Press ESC to close

Jangan Buat Keruh Kondisi Pasca Bencana dengan Larangan Merokok Bagi Para Korban

Membuat keruh suasana dalam kondisi bencana adalah hal yang mengesalkan. Begitulah kiranya hal yang kita ungkap tatkala seorang ibu tua membuat satu kabar bohong tentang pemukulan terhadapnya, dan membuat fokus media teralih pada urusan politik yang memuakkan. Ketika saudara sebangsa di daerah bencana tengah menghadapi persoalan, di sisi lain masih saja ada orang yang membuat keruh suasana.

Hal yang sama juga terjadi hanya dalam perbuatan yang berbeda. Satu perkara yang menurut saya membuat keruh suasana ketimbang mendorong kerja sama untuk menolong para korban gempa. Yakni adalah pernyataan seorang Seto Mulyadi terkait bantuan dari perusahaan rokok terhadap para korban. Selain itu, Ia juga menyatakan semakin marak konsumsi rokok di daerah bencana mengancam nasib anak-anak di sana.

Terkait pernyataan pertama, ini adalah satu kondisi tidak bisa menerima hal baik pihak lain. Ketika bencana terjadi, semua orang tentu bakal dengan sigap memberi bantuan bagi para korban. Bahwa ada satu dua yang mempolitisir, tapi tidak perlu sejauh pandangan Seto Mulyadi terhadap rokok. Toh, memberi bantuan adalah hak perusahaan rokok. Kalau memaksa penjualan bagi para korban, itu baru bisa kita salahkan.

Baca Juga:  Komnas PT Harusnya Berbuat yang Lebih Penting

Ini bukan kali pertama ada pihak yang menolak pemberian bantuan oleh perusahaan rokok. Mending kalau yang menolak itu adalah orang yang diberi. Lah ini, pihak lain yang entah siapa, malah melarang bantuan pada para korban yang membutuhkan. Mending lagi kalau bantuan yang mereka berikan setidaknya setara dengan yang pabrik rokok sanggup berikan.

Katanya, dengan bantuan dari perusahaan rokok, masyarakat bakal menganggap bahwa mereka adalah pihak yang baik. Padahal, hal tersebut memang benar. Orang mau kasih bantuan kok dibilang jahat dan dikomentari. Toh sejak dulu pabrik rokok yang ada di Indonesia telah membantu perjuangan bangsa.

Kemudian, terkait banyaknya aktivitas merokok masyarakat yang dirasa meningkat, saya kira itu adalah hal yang masuk akal. Para korban tengah mengalami stres dan kepusingan setelah dihantam bencana. Mungkin aktivitas merokok ini bisa dijadikan sebagai pelepas penat dan sedikit upaya untuk mengurangi beban yang mereka tanggung.

Sebenarnya, dalam urusan semacam ini, persoalan utamanya adalah bagaimana aktivitas merokok tidak dilakukan di tenda darurat. Aktivitas ini tidak mengganggu orang lain. Sudah, begitu saja.

Baca Juga:  Perokok Sehat itu Bernama Dian Sastro

Jangan kemudian, hal seperti ini saja dipolitisir seakan merokok bagi para korban bencana bakal mengancam hidup anak-anak. Ingat, merokok bagi mereka adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban pikiran setelah dihajar bencana. Jangan sampai, mau mengurangi beban seperti itu saja sudah dikomentari yang tidak-tidak apalagi sampai dilarang.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit