Agaknya nama Sandiaga Uno dan kata kontroversi makin hari makin tak terpisahkan. Dirinya pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, dan kini berstatus sebagai Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto pada gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Tapi, kelakuannya, tetap saja seperti Sandiaga: penuh kontroversi.
Setelah menyebut tempe yang dijual di pasar hanya setebal kartu ATM, Sandi melanjutkan kontroversinya dengan mempertanyakan secara terbuka: uang 100 ribu dapat apa? Tak sampai disitu, Sandi juga menyebut bahwa harga nasi dan sepotong ayam di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura. Dan ada beberapa pernyataan lain dari Sandiaga Uno yang cukup kontroversial seperti membandingkan cukai rokok dengan zakat.
Terbaru, di sela-sela kunjungannya ke perusahaan eksportir tembakau Na Oogst Tarutama Nusantara dan bertemu pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (7/10/2018), Sandiaga Uno menyampaikan dukungannya pada pengembangan industri tembakau.
“Memang kita tahu ekonomi masih rapuh. Namun industri tembakau ini (melalui cukai rokoknya), digunakan untuk penambal biaya talangan BPJS,” kata Sandiaga.
Sandi juga menyatakan bahwa edukasi tentang bahaya merokok tetap harus dilakukan dengan upaya promotif preventif. “Namun tetap kami apresiasi, karena dari tembakau ini, memberikan tambahan bagi devisa negara, dan juga membuka lapangan pekerjaan yang luas,” lanjutnya.
Sandiaga Uno juga menyebut bahwa kesejahteraan buruh industri tembakau akan jadi prioritasnya jika kelak terpilih.
“Kesejahteraan para pekerja harus jadi prioritas kita. Bagaimana caranya penghasilan mereka bisa meningkat dan lancar, dan biaya sembako murah,” katanya.
Sepintas tidak ada yang salah dari ide-ide mulia Sandiaga Uno di atas. Sayangnya, rekam jejak Sandi tak menunjukan hal serupa. Sebelumnya, Sandiaga Uno pernah dengan tegas mengajak masyarakat untuk melawan industri tembakau kala baru dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 silam.
“Kita semua melawan industri tembakau,” ucap Sandi.
Pernyataan itu disampaikannya setelah menjelaskan bahwa rokok menyebabkan berbagai penyakit yang pada titik tertentu akan membebani keuangan pemerintah.
“Dia (perokok) akan membebani society. Kalau dia yang sakit, kita yang bayari, karena para perokok ini pada saatnya akan sakit dan membebani BPJS,” ujarnya.
Lain dulu, lain sekarang. Kini Sandi justru mengapresiasi sumbangan cukai rokok untuk dana talangan BPJS Kesehatan. Satu tahun yang cukup singkat bagi Sandi untuk merubah sikap dan cara pandangnya pada rokok dan perokok. Hal yang bisa dipahami mengingat dirinya kini akan kembali berkompetisi dalam kontestasi elektoral Pilpres 2019.
Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. PM Laksono, MA, pernah mengatakan bahwa tembakau sejak zaman kolonial menjadi komoditas primadona andalan. Komoditas ini bernilai ekonomi tinggi dan telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit bagi pemerintah Hindia Belanda. Karena nilai ekonomis yang tinggi, tembakau sering disebut dengan istilah emas hijau. Dengan fakta itu, tidak heran jika segala hal ihwal yang berkaitan dengan tembakau sarat akan kepentingan.
Isu tembakau ternyata berkembang menjadi isu yang selalu ‘seksi’ untuk dibahas. Dalam suasana politik seperti hari ini, tidak sedikit politisi, terutama mereka yang berkompetisi di ajang Pemilihan Umum (Pemilu) baik Pileg ataupun Pilpres, secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap pelestarian tembakau. Banyak di antara mereka juga yang menunjukkan keberpihakannya pada kesejahteraan setiap pihak yang terlibat dalam industri hasil tembakau (IHT) mengingat stakeholder pertembakauan punya potensi untuk jadi ceruk suara yang cukup besar.
Ide mulia para politisi bukanlah hal baru. Mereka membutuhkan simpati publik yang akan menjadi konstituen. Namun, apapun alasan di balik ide-ide mulia tersebut, sesuatu yang menghasilkan manfaat perlu rasanya untuk diapresiasi. Semoga para calon kepala negara ini dapat memanifestasikan janji dan gagasan mulianya dalam bentuk kebijakan riil kelak.
Semoga!
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022