Berhasil, mungkin itu anggapan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia tatkala klub Persatuan Bulutangkis Djarum memutuskan memberhentikan audisi atlet mereka. Hal ini, sesuai dengan tuntutan awal mereka, PB Djarum menghentikan audisi atlet. Sayangnya, keberhasilan ini bukanlah sesuatu hal yang bisa mereka rayakan. Karena seiring dengan keberhasilan mereka, kemarahan rakyat justru hadir dan dilampiaskan kepada KPAI.
Semua bermula ketika audisi yang telah dilakukan belasan tahun ini dituduh sebagai promosi rokok oleh KPAI. Tidak hanya itu, KPAI juga menuduh kalau audisi tersebut adalah bentuk eksploitasi anak yang dilakukan PB Djarum. Karena itulah, KPAI meminta agar audisi tersebut dihentikan agar eksploitasi anak tersebut juga berhenti.
Awalnya, PB Djarum tentu tidak mau menghentikan audisi mereka. Ini adalah ajang pembibitan, yang sudah ditunggu-tunggu oleh ribuan anak Indonesia. Menghentikan audisi ini sama saja dengan mematikan mimpi mereka. Mimpi untuk menjadi atlet binaan mereka, dan menjadi bulutangkis berprestasi buat bangsa dan negara.
Polemik kemudian muncul, PB Djarum tetap didesak untuk menghentikan audisi. Sepanjang polemik, masyarakat yang menyaksikan tuduhan demi tuduhan KPAI meminta agar audisi jalan terus. Jalan aja audisinya, KPAI nggak punya kewenangan hukum.
Melihat hal ini, KPAI kemudian menyatakan bahwa audisi boleh berjalan, asal peserta tidak pakai kaos Djarum Badminton Club. Satu hal yang menjadi dasar argumentasi mengada-ada terkait tuduhan eksploitasi anak oleh KPAI. Audisi dan pembinaan boleh lanjut, asal peserta tidak pakai kaos.
Lalu, dilakukanlah audiensi antara kedua pihak. Dalam audiensi ini, PB Djarum telah bersepakat dan mengusulkan jika ke depannya audisi atlet tidak akan memberikan kaos ke peserta juga tidak lagi menggunakan kata Djarum sebagai nama event. Sialnya, KPAI menolak usulan ini, yang sebenarnya mengakomodir kemauan awal mereka.
Dalam audiensi itu, KPAI meminta ketidakterlibatan Djarum sama sekali. Hal yang, tentu saja tidak bisa diterima. Bagaimanapun, PB Djarum adalah identitas klub, tidak diperbolehkan menggunakan identitas klub ketika melakukan pembinaan adalah bentuk penghinaan kepada klub. Karena itulah, kalau memang KPAI mau PB Djarum menghentikan audisi, ya kita tinggal berhenti lakukan audisi. Gitu aja kok repot.
Hal ini, secara tidak langsung, menunjukkan kemenangan KPAI. Akhirnya, ada juga pekerjaan KPAI yang bisa sukses setelah belasan tahun berdiri. Jarang-jarang loh KPAI berhasil begini, sebuah hal yang menyenangkan dan patut dirayakan.
Sayangnya, keberhasilan KPAI ini, sekali lagi, justru menghadirkan pukulan balik buat mereka. Masyarakat yang selama ini ada bersama PB marah besar kepada mereka. Masyarakat melampiaskan kemarahan mereka pada KPAI, karena buat mereka PB Djarum lebih berjasa dan penting ketimbang keberadaan KPAI.
Masyarakat menilai, dengan segala sumbangan PB Djarum untuk satu-satunya cabang olahraga paling berprestasi dan membanggakan Indonesia tidak sebanding dengan keberadaan KPAI. Lebih baik KPAI saja yang bubar, PB Djarum jangan. Dukungan pada PB Djarum terus mengalir, cacian pada KPAI juga masih berlanjut.
Pada konteks ini, saya kira, PB mungkin harus tunduk pada tuntutan KPAI. Namun, di hadapan rakyat Indonesia, mereka adalah pemenangnya. KPAI mungkin berhasil mewujudkan tuntutannya, tapi pada polemik ini, PB Djarum lah yang telah berhasil memenangkan hati rakyat Indonesia.
- Melindungi Anak adalah Dalih Memberangus Sektor Kretek - 29 May 2024
- Apakah Merokok di Bulan Puasa Haram? - 20 March 2024
- Betapa Mudahnya Membeli Rokok Ilegal di Warung Madura - 23 February 2024