Press ESC to close

Djarum dan Pentingnya Kretek Bagi Kudus

Kudus memang dikenal sebagai kota industri, meski ya bukan industri yang besar-besar amat. Jika kalian ke Kudus, warga di sana akan bilang hanya ada dua jenis industri besar yang beroperasi. Pertama adalah kertas, di Kudus ada pabrik yang mengolah kertas untuk Perusahaan Uang Republik Indonesia. Kedua, tentu saja, industri kretek.

Ya, industri kretek adalah penyumbang terbesar perekonomian di Kudus. Kata orang sana sih, masyarakat kerjanya itu cuma di tiga sektor. Kalau bukan kertas, kretek, ya selain itu dua. Biasanya sih lebih banyak ke sektor UMKM. Ya usaha menengah lah, distribusi produk atau jadi toko penjualnya.

Nah bicara kretek, Kudus memang menjadi salah satu kota yang mempopulerkan industri ini. Kretek masuk ke dunia industri pun karena Nitisemito merintis pabrik kretek pertama, Tjap Bal Tiga yang mempekerjakan puluhan ribu orang. Jadi, kretek dan kudus boleh dibilang sebagai dua hal yang saling mengisi.

Seperti pada penerimaan cukai tahun 2018, Kudus menjadi salah satu penyumbangnya yang terbesar. Dari kisaran Rp 150 triliun pendapatan cukai, Rp 31,3 triliun didapatkan dari Kudus. Artinya, sebagai kota yang tidak besar-besar amat dan tidak berada di pusat kekuasaan, Kudus memiliki peran penting dan besar terhadap perekonomian Indonesia. Begitupun pabrik-pabrik kretek yang hidup di Kudus. Semua memberikan kontribusi yang, boleh dibilang, tidak kecil.

Baca Juga:  Indonesia Millenial Summit 2020, Disponsori Perusahaan Rokok Bukan Berarti Kampanye Merokok

Memang sih, jika berbicara Kudus dan kretek, kita tidak bisa melepaskan nama Djarum sebagai salah satu perusahaan kretek terbesar. Apalagi, sekira 80% penerimaan cukai yang didapat Kudus merupakan setoran dari Djarum. Tanpa bermaksud mengurangi kontribusi perusahaan lain macam Norojono, Jambu Bol, Gentong, dan lain-lain, kontribusi Djarum untuk Kudus memang luar biasa.

Selain setoran cukai dan pajak setiap tahunnya, Djarum juga menjadi perusahaan yang rutin membantu pembangunan di Kudus. Sebut saja, Gerbang Kudus Kota Kretek. Itu belum dihitung pembinaan Djarum melalui beragam yayasan terkait pendidikan melalui Beswan Djarum atau olahraga lewat PB Djarum. Belum lagi Djarum sebagai perusahaan juga telah membangun 14 SMK bertaraf internasional untuk mempersiapkan anak muda Kudus pada dunia kerja yang semakin keras.

Selain itu masih program Bakti Budaya atau Trees For Life yang membantu banyak aktivitas kebudayaan dan penghijauan. Hal ini belum termasuk bagaimana CSR Djarum di Kudus turut terlibat dalam pembangunan banyak taman yang ada di kota kretek ini.

Karenanya, meski hanya memiliki luas wilayah 42,516 hektare dan menjadi kabupaten dengan luas wilayahnya terkecil di Jawa Tengah, perekonomian Kudus tetap menjadi salah satu yang terkuat di Jawa Tengah. Hal ini dapat terbukti dengan peran Kudus yang menyumbang sekitar 7-8 persen terhadap PDRB Jateng selama 2013-2016.

Baca Juga:  Rapuhnya Pandangan Bahaya Rokok

Semua capaian di atas tentu saja dapat terwujud berkat peran serta industri kretek, juga yang lainnya, dalam pengembangan perekonomian Kudus. Apalagi, boleh dibilang, industri ini adalah yang memiliki nilai ekonomi paling besar bagi Kudus. Mengingat segala peran serta kretek dalam perekonomian Kudus, agak sulit tentunya membayangkan apa yang terjadi bila perusahaan macam Djarum harus tutup akibat regulasi terkait rokok yang semakin tidak masuk akal.

Masa iya, Kudus yang tadinya maju bakal jadi tengkurap perekonomiannya hanya karena kepentingan kampanye global belaka.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit