Press ESC to close

Selamat Berpulang Om Wendo, Terima Kasih atas Segala Kebaikan

Satu lagi Indonesia kehilangan figur budayawannya. Arswendo Atmowiloto. Lelaki dengan pembawaan bersahaja itu telah menutup halaman terakhir dari buku hidupnya di rumah sakit pada usia 70 tahun. Selain dikenal sederhana, sifat murah senyumnya mengisyaratkan satu keyakinan bahwa resep panjang umur adalah selalu menebar sekecil apapun kebaikan untuk banyak orang.

Bagi masyarakat umum, nama Arswendo demikian lekat dengan kisah Keluarga Cemara. Sebuah drama keluarga yang hits di era 90-an, pertama kali tayang pada tahun 1996 di sebuah stasiun televisi swasta. Penggambaran keluarga kecil nan harmonis ini diadaptasi dari buku yang ditulisnya pada tahun 1970, serial tersebut cukup dinikmati oleh berbagai kalangan. Boleh dibilang, Keluarga Cemara menjadi satu ilustrasi yang mampu menginspirasi banyak orang .

Istri Cak Nun, Novia Kolovaking, adalah salah satu akrtis yang dulu pernah membintangi serial Keluarga Cemara. Pada tahun 2019 ini dalam debut layar lebar, film Keluarga Cemara yang dibintangi Nirina Zubir dan Zara JKT48 yang tayang di bioskop Januari lalu cukup meraih sukses. Wajar saja, pada masanya serial Keluarga Cemara tergolong tontonan yang paling ditunggu banyak orang. Secara pribadi, saya termasuk pirsawan yang mendapat pencerahan dari serial itu.

Baca Juga:  Ekspresi yang Direpresi, Solidaritas untuk Wanggi Hoediyanto

Om Wendo, demikian saya menyebutnya, bukan hanya dikenal sebagai pribadi yang unik. Gayanya yang ceplas-ceplos menyiratkan ia adalah pribadi yang berpikir terbuka. Menyiratkan pula sisi pribadinya yang dermawan dalam berbagi wawasan kepada siapa saja.

Om Wendo memberikan banyak nilai pendidikan lewat karya-karyanya, termasuk saat kita berada di dekatnya. Lewat penyampaian sederhana, Om Wendo mampu membuat orang mendapatkan sesuatu yang cemerlang dari gagasan yang disampaikannya.

Dari kacamata kretekus, Om Wendo memiliki keberpihakan yang nyata terhadap kretek sebagai produk budaya. Nilai-nilai kesantunan pula yang Om Wendo kedepankan dalam menyikapi kontroversi rokok di masyarakat. Kretek sebagai produk budaya mampu mencairkan suasana juga mempersatukan orang-orang dari berbagai golongan. Setidaknya hal itu yang tersirat dari sikap budayawan yang sempat mengalami dinginnya tembok penjara di masa Orde Baru.

Kabar lelayu tentang kepergiannya kemarin telah membuat saya sejenak berkhidmat akan arti ‘keharusan’ dari sebuah siklus hidup. Sejenak jadi mengingat kembali saat Om Wendo terlibat pada suatu agenda dengan teman-teman kretekus di Cikini. Tentu itu menjadi momentum yang menyenangkan, saya pun mendapat beberapa pencerahan yang menarik.

Baca Juga:  Kretek bukan Rokok

Maka tidaklah berlebihaan, bagi generasi penulis yang ingin mendedikasikan diri dalam dunia kepenulisan. Arswendo Atmowiloto adalah satu dari sekian figur sastrawan yang berdedikasi dalam memberi manfaat bagi banyak orang. Tak hanya lewat karya-karya sastra, pula dalam kesederhanaannya.

Selamat pulang, Om Wendo. Terimakasih atas segala kebaikan.

 

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah