Corona menjadi nama virus yang paling populer diberitakan berbagai media di seluruh dunia. Apalagi sejak presiden Jokowi menyatakan ada dua kasus di Indonesia yang positif terkena wabah menghebohkan itu. Pasca itu, muncul beragam rupa kegaduhan, masyarakat menjadi panik. Warganet yang maha sotoy merespon dengan berbagai cara di media sosial. Ada yang bersifat informatif, banyak pula yang menyikapinya dengan santuy penuh kelakar.
Virus corona tercatat mulai merebak sejak akhir 2019 di Wuhan, China. Sebulan setelah virus itu muncul telah memakan banyak korban, China memutuskan mengisolasi Kota Wuhan yang menjadi sumber penyebaran Covid-19. Tak hanya China, negara-negara lain seperti Korea Selatan, Vietnam, Singapura, dan Iran. telah melakukan berbagai langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang sangat ekstra untuk menyelamatkan warganya dari ancaman kematian akibat virus ini. Di Korea Selatan, beberapa kota seperti utara Goyang, mulai membuka stasiun pemeriksaan corona melalui layanan drive-through. Warga kota di utara Seoul itu yang tak memiliki banyak waktu bisa tetap tes corona tanpa harus turun dari kendaraan.
Sementara di Vietnam penanganan pasien yang terinfeksi akan ditempatkan di pusat karantina militer. Mereka ditempatkan di sebuah rumah sakit yang berada jauh dari permukiman, dipasang kawat berduri, serta dijaga tentara. Seluruh pasien ditangani oleh tim dokter dengan perlengkapan khusus.
Bagaimana dengan di Indoensia? Kabarnya sih, terkait pencegahan penyebaran virus corona, presiden Jokowi memastikan telah menjaga 135 pintu masuk ke Indonesia baik darat maupun udara. Pemerintah memastikan telah memiliki alat pendeteksi sesuai dengan protokol Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun di balik semua upaya super ekstra itu, ada satu perusahan rokok di Amerika Serikat yang membuat percobaan dengan menginfeksi tanaman tembakau dengan virus Corona yang sudah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan antibodi yang memungkinkan menjadi vaksin pengentas virus mematikan itu.
Sebetulnya upaya pemanfaatan tembakau untuk menangkal bahaya mematikan yang pernah dilakukan untuk menangkal virus Ebola. Upaya yang sama terjadi lagi ketika virus corona menjadi fenomena yang membuat panik masyarakat dunia. Lebih dari 3.000 orang di seluruh dunia tewas akibat virus corona yang sudah menjangkit lebih dari 88 ribu orang. Jumlah kasus di Tiongkok dikabarkan mulai menurun, tetapi meningkat di negara lain termasuk Amerika Serikat.
Dunia kesehatan tentu saja gundah. Bukan karena korban jiwa akibat virus corona yang semakin bertambah, tetapi karena tanaman tembakau yang selama ini oleh pihak kesehatan dianggap sebagai penyebab bencana dunia. Ternyata menurut kabar terbaru, tembakau dapat dimanfaatkan menjadi vaksin untuk mengatasi ancaman bencana penyakit dunia yang saat ini lagi hype.
Soal percobaan tembakau yang bisa membunuh virus mematikan memang bukan hal baru. Untuk mengentaskan asus virus Ebola dan Corona itu juga serius dilakukan oleh Philip Morris, perusahaan Rokok raksasa yang sudah mengambil alih 40 persen saham Medicago, perusahaan yang memakai tanaman tembakau untuk dibuat menjadi vaksin flu.
Seperti yang kita ketahui, selama ini rezim kesehatan dunia memainkan isu kesehatan sebagai dalih pengendalian tembakau melalui traktat FCTC. Maka semakin terang saja, isu kesehatan itu tak lain hanyalah modus alias topeng untuk memonopoli pasar produk tembakau.
Dampak dari dorongan FCTC itu sangat terasa bagi Industri Hasil tembakau di Indonesia, salah satunya melalui regulasi cukai yang akan terus naik dan sangat mengancam industri setiap tahunnya. Buktinya sejumlah perusahaan rokok raksasa sudah menampakkan upaya terselubungnya itu. Artinya, jika kemudian hari vaksin penangkal corona itu sukses dibuat dan dipasarkan, maka sekali lagi ini akan menjadi satu penemuan yang mencengangkan dunia.
Nah, perihal pemanfaatan tembakau untuk menangkal berbagai penyakit ini sebetulnya sudah lama diketahui. Mulai dari penyakit Parkinson, mempercepat penyembuhan serangan jantung dan stroke, mengurangi resiko penyakit “Susut Gusi” (Gingival recession), mencegah asma dan penyakit karena alergi, membunuh kuman penyebab Tuberculosis, mencegah kanker kulit, mengurangi resiko terkena kanker payudara, mengurangi radang usus besar, mengobati Down Syndrome, mencegah hipertensi di masa kehamilan, dan berbagai penyakit lainnya.
Kini tembakau menjadi satu-satunya elemen yang mulai dikembangkan sebagai antibodi buatan yang dapat menangkal virus corona. Pertanyaannya, kenapa perusahaan rokok di AS yang lebih dulu melakukan upaya percobaan untuk menghasilkan vaksin berbasis tembakau itu? Bahkan pemerintah AS memberi atensi terhadap proses yang dilakukan perusahaan rokok tersebut.
Sementara di Indonesia, pemerintah kita justru termakan oleh isu kesehatan yang dimainkan antirokok yang terus mendorong diratifikasinya FCTC. Jika traktat FCTC diratifikasi oleh pemerintah, maka akan banyak pabrik rokok yang mati. Selanjutnya kebayang kan, nasib pertembakauan kita bakal dikuasai oleh kepentingan pasar lain, tentu tidak lagi terserap sepenuhnya untuk kebutuhan industri rokok kretek di dalam negeri.
Jadi, buat apa panik oleh pemberitaan yang begitu gaduh dan lebay tentang corona. Asal kita tetap bisa menjaga pola hidup seimbang dan rajin menjaga kebersihan. Bukan mustahil, karena kepanikan yang berlebihan, tubuh menjadi rentan terserang penyakit. Apalagi cuaca saat ini sedang tidak bagus. Siasati fenomena itu dengan tenang, dan sebats.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024