Press ESC to close

Petani Tembakau Merana Akibat Kebijakan Pemerintah

Dampak kebijakan pemerintah dalam menaikan tarif cukai rokok secara progresif kini sudah mulai kelihatan nyata. Salah satunya adalah yang terjadi di Sumenep, satu pabrikan memutuskan untuk membeli tembakau di sana. Efek nyata dari peraturan yang dibuat dengan gegabah, satu per satu petani tembakau bertumbangan menghadapi krisis yang nyata di depan mata.

Jauh-jauh hari pemerintah sejatinya sudah diingatkan agar tak sembrono dalam menaikan tarif cukai rokok dengan besaran yang sangat signifikan. Pasalnya, bukan pertumbuhan ekonomi yang didapat dari kebijakan tersebut, melainkan hancurnya industri hasil tembakau yang selama ini memang menjadi salah satu penopang pembangunan Indonesia.

Prediksi tersebut pada akhirnya mulai nampak. Tahun ini, PT Bentoel Prima yang biasa membeli tembakau di sana memutuskan untuk tidak melakukan pembelian. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Sumenep, Arif Firmanto.

Arif menyebutkan pihak PT Bentoel Prima menyatakan mereka tak lagi membeli tembakau di daerah tersebut karena dampak kenaikan tarif cukai rokok. Wajar saja, pembelian lesu akibat harga rokok membumbung tinggi mengakibatkan industri juga harus melakukan segala cara agar produksi tetap berjalan.

Baca Juga:  Program DHBCHT Untuk Petani Tembakau

Maka sangat mungkin terjadi jika kondisi di Sumenep bisa akan terjadi di berbagai daerah di Indonesia akibat kebijakan pemerintah yang tak merakyat. Jika pembelian rokok lesu akibat tarif cukai yang tinggi maka sudah pasti IHT akan melakukan berbagai efisiensi. Mulai dari pembelian tembakau yang dibatasi, dan bisa jadi pengurangan karyawan dalam jumlah sangat besar.

Akibatnya, industri rokok di Indonesia menjadi lesu dan tak lagi mampu menjadi penopang pembangunan negeri ini. Tidak hanya itu, penghidupan jutaan orang yang bergantung pada IHT juga bakal terdampak. Tidak hanya mereka yang dipecat, tetapi petani tembakau bisa kehilangan pemasukan karena produknya tidak dibeli pabrik.

Jika itu benar-benar terjadi maka khasanah kelokalan kita tentu akan kian menghilang satu persatu. Tak ada yang menyangkal sejarah panjang pertanian tembakau dan juga perkebunan cengkeh di Indonesia. Sosial budaya yang terbentuk di sana begitu juga dengan ekosistem ekonomi yang terbangun dengan baik dari dinamika panjang yang hidup dari tembakau.

Apa itu yang diinginkan pemerintah?

Baca Juga:  Akrobat Bisnis Philip Morris International

Maka dengan demikian sudah saatnya pemerintah harus meninjau ulang kembali kebijakan tersebut. Apalagi kondisi ekonomi di Indonesia kini tengah tidak mengenakkan setelah diserang pandemi yang mengakibatkan banyaknya sektor ekonomi yang harus tutup. Segala kebijakan mengenai tembakau haruslah dibuat secara objektif dan bukan hanya berdasarkan kepentingan para antirokok semata.

Indi Hikami

Indi Hikami

TInggal di pinggiran Jakarta