Press ESC to close

Ketika Ahok dan Fahri Hamzah Senada Seirama Soal Kebobrokan KPAI

Polemik pemberhentian audisi Perkumpulan Bulutangkis Djarum atau yang familiar disebut PB Djarum menuai ragam opini di kalangan masyarakat. Uniknya, nyaris semua menyalahkan dan merisak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Pemberhentian itu tentunya disesalkan banyak orang. Mereka melihat bahwa KPAI tak bijak dalam mengambil langkah dan justru menggunakan dalil-dalil lemah landasan hukum dan bersifat halusinasi. Akibatnya dalam seminggu terakhir lembaga pimpinan Susanto yang berkantor di Menteng, Jakarta Pusat itu kini dicecar banyak pihak.

Pantau saja linimasa sosial media saat ini, sumpah serapah bermunculan untuk KPAI dari golongan masyarakat mana pun. Sebaliknya pujian dan rasa terimakasih diberikan kepada PB Djarum. Memang bakti nyata lembaga yang didirikan oleh Robert Budi Hartono itu sangat terasa sekali bagi dunia olahraga khususnya bulutangkis di Indonesia. Sejak didirikan pada 1969 lalu, banyak atlet-atlet top badminton tanah air muncul. Mulai dari Liem Swie King, Alan Budikusuma, Tontowi Ahmad, Lilyana Natsir, Kevin Sukamuljo, hingga Mohammad Ahsan.

Saya termasuk orang yang sepakat menyebutkan bahwa KPAI adalah lembaga yang mempunyai tupoksi yang tak jelas. Keabsurdan itu ditambah dengan kebijakan mereka menghentikan audisi PB Djarum yang jelas-jelas tak melakukan tindakan eksploitasi anak seperti yang dituduhkan. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia saja yaitu Imam Nahrawi menilai PB Djarum tak melakukan pelanggaran. Bahkan BWF selaku induk tertinggi olahraga badminton di dunia selama ini kerap memuji langkah PB Djarum dan menilai tidak ada yang melanggar hukum.

Baca Juga:  Budaya Puasa dan Merokok dalam Tradisi Indonesia: Sebuah Perpaduan Unik

Soal dukungan kepada PB Djarum, nampaknya mereka sukses membuat dua tokoh politisi tanah air yang kerap berseteru justru jadi akur. Kita sebut saja Fahri Hamzih yang merupakan seorang legislator bisa akur pendapatnya bersama dengan Gubernur Jakarta periode 2012-14 yaitu Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Kalau kita simak jejak rekam keduanya beberapa waktu lalu, adu argumen keras tentu kerap keluar dari bibir mereka. Terutama saat Ahok diterpa kasus penistaan agama yang berujung pada pemenjaraan dirinya tempo lalu.

Ahok berpendapat bahwa KPAI adalah lembaga yang tak berguna dan harus dibubarkan. Baginya KPAI adalah salah satu komisi di Indonesia yang banyak mengeluarkan uang negara. Daripada uangnya tidak jelas peruntukannya, lebih baik diakhiri saja kerjanya. Komentar pedas nan tajam itu sejatinya ia keluarkan pada 2013 silam. Meski ia sadari bahwa pembubaran KPAI tak bisa serampangan karena harus melewati mekanisme hukum dan administrasi negara. Ya setidaknya perkataan Ahok saya kira masih relevan hingga hari ini.

Sedangkan Fahri Hamzah mengeluarkan kritik pedasnya kepada KPAI baru akhir-akhir ini saat polemik pemberhentian PB Djarum mencuat di permukaan. Menurut pria yang dulu merupakan Aktivis dari Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia tersebut, langkah KPAI mengurusi PB Djarum sangatlah tidak tepat. Fahri Hamzah menyebut bahwa ada subtansi perlindungan anak yang harus KPAI kerjakan ketimbang memberhentikan audisi.

Baca Juga:  Mengutuk Perilaku Merokok Sambil Berkendara

Lebih lanjut politisi yang besar di Partai Keadilan Sejahtera ini mendukung keberadaan dan kegiatan positif yang dilakukan oleh PB Djarum. Baginya PB Djarum memberi harapan besar bagi anak-anak Indonesia untuk meraih mimpi menjadi atlet top dunia serta mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Opini dari dua tokoh yang kerap berseteru di atas tentu membuat saya menarik sebuah kesimpulan. Bahwa memang betul Ahok dan Fahri Hamzah kerap berseteru namun hati nurani mereka masih hidup. Hati nurani mereka menilai bahwa PB Djarum memang sangat besar kontribusinya bagi bangsa ini. Bukan seperti KPAI dan lembaga antirokok lainnya yang hanya demi dana program asing yang mereka jalankan lalu butahati dan melupakan segala jasa PB Djarum bagi rakyat Indonesia.

Indi Hikami

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta