Press ESC to close

Inkonsistensi Sandiaga Uno dalam Kampanye Hidup Sehat

Sandiaga Uno terbilang sosok Cawapres yang tak bosan mencitrakan diri akan kegemarannya berolahraga. Kerap pada sejumlah kesempatan Cawapres ini terlihat berada di tengah kerumun emak-emak, baik itu ketika melakukan senam ataupun jogging bersama. Seperti juga yang dilakukannya di Wonosobo pada kesempatan lalu.

Di antara kerumun massa emak-emak itu Sandi juga kerap memanfaatkan ajang semacam itu untuk mencitrakan perhatiannya terkait persoalan yang dialami masyarakat. Tidak ada yang salah dari sisi ini memang. Mengkampanyekan hidup sehat melalui olahraga dan mengingatkan akan pentingnya menjaga asupan gizi, tentu itu satu hal yang positif.

Yang disesalkan dari ajang pencitraan semacam ini adalah upaya Sandi memanfaatkan emak-emak sebagai penyuara kepentingan antirokok. Logika yang digunakan tak jauh dengan cara-cara antirokok dalam mendiskreditkan perokok. Padahal Wonosobo dikenal sebagai daerah penghasil tembakau khas, yaitu tembakau Garangan. Masyarakatnya banyak juga yang bergantung hidup dari tembakau.

Namun kerap saja rokok dan aktivitas merokok dikait-kaitkan dengan masalah kesehatan, terkait risiko penyakit paru dan kanker. Hal itu pula yang disebutkan Sandi. Bicara seputar isu kesehatan masyarakat tentu saja akan mendapat animo yang baik. Tapi jika itu malah meyelipkan pesan untuk para suami agar berhenti merokok, di sini terlihat betul inkonsistensi Sandi. Di daerah penghasil tembakau kok malah kampanye untuk orang berhenti merokok.

Baca Juga:  Belajar Adil Pada Rokok dan Kretek

Perihal hidup sehat memang dibutuhkan oleh banyak orang, apalagi jika penekanannya untuk menjaga pola hidup yang seimbang. Itu yang perlu disampaikan seharusnya, bukan menyasar ke soal rokok. Bahayanya bakal terjadi blunder, jika saja ada seorang emak-emak yang berani kritis bertanya, “dulu Bu Menkes yang bukan perokok juga bisa kena kanker, itu karena rokok?”

Iya paling tak jauh-jauh, jurus normatif antirokok yang bakal digunakan Sandi dalam menangkal pertanyaan itu. Membeberkan data hapalan dari hasil penelitian asing di antaranya. Yang kita tahu sendiri, banyak data yang dirilis oleh lembaga-lembaga penelitian asing yang sudah disusupi kepentingan rezim antitembakau global.

Tapi hal blunder dari pertanyaan kritis itu tidak akan pernah terjadi, tidak akan. Boleh jadi malah senam dan ocehan Sandi hanya dianggap sampiran belaka. Yang penting bagi emak-emak ya dapat kesempatan curhat plus foto bareng orang ngetop. Hehe.

Padahal nih ya, kalau skenarionya dibikin ada pertanyaan kritis seputar isu rokok, misalnya dibahas juga bagaimana dilema yang dialami BPJS soal penggunaan duit perokok, atau pertanyaan yang lebih ringan lagi, kenapa hanya terkait aktivitas merokok saja yang diingatkan, kenapa tidak ada titipan pesan lain misalnya terkait bikin petisi untuk menutup semua pabrik rokok.

Baca Juga:  Kampanye Antirokok, Upaya Menguasai Tembakau Nusantara

Yakin deh itu yang bakal isi kepala tambah sehat, masyarakat diajak juga senam otak gitu. Eitdah, Bang. Ini kan acara senam, masak jadi melebar bahas rokok. Nah itu. Senam bersama kan sekadar sarana konsolidasi saja, yang penting pesan-pesan sponsor kesehatan sampai. Coba dibikin gimmick seperti yang sudah-sudah, yang bikin banyak jemari netizen jadi senam extra. Himbauan untuk menjaga hidup sehat tentu itu hal baik bagi masyarakat, tapi kalau malah memanfaatkan emak-emak sebagai penyuara kepentingan antirokok. Iya jelas banget tidak konsisten situ, Pak.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah