Press ESC to close

Mengisap Kretek Asli Indonesia, Mencintai Bangsa

Mengisap rokok kretek itu bukan sekadar soal membakar tembakau linting. Mengisap kretek juga tak sebatas perkara membunuh asam di mulut. Mengisap kretek pun tak hanya sarana rekreasi kala menghadapi penat kehidupan. Lebih dalam dari itu, mengisap kretek juga bisa diartikan sebagai manifestasi kecintaan pada tanah air berikut budayanya.

Perokok adalah konsumen yang memberi pemasukan bagi kas negara. Dari tiap batang rokok yang diisap, triliunan rupiah pemasukan diterima negara. Pemasukan itu diserap dari tiga komponen pajak pada rokok, yakni cukai, PPN, dan PDRD (Pajak Daerah Retribusi Daerah) yang masuk ke dalam APBN. Dari situ, APBN dikonversi jadi ongkos pembangunan, beberapa waktu lalu bahkan cukai rokok, juga uang para perokok, dialokasikan untuk menambal defisit anggaran BPJS Kesehatan.

Oleh karena itu, rasa cinta tanah air bisa diekspresikan oleh perokok dengan menggunakan produk buatan dalam negeri, yang dilinting oleh tangan-tangan anak negeri, yang menjadi pendapatan negeri, dan berkontribusi bagi keberlangsungan pembangunan negeri.

Mereka yang tidak merokok–termasuk anti rokok–pun dapat menikmati apa yang diberikan oleh sebatang kretek, melalui pembangunan, fasilitas atau subsidi yang diberikan oleh negara. Karena kretek, dan sebagaimana juga ajaran nasionalisme, tak mendiskriminasikan orang atau kelompok tertentu.

Baca Juga:  Kartel Pangan Punya Kendali Atas Ketimpangan Gizi dan Stunting, Kenapa Perokok yang Dituding?

Bagi sebagian orang, mengisap rokok kretek diinterpretasikan sebagai tindak bunuh diri–karena dianggap berbahaya bagi kesehatan. Namun, kita juga bisa meyakini bahwa setiap sebatang kretek yang kita isap justru menjadi sumber kehidupan bagi para petani tembakau, petani cengkeh, pekerja industri tembakau, pedagang asongan, dan banyak elemen lainnya.

Rokok kretek, pada titik tertentu, bertransformasi secara kualitatif menjadi susu bergizi bagi anak-anak petani, menjadi makanan sehat bagi keluarga pedagang asongan, juga menjadi pakaian yang layak bagi keluarga buruh linting. Ya, fakta menunjukan bahwa industri pertembakauan nasional telah menjadi salah satu tiang ekonomi negeri ini, Negeri Kretek. Menggunakan logikan apa pun, fakta ini tidak terbantahkan.

Bagi kita yang telah memilih menjadi perokok, mengisap produk lokal juga bisa diartikan sebagai bentuk sederhana dari perang melawan penjajahan asing. Karena pada hakekatnya, penjajahan gaya baru yang sekarang ini ada adalah penguasaan pada sumber ekonomi dan pasar. Pasar yang besar di suatu negara dengan penduduk lebih dari 240 juta orang adalah magnet yang menggoda bagi para pemain dalam bisnis tembakau dari Amerika, Eropa, dan Asia untuk memperluas pasar produk mereka. Diantara pemain-pemain dalam bisnis tembakau internasional tersebutlah British American Tobacco, Imperial Tobacco, Japan Tobacco, dan Philip Morris International.

Kelak, apabila industri asing di sektor tembakau merajai pasar dalam negeri, maka manfaat ekonomi dari sebuah produk asli bangsa Indonesia yang dapat dirasakan oleh banyak orang hanya tinggal kenangan saja.

Dengan menghisap kretek asli dalam negeri, kita telah mencintai produk lokal yang nilai lebihnya juga akan kembali ke negara kita, bukan ke negara lain. Dengan menghisap kretek pula, kita telah mengapresiasi produk kebudayaan asli yang diciptakan oleh nenek moyang kita.

Baca Juga:  Penerimaan Cukai Rokok 2021 Nyaris Capai Target
Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)

Aris Perdana

Warganet biasa | @arisperd