Press ESC to close

Panen Tembakau Sukapura di Masa Kenormalan Baru

Di masa kenormalan baru seperti sekarang, salah satu beban yang dirasakan petani tembakau masih sama. Di antaranya memikirkan seberapa besar hasil panen tembakau yang akan terserap. Bahkan tanpa istilah kenormalan baru yang didorong oleh kondisi pandemi, persoalan ekonomi senantiasa menjadi perhatian.

Kondisi kenaikan tarif cukai yang tinggi telah membuat pabrikan berpikir untuk mengurangi serapan. Harapan petani tak hanya soal seberapa banyak hasil panen tembakau terserap, namun juga ada harapan lebih luas bagi masyarakat pertembakauan. Yakni kembali normalnya kondisi ekonomi. 

Petani sebagai soko guru bangsa dapat menjadi sumber inspirasi kita dalam memaknai optimisme hidup di masa pandemi. Kesadaran dalam berkarib-karib dengan segala cuaca, membaca musim dan merawat segala yang tumbuh, itulah etos petani. 

Seperti halnya petani tembakau di Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur. Hasil tanam tembakau mereka kini sudah mulai menampakkan hasil. Walau panen tembakau yang dihasilkan terbilang belum sepenuhnya merata. Realisasi hingga akhir Juni sekitar 5 hektare sudah mulai panen.

Diinfokan pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) rencana luas areal tanam tembakau di Kabupaten Probolinggo tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, seluas 10.774 hektare. Diketahui lagi sebagian besar petani di daerah tersebut melakukan awal tanam pada kemarau Juni ini. 

Baca Juga:  Tarif Cukai Rokok Tidak Naik: Strategi Kampanye Jokowi?

Seperti yang juga kita ketahui, kondisi pergeseran musim dan faktor cuaca menjadi sangat penting bagi pertumbuhan tembakau. Panen tembakau di Sukapura kali ini terbilang menjadi kabar baik bagi petani. Diakui oleh pihak DKPP, bahwa hasil panen kali ini bagus. Sebagian besar petani di 7 wilayah kecamatan sudah menjawab harapan petani.

Hal ini bisa kita maknai adanya secercah sinar kebahagian di wajah ekonomi masyarakat. Meski persoalan pandemi sejatinya belum sepenuhnya teratasi. Terpukulnya sejumlah sektor usaha akibat pandemi memang suatu kenyataan yang berdampak langsung bagi sebagian besar masyarakat.

Apalagi jika kita mengingat persoalan tingginya cukai yang menjadi beban pula bagi sektor industri rokok. Dimana pihak pabrikan pada akhirnya harus pula behitung lebih ketat menyoal kebutuhan tembakau yang harus mereka beli. 

Namun, sebagai perokok, mengetahui kabar baik dari panen tembakau di Sukapura setidaknya memberi pengaruh. Bahwa masih ada rantai kehidupan ekonomi yang terus bergerak, di masa kernomalan baru ini kita bisa belajar merefleksikan diri. Untuk sekiranya lebih mawas pula tak mudah patah dalam menghadapi fase krisis yang ditimbulkan.

Baca Juga:  Ikuti Aturan PPKM, Pabrik Rokok Batasi Jumlah Pekerja

Sekali lagi, dari kehidupan petani tembakau kita bisa menelaah lagi bahwa sektor pertembakauan ini masihlah menjadi andalan bagi negara. Salah satu komoditas pertanian yang kita ketahui kerap mendapat tekanan dari isu kesehatan. Ada paradoks yang terus saja terasa membelah masyarakat. 

Namun, optimisme kita terhadap komoditas tembakau sebagai sumber penghasilan masyarakat masih terjaga. Maka para pihak pemangku kebijakan harus lebih peduli dengan memberi jaminan perlindungan, agar tak melulu membuat petani dan tembakau mengalami perundungan yang membuat sektor (ekonomi-budaya) ini jadi mati.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah