dasarnya, apakah memakan terong dan kentang akan dikategorikan sebagai kegiatan mendzolimi diri sendiri? Saya kira A’a Gym tidak akan berani.

Baca Juga:  Kretek dan Blantik Asing

Bahwa rokok adalah barang konsumsi yang memiliki faktor risiko terhadap penyakit, itu memang benar. Tapi tidak bisa jika kemudian logika yang dibangun adalah rokok menjadi sumber utama segala penyakit. Akal sehat tentu tidak bisa menerima jalan pikir ngawur seperti ini.

Logika semacam ini dibangun melalui doktrin dan vonis dokter tatkala memeriksa penyakit masyarakat. Apapun penyakitnya, jika si pasien merokok, maka rokok adalah penyebab dari penyakit itu. Yang lai-lain, ah itu mah urusan belakangan.

Perlu dipahami bahwa tidak semua penderita kanker itu merokok. Pun yang tidak hidup di lingkungan merokok bisa kena kanker. Mau contohnya, ada satu mantan menteri kesehatan yang terkena kanker paru padahal Ia tak merokok dan tidak mungkin lingkungan kerjanya dipenuhi asap rokok. Lah kerjanya di area kementerian kesehatan dan rumah sakit yang tentu saja merokok adalah perbuatan terlarang. Tapi bisa kena juga kan.

Hal ini menjadi satu penanda bahwa, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh rokok dan semua hal turunannya. Banyak juga orang yang merokok dan tetap sehat hingga usia lanjut. Tidak bisa logika-logika hitam dan putih dipakai dalam hal ini.

Baca Juga:  Kebijakan Cukai dan Manuver Kepentingan Global

Maka, jalan pikiran bahwa merokok adalah perbuatan dzolim pada diri sendiri adalah sebuah hal yang dzolim itu sendiri. Sudah dzolim pada orang yang merokok, dzolim pula pada orang-orang yang hidup bersama kretek. Mulai dari petani tembakau, petani cengkeh, para pekerja di ladang, pekerja pabrik rokok, atau pedagang asongan.

Mengingat perbuatan dzolim adalah sesuatu yang tidak dibernarkan oleh agama, tentu saja para perokok harus sadar diri dan tidak lagi merokok sembarangan hingga mengganggu kenyamanan orang lain. Begitu pula dengan si A’a, ada baiknya segera bertaubat dan menjauhkan dirinya dari pikiran dzolim semacam tadi. Astaghfirullah, A, jauh-jauh deh dari jalan pikiran dzolim.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit