Press ESC to close

Di Tengah Masyarakat, Perokok Maupun Vapers Harus Sama-sama Menjaga Etiket

Banyak pihak yang meyakini bahwa perkembangan vapor hanyalah sekadar tren gaya hidup, sedangkan rokok konvensional berbahan dasar tembakau lebih memiliki kecenderungan sebagai warisan budaya dalam masyarakat.

Perbedaan antara vapor dan rokok kini melahirkan beragam polemik. Ada pula yang menilai bahwa mengkonsumsi vapor adalah solusi untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh rokok. Yang jelas keduanya sama-sama punya faktor risiko.

Perbedaan rokok konvensional dengan vapor merupakan salah satu topik yang cukup diminati oleh para perokok dan para vapers. Sudah banyak diskursus yang dihelat dalam rangka mengkampanyekan sisi positif dari masing-masing komoditas. Banyak poin yang diulas dalam setiap diskursus, kebanyakan adalah poin-poin yang menjabarkan perihal faktor risiko.

Apapun bentuknya, mau asap ataupun uap, yang pasti kedua produk tersebut sama-sama akan ngebul kalau dihisap. Yang terpenting, regulasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tidak hanya melarang perokok konvensional. Para vapers juga tidak bisa dibenarkan jika kedapatan mengisap vapor di area yang masuk kategori KTR.

Tidak sedikit juga orang yang risih dan merasa terganggu oleh kebulan uap vapor. Maka, sebagai konsumen yang baik, perokok dan vapers harus selalu menghargai mereka yang memilih untuk tidak mengonsumsi keduanya. Di sini pentingnya sebuah etiket.

Baca Juga:  Mendesakkan Kepentingan FCTC Melalui Stigma Negatif Terhadap Produk Berbasis Nikotin

Kampanye Perokok Santun harus diikuti para vapers. Ada hak masyarakat yang tidak selaiknya terpapar kebulan rokok dan vapor. Merokok atau vaping disekitar mereka adalah tindakan yang menciderai esensi dari kesetaraan hak.

Kita harus sama-sama memahami fakta bahwa rokok konvensional dan vapor sama-sama melalui proses pemungutan cukai oleh negara sebelum beredar di tengah masyarakat. Oleh karena itu, para konsumen produk olahan tembakau seperti saya harus diberikan jaminan hak dalam bentuk ketersediaan ruang untuk dapat menikmati pilihan saya dengan nyaman. Karena konstitusi mengamanatkan itu.

Ada regulasi yang mengikat peredaran rokok dan vapor di tengah masyarakat. Dengan regulasi-regulasi yang ada, ditambah pola pikir diskriminatif beberapa pihak, sudah seharusnya para perokok dan vapers saling dukung dalam mendobrak stigma negatif yang tertanam di masyarakat.

Jika sudah saling dukung dan sama-sama mengampanyekan kesantunan, niscaya kita tidak akan temukan lagi perdebatan rokok versus vapor. Boleh jadi yang bisa kita lihat adalah diskusi para perokok dan vapers yang menolak takluk pada pada regulasi yang mendiskriminasi.

Baca Juga:  Karena Perokok adalah Orang-orang Asik

Biar bagaimanapun, istiqomah saya masih sama, senikmat apapun aroma vapor, pilihan saya masih rokok kretek. Apalagi diisap selepas makan ataupun sambil buang hajat.

Rizqi Jong

Sebats dulu bro...