Press ESC to close

Eksploitasi Anak oleh PB Djarum hanya Delusi Yayasan Lentera Anak Belaka

Saya kira tuduhan kelompok antirokok terkait audisi bulutangkis PB Djarum sudah berlebihan. Di media-media mereka katakan: Djarum melakukan ekspolitasi anak! Mereka menjadikan anak sebagai media promosi. Dan sebagainya, dan sebagainya sampai kemudian mulut mereka berbusa. Pertanyaannya, benarkah demikian?

Perlu diketahui bahwa audisi bulutangkis yang selama ini dilakukan adalah agenda dari Persatuan Bulutangkis Djarum, bukan PT DJarum Tbk yang memproduksi rokok. Bahwa kemudian ada kesamaan nama, ya memang PB Djarum ini diinisiasi oleh pabrikan, atau setidaknya orang-orang di pabrikan. Apakah melakukan hal itu salah, saya kira tidak.

Hal semacam ini sebenarnya sama seperti PT Jaya Real Properti yang mendirikan PB Jaya Raya di Tangerang Selatan. Sebuah perusahaan membangun klub olahraga dengan tujuan mulia: membina cabang olahraga bulutangkis agar mampu berprestasi di tingkat dunia. Begitu pun dengan PB Djarum, yang malah secara nyata telah ikut membangun kejayaan bulutangkis Indonesia di mata dunia.

Agaknya hal-hal semacam ini juga perlu diperhatikan oleh kelompok antirokok sebelum menuduh sesuatu yang serius. Apalagi bahasa ‘mengeskploitasi’ anak-anak jelas sesuatu yang sama sekali berbanding terbalik dengan realitas di lapangan. Dalam audisi anak-anak muda disaring, dicari yang terbaik, dan kemudian dibina agar bisa berprestasi di level dunia. Kalau tidak percaya ya tanya saja Kevin Sanjaya Sukamulyo, apakah dia dieksploitasi atau dibina hingga bisa menciptakan rekor dunia?

Baca Juga:  Menghadapi Ancaman Rokok Ilegal di Indonesia: Bahaya yang Mengintai

Kegagalan lembaga seperti Lentera Anak dan Komnas Perlindungan Anak dalam melihat hal semacam ini harusnya bisa kita sikapi dengan benar. Masih kah dua lembaga ini patut dipercaya dalam urusan-urusan perlindungan anak ketika yang mereka lakukan malah menuduh pembinaan prestasi generasi penerus bangsa? Masa iya dua lembaga kelas berat macam ini masih saja berdelusi karena kebenciannya pada rokok?

Dalam kacamata mereka, karena PT Djarum memproduksi rokok maka segala hal yang berkaitan dengan nama Djarum adalah jahat bagi dunia. Ya kalau memang rokok dikategorikan berbahaya seperti pernyataan Komisioner Komnas PA bidang Kesehatan dan Narkotika, Siti Hikmawatty, ilegalkan saja produknya. Kan berbahaya, untuk apa dipertahankan.

Sialnya, saya tak pernah mendengar lembaga-lembaga yang mengklaim diri menjadi garda terdepan perlindungan anak ini mendorong wacana agar rokok itu dilarang total. Palingan, kalau ada yang harus dilarang total itu ya iklannya, sebagaimana bentuk dari (hanya) upaya pengendalian tembakau. Ya, sekadar dikendalikan saja.

Sifat tidak ‘serius’ inilah yang kemudian membuat kemampuan mereka ya segitu-segitu saja. Dangkal iya, tidak mendalam juga iya. Kalau memang mereka benar serius mau mengurusi ancaman rokok, pasti upaya yang bakal dilakukan adalah mendorong agar rokok diilegalkan. Tapi ya, jangankan mengurus hal sebesar ini, toh Komnas PA masih punya banyak PR terkait perlindungan anak yang masih sulit mereka wujudkan.

Baca Juga:  Manfaat Rokok, Mencairkan ‘Mulut Asem’ Demonstran

Adabaiknya jika memang Komnas PA atau Lentera Anak tidak mampu memberi pemahaman yang mendalam terkait audisi ini, ya lakukan saja tugas kalian dengan benar. Kalau memang bisa, ya coba beri bukti apakah ada bentuk promosi rokok selama audisi bulutangkis itu? Jika memang tidak bisa ya, lebih baik tidak usah banyak berkomentar hal yang tidak-tidak. Benahi saja kerjaan kalian ketimbang mengurusi audisi bulutangkis semacam ini.

Sebab apa? Sebab kalian memang tidak punya pengalaman membimbing anak-anak untuk berprestasi di tingkat dunia. Ingat, mengurus audisi bulutangkis itu berat, Komnas PA dan Lentera Anak tak bakal kuat. Sudah, biar PB Djarum saja yang mengurusnya.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit