Press ESC to close

Merokok Saat Berkendara Bukan Ciri Kepribadian Perokok Santun

Merokok memang dapat menjadi penawar kantuk dan dapat memicu semangat baru. Saya akui, saat merasa payah membawa sisa beban pekerjaan dan harus menempuh perjalanan pulang yang jauh. Belum lagi harus menanggung kemacetan bertubi-bertubi.

Dan kalau sudah begitu, pilihan yang masuk akal iya sebats. Jakarta kerap melatih kuli serabutan macam saya untuk selalu tabah dan tabah.

Mengisap rokok walaupun bukan tindakan ilegal, pada prinsipnya tetap harus mampu pula menghormati hak orang lain. Kesantunan dalam konteks merokok ini sederhana saja. Misalkan saat berkendara, usahakan untuk menepi dulu. Biasanya sih saya cari warung kecil pinggir jalan.

Bukan apa-apa, kita pasti ingin menikmati rokok dengan santai tanpa diganggu dan tidak ingin juga jadi mengusik hak orang lain. Bilamana aktivitas merokok kita lakukan di motor, tentu saja selain mengganggu fokus berpotensi pula mengganggu pengguna jalan lainnya.

Kesantunan adalah bahasa, pula mencerminkan kepribadian suatu bangsa. Sejak kecil orang tua kita pasti mengingatkan hal serupa. Jika hakmu berbenturan dengan hak orang lain maka ambillah garis toleransi. Yap. Untuk urusan sebats ini, apalagi saat sedang suntuk di jalan dan kepingin sebats, maka menepilah. 

Agar tak ada hak orang lain yang terusik, itu sih intinya. Tentu berlaku santun di sini adalah wujud sikap kita dalam bermasyarakat, kita sadar adanya faktor risiko dari produk yang kita konsumsi. Saya tidak keberatan, jika suatu kali ada pihak yang mengingatkan aktivitas merokok saya yang dianggap tak santun. Sekali lagi mengigatkan loh ya, bukan nyolot atas dasar kebencian terhadap perokok. 

Baca Juga:  Betul Serius Penerapan Perda KTR Depok?

Bagi saya wajar pula jika suatu waktu di jalan mendapati pihak-pihak tertentu melakukan peneguran ataupula sosialisasi terkait aktivitas pengendara yang merokok saat berkendara. Sebagai perokok, saya sendiri tidak dapat merasakan nikmatnya merokok saat di atas motor. 

Bukan hal baru, jika selama ini Komunitas Kretek juga menekankan kampanye perokok santun. Inti dari kampanye ini tentu untuk membuktikan bahwa kita perokok juga mampu menghargai hak masyarakat. Bagi saya tidaklah keliru juga jika ada pihak yang melakukan hal serupa, misalnya seperti yang dilakukan dinas perhubungan di Surabaya. 

Pada kesempatan itu Dishub Surabaya intinya menekankan sosialisasi untuk tidak merokok saat berkendara. Upaya ini tentu dapat dipandang cukup membantu isu kampanye kita. Maka terhatur rasa terimakasih atas upaya positif itu. Satu hal yang kita harapkan, jangan sampai upaya positif tersebut jadi tercemari kepentingan yang mendiskreditkan rokok maupun perokok.

Kita juga paham, di luar sana masih ada perokok yang berlaku sembarang ataupula ngeyel terkait itikad baik dalam mengonsumsi rokok. Tak perlu heran, jika berulang melalui kanal ini kampanye perokok santun kerap menghiasi rubrik dan medsos Komunitas Kretek.

Baca Juga:  Tulus Abadi dan Kebenciannya yang Abadi Pada Konsumen Rokok

Oiya satu lagi, sikap kesantunan ini mestinya berlaku juga saat kita jadi penumpang Ojol. Meski bukan kita yang mengendarai motor, merokok saat di bonceng pun memiliki potensi yang merugikan pengguna jalan lainnya. Tidaklah keliru jika driver Ojol turut mengingatkan, agar kita terhindar dari kemungkinan buruk yang tidak kita inginkan. 

Jika kerjasama yang baik ini bisa dipahami secara arif oleh para pihak. Sehingga tak ada lagi perokok yang berlaku serampangan, setidaknya kita sudah turut mengurangi potensi ‘dosa’ yang ditanggung antirokok, tahu sendiri kan, kadang antirokok tuh suka nyolot perihal kesenangan sebats kita. Heuh~

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah