Press ESC to close

Tembakau Temanggung Mulai Terdampak Pandemi

Tembakau selalu menjadi harapan besar bagi para petani Temanggung dari waktu ke waktu. Sebagai komoditas utama di lereng Gunung Sumbing-Sindoro, emas hijau ini telah memberi nilai pendapatan yang sangat diandalkan sebagian besar masyarakat. Bila musim sedang baik, untuk tembakau jenis srintil misalnya, bisa dihargai Rp 1 juta per kilogram oleh pabrikan. Nilai yang sangat menggembirakan tentunya bagi petani ketika hasil tanamnya dapat dihargai tinggi.

Namun, pada musim tanam tahun ini, wabah virus Corona telah membuat masyarakat terkungkung oleh keadaan yang serba riskan, ditambah lagi volume permintaan pabrikan menurun. Tak pelak memang, akibat pandemi ini orang-orang harus mengikuti pemabatasan yang berlaku demi mencegah bertambahnya korban dan meluasnya wabah. Berbagai aktivitas ekonomi menjadi terganggu, banyak sektor usaha pun terpukul akibat pandemi Covid-19. Tak terkecuali pabrik rokok.

Berdasar kabar yang dilansir sebuah laman berita, pada tahun ini volume permintaan pabrikan menurun sampai 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Ada dua pabrikan besar yang kerap melakukan pembelian di Temanggung, PT Djarum Kudus misalnya, yang biasanya menyerap lebih dari 3.500 ton, namun pada tahun ini tidak lebih dari besaran itu. Sementara PT Gudang Garam belum memberi kepastian terkait  kuota yang akan diserap. Informasi terkait menurunnya volume permintaan tembakau Temanggung sudah diketahu pihak Pemkab Temanggung.

Baca Juga:  Hari Terimakasih Tembakau Indonesia

Seperti yang kita ketahui, pada kondisi yang serba riskan karena wabah Corona, pemerintah provinsi dan daerah serta jajarannya tengah sibuk melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak sosial ekonomi akibat pandemi saat ini. Sebagai orang yang pernah beberapa kali ke Temanggung dalam ramgka mempelajarii kehidupan masyarakat petani, juga tentang budi daya tembakau.

Di Temanggung tidak sedikit juga masyakat yang ada pada golongan rentan secara ekonomi. Mereka umumnya hidup sebagai buruh tani di ladang tembakau. Menurunnya kuota permintaan pabrikan secara tak langsung akan turut berdampak ke golongan rentan ini. Selain pula golongan masyarakat lainnya.

Diharapkan Pemkab juga memberi perhatian serius terhadap mereka yang berada pada golongan rentan. Bukan hanya pada tataran retoris, artinya tak sekadar meminta petani untuk berhati-hati dalam menghadapi musim tembakau tahun ini dalam menjaga kualitas tembakau asli Temanggung, dan bukan sekadar menyampaikan larangan membeli tembakau luar daerah. Iya tentu saja anjuran itu sudah tepat, karena penekanan menyangkut posisi tawar tembakau petani Temanggung dengan pabrikan juga penting.

Baca Juga:  Upaya Phillip Morris Mendominasi Bisnis Tembakau Dunia

Berdasar yang saya ketahui, penekanan itu muncul lantaran adanya permainan pada tata niaga tembakau yang dilakukan segelintir oknum demi keuntungan sepihak. Iya gambaran semacam itu tidak hanya terjadi di Temanggung saja, contoh lain di Blitar khususnya pada tembakau Selopuro juga terjadi. Namun tak dipungkiri, kondisi musim tahun ini memang sedang tidak baik.

Pada bulan-bulan awal tanam ini petani pun sudah dapat menengarai segala kemungkinan terburuk. Artinya, bukan berarti pula masyarakat tani tidak menyiapkan beberapa antisipasi menghadapi masa pageblug. Mental masyarakat dan kearifan yang terbentuk secara turun-temurun telah membuat petani lebih punya sikap bijak dibanding masyarakat lain yang enggan belajar dari kehidupan riilnya.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah