Press ESC to close

Melawan Politisasi Corona ala Antirokok

Merokok menyebabkan Corona adalah salah satu isu yang paling mengesalkan belakangan ini. Ketika Walikota Depok menyebut berhenti merokok adalah salah satu langkah untuk menghindari Corona, kami sudah membantah hal yang menyesatkan tersebut. Mau merokok atau tidak, Corona tak pernah pandang bulu. Itu satu catatan penting yang tidak bisa kita bantah.

Suka atau tidak, ada begitu banyak orang yang tidak merokok dan terkena virus Corona. Entah itu terkenal atau tidak. Sebagai contoh, mantan pesepakbola yang kini menjadi pelatih klub Arsenal, Mikel Arteta saja kena, apalagi kalian yang bukan apa-apa bukan siapa-siapa. Jadi, jangan kira karena olahraga setiap hari juga tidak merokok seseorang bisa terbebas dari ancaman virus ini. Jangan kira.

Virus Corona ini menyebalkan, juga tidak bisa diremehkan. Ketika Italia mencatatkan rekor lebih dari 300 kematian dalam sehari, harusnya kita sadar bahwa virus yang satu ini bukan kaleng-kaleng. Kita perlu waspada, tapi tidak boleh panik dan mempercayai begitu banyak informasi yang belum tentu benar.

Benar memang, semakin kuat imun atau daya tahan tubuh seseorang kemungkinan terkena penyakit yang diakibatkan virus Corona bisa diminimalisir. Namun, tidak berarti dengan merokok maka daya tahan tubuh seseorang jadi melemah. Tidak begitu cara kerjanya.

Baca Juga:  Kampanye Antirokok, Upaya Menguasai Tembakau Nusantara

Sekadar mengingatkan, ada begitu banyak perokok di Indonesia. Dari puluhan juta perokok di Indonesia, apakah ada banyak orang yang imunitasnya melemah hanya karena merokok? Kalau memang betul begitu, harusnya saat ini Indonesia sudah terkena Outbreak. Atau, seharusnya ada begitu banyak orang yang sakit karena terkena penyakit menular karena merokok. Nyatanya tidak begitu, kan?

Justru, dengan merokok seseorang bisa saja terhindar dari Corona. Ingat, ini bukan sesuatu yang pasti, karena itu saya bilang bisa saja. Berdasar pernyataan pihak kesehatan tingkat stres bisa membuat daya tahan tubuh seseorang melemah. Dan pada posisi ini, rokok hadir sebagai satu medium untuk seseorang melepas stres dan terhindar dari ancaman melemahnya imun.

Selama ini rokok memang menjadi salah satu sarana rekreatif masyarakat yang paling terjangkau. Dengan merokok, apalagi kalau disambi ngopi, minum teh, dan hal menyenangkan lainnya, penat akibat lelah dipaksa bekerja dan menghadapi kerasnya kehidupan bisa sedikit demi sedikit berkurang. Setidaknya, dengan begini, merokok bisa menjadi sarana pengurang stres hingga daya tahan tubuh seseorang tidak melemah dengan mudah.

Baca Juga:  Gus Dur Sang Pahlawan Petani Cengkeh

Tidak hanya itu, pada rokok kretek yang selama ini menjadi favorit perokok di Indonesia, terdapat juga bahan baku cengkeh dan rempah lainnya yang bisa membuat virus lebih sulit bergerak. Dengan rempah-rempah, tubuh dan daya tahan kita bisa menguat. Ya setidaknya sedikit menguat. Toh cengkeh selama ini juga bermanfaat untuk melegakan pernafasan.

Melihat semua kenyataan di atas, selain kita perlu serius menghadapi Corona, kita juga perlu meminimalisir kekeliruan informasi akibat kepentingan politik terhadap pandemi ini. Ya, tentu tidak hanya politisi atau pejabat saja yang bisa mempolitisir pandemi Corona, tetapi juga antirokok. Maka, ketika para pegiat antirokok sudah berkata seperti paragraf pertama, pilihan kita hanya dua, menolak percaya atau membantahnya.

Aditia Purnomo

Aditia Purnomo

Bukan apa-apa, bukan siapa-siapa | biasa disapa di @dipantara_adit