Press ESC to close

Potensi Tembakau Gayo Menembus Pasar Internasional

Kenaikan tarif cukai rokok membuat para perokok lebih kreatif dalam mencari rokok murah. Salah satu tren yang sempat populer adalah konsumsi tingwe, alias linting dhewe. Merokok tingwe adalah mengisap rokok hasil lintingan sendiri, tetap dengan bahan baku tembakau. Salah satu tembakau yang populer di kalangan penikmat tingwe adalah tembakau gayo.

Di pasaran, tembakau gayo juga dikenal dengan istilah Bakong Gayo. Cita rasanya yang unik membuat jenis tembakau ini cukup diminati sejumlah kalangan. Warnanya hijau gelap serta rajangannya halus. Aroma dan rasa hisapannya sangat khas.

Tembakau hijau gayo jadi salah satu jenis tembakau yang digemari anak muda selain tembakau mole. Sesuai dengan namanya, tembakau ini berasal dari tanah rencong, Aceh. Selain karena aromatik, tembakau hijau ini juga disukai karena rajangannya halus, hingga turut mempengaruhi cita rasa dari tembakau itu sendiri. Jika rajangannya halus maka akan membuat rasa juga halus, demikian juga yang kasar. Walau, faktor lainnya turut memengaruhi seperti pemeraman tembakau.

Tampilan dan rasanya konon nyaris seperti ganja. Bisa jadi itulah alasan mengapa tembakau ini cukup digemari, terutama di kalangan anak muda. Tapi, kandungan zat di dalamnya jelas berbeda. Mengonsumsi tembakau gayo tidak akan mempengaruhi kesadaran penggunanya.

Baca Juga:  Lebaynya BPS Terhadap Rokok dan Beras

Sayang, meskipun digemari, komoditas tembakau hijau ini terbilang minim perhatian. Padahal, ditilik dari sejarahnya, tembakau—juga kopi—merupakan komoditi unggulan masyarakat Gayo sejak dahulu. Kabarnya, pelaku usaha sektor pertanian tembakau di sana hari ini sangat minim. Bukan karena para petani di sana yang enggan, melainkan karena mekanisme pasar.

Para petani di sana merasa kesulitan mendapatkan pasar. Alasan lainnya adalah karena minimnya fasilitas. Semua pengelolaan budidaya tembakau gayo masih menggunakan proses manual. Dukungan otoritas pemerintah jelas sangat dibutuhkan oleh mereka.

Tembakau gayo sangat potensial bagi perdagangan, tak hanya pasar lokal, tapi juga internasional. Olahan tembakau Indonesia memang cukup mendunia masyhurnya. Beberapa bahkan menjadi primadona di pasar tembakau dunia. Tembakau temanggung, dan cerutu Rizona olahan pabrik cerutu di Jember, adalah salah dua contoh produk Indonesia yang pernah merasakan masa jaya karena memiliki pasar setia di negara barat.

Karena aroma dan cita rasa yang unik, tembakau gayo juga bisa bersaing, tentunya. Peningkatan mutu dan kuantitas menuntut andil pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Pengembangan dan pelestarian budidayanya  harus diiringi dengan ketersediaan bibit dan fasilitas. Semua hal itu jelas membutuhkan dana, juga regulasi yang mendukung.

Baca Juga:  Perda KTR Kabupaten Bandung yang Diskriminatif dan Tidak Objektif

Selain itu, akses pasar bagi komoditi ini juga perlu dipermudah. Bayangkan, apabila tembakau gayo berhasil menyusul tembakau Temanggung dan cerutu Rizona, pemasukan negara akan turut terdongkrak. Sebagai konsekuensi logis, ekonomi masyarakat di Gayo pun akan ikut bergerak positif.

Harapan saya, suatu hari nanti kita bisa melihat Kim Jong Un berpose mengisap tingwe berbahan tembakau gayo. Semoga.

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)

Aris Perdana

Warganet biasa | @arisperd