Press ESC to close

Berhenti Merokok Bikin Kita Bisa Beli Rumah?

Pada suatu waktu yang dulu sekali, seorang kawan pernah mengeluhkan betapa besarnya biaya pernikahan. Sewa gedung, bayar katering, dekorasi, dan lain-lain yang membuatnya pusing tujuh keliling. Itu belum ditambah keperluan beli rumah setelah menikah. Setelah mendengar keluhan itu, saya yang paham betapa beratnya beban beliau menyarankannya untuk sebats dulu dan agar rileks dalam menghadapi persoalan ini. Walau berat, tapi ya harus dihadapi. Yang bisa Ia lakukan hanya bekerja keras, dan tentu saja berdoa pada yang maha kuasa.

Segala kerja kerasnya pun terbayar dengan pernikahan yang berlangsung meriah. Ia dan istrinya bahagia, orangtua dan mertuanya bahagia, keluarganya bahagia, dan saya sebagai teman pun ikut bahagia. Biar bagaimanapun, tekad kuatnya untuk menikah yang disertai kerja keras telah membawa hasil. Tanpa perlu berhenti merokok untuk menambah biaya nikah, Ia tetap bisa menikah.

Kira-kira pengalaman seperti itulah yang perlu kita ceritakan kepada orang-orang yang selalu membuat hitung-hitungan, seakan segala hal bisa dilakukan atau dibeli jika kita tidak lagi mengeluarkan uang untuk membeli rokok. Padahal ya, meski teman saya merokok, biaya besar untuk menikah tetap mampu Ia dapatkan.

Dalam hidup ini, ada cukup banyak orang yang tidak menyukai aktivitas merokok kita. Alasannya pun beragam, tapi ya intinya mereka tidak suka asap rokok. Hal seperti ini tentu perlu menjadi perhatian buat kita. Karena kawan kita tidak suka merokok, ya jangan merokok di dekatnya. Kita perlu menghargai mereka jika mau mereka menghargai hak kita untuk merokok.

Baca Juga:  Bahaya Kementerian Kesehatan dalam RUU Kesehatan

Namun, ya masih ada saja orang yang kelewatan menanggapi aktivitas merokok kita. Sampai-sampai, mereka kerap menasehati kita agar berhenti merokok dengan ragam alasan. Entah agar tetap sehat, atau yang begitu matematis, agar kita bisa membeli rumah.

Ya, belakangan muncul kampanye berhenti merokok agar masyarakat bisa beli rumah. Kata mereka, lebih bermanfaat uangnya dipakai untuk beli rumah ketimbang beli rokok. Ya masuk akal sih, kalau disuruh memilih antara rokok atau rumah ya saya bakal memilih yang kedua. Persoalannya, hidup tidak bisa sematematis anggapan orang-orang itu.

Begini, seperti yang saya ceritakan di awal, kawan saya yang merokok tetap bisa menikah dengan biaya besar. Dia tetap merokok dan tidak berhenti dengan alasan menghemat. Karena menurutnya, dengan merokok Ia bisa mendapati sedikit kesenangan setelah bekerja keras untuk mendapatkan uang. Hal-hal macam begini kadang memang nggak masuk sih di jalan pikiran orang pelit.

Atau begini, jika dengan tidak merokok seseorang dianggap mampu untuk beli rumah, maka anggapan tersebut dapat dengan mudah terbantah lewat banyaknya orang yang tidak merokok tapi ya tetap saja tidak mampu beli rumah. Sementara itu, teman saya yang merokok itu, sudah berhasil membayar DP rumah untuk segera Ia tinggali.

Baca Juga:  ‘Khasiat Rokok' dalam Mistisisme

Persoalan ingin membeli rumah, ikut berkurban, atau naik haji, itu semua adalah perkara bagaimana kita meniatkan diri untuk mewujudkan keinginan tersebut. Kalau memang kita bukan orang kaya, guna mewujudkan hal-hal semacam tadi ya membutuhkan kerja keras. Tapi jangan lupa sebats, biar kalian nggak stres kalau kerja terlalu keras. Menabunglah, sisihkan pendapatan, kumpulkan uang. Dengan niatan yang kuat seperti itu, niscaya keinginan untuk membeli rumah bisa tercapai.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit