Search
corona dan rokok

Dampak Merokok; Menyebabkan Kemiskinan Hingga Jadi Media Penularan COVID-19

“Dampak merokok itu ngeri. Bisa menyebabkan berbagai penyakit. Bahkan bisa berakibat kematian. Jadi, jangan coba-coba merokok. Bagi yang terlanjur jadi perokok, segera berhenti.”

Kira-kira begitulah narasi soal rokok dan aktivitas merokok yang banyak beredar di berbagai media dan internet. Penyakit mengerikan juga kematian, bagaimana pun caranya, harus disebut sebagai dampak merokok. Seabsurd apa pun narasinya, pokoknya harus dikaitkan.

Beberapa media memang terang-terangan mempunyai agenda setting untuk mematikan industri rokok, atau setidaknya menjadi corong bagi kelompok antirokok. Jadi, isu-isu aneh yang mengemuka dengan tujuan mendiskreditkan rokok juga perokok, adalah hal yang lazim. Betapa pun anehnya.

Suatu waktu ada yang menyebut rokok jadi biang keladi kemiskinan. Lain waktu, ada yang membangun narasi bahwa asal usul tembakau merupakan air kencing iblis yang jatuh ke bumi. Di kesempatan lain, ada yang menyebut rokok haram karena filternya mengandung darah babi.

Sulit menemukan jenis logika yang bisa mengantarkan isu-isu tersebut masuk sampai ke akal kita. Tapi, ya, kembali lagi, semuanya agenda setting. Bagaimana pun caranya, publik harus dicekoki dengan beragam hal goblok mengerikan agar percaya bahwa dampak merokok itu juga mengerikan.

Baca Juga:  Rokok Menyehatkan, Apa Mungkin?

Terbaru, beredar kabar bahwa rokok bisa jadi transmisi penularan COVID-19. Maksudnya, virus corona bisa menyebar lewat rokok. Narasi ini jelas dibangun oleh rezim kesehatan–kelompok antagonis yang setia mengampanyekan bahaya rokok.

Kok bisa rokok jadi transmisi penularan virus corona? Bagaimana caranya? Jawabannya, karena perokok sering memegang rokok kemudian menyentuh mulut secara berulang. Sudah. Sesederhana itu.

Bagaimana, puas dengan penjelasannya?

Ya, begitulah. Pokoknya rokok berbahaya. Kebetulan sedang pandemi COVID-19, variabel bahaya rokok jadi bertambah. COVID-19 harus masuk ke dalam daftar dampak merokok. Sebelumnya, sahabat rokok, yakni korek sudah lebih dulu jadi terdakwa transmisi penyebaran virus corona.

Padahal, tak perlu merokok pun kalau tangan kita kotor ya tetap berpotensi terpapar virus. Kita makan pakai tangan. Minum juga pakai tangan. Kita bersin menutup pakai tangan. Kita memegang masker pakai tangan.

Oiya, hampir lupa, ngupil juga pakai tangan. Korek gigi habis makan sate kambing juga pakai tangan. Intinya, sebisa mungkin tangan kita harus selalu bersih, agar semua aktivitas yang melibatkan tangan, mulut dan hidung bisa aman. Kenapa malah nyalahin rokok?

Baca Juga:  Lima Alasan Menolak FCTC

Rokok memang barang yang punya faktor risiko. Maka dari itu konsumennya dibatasi oleh regulasi. Hanya mereka yang sudah berusia di atas 18 tahun yang boleh merokok. Alias hanya orang dewasa. Orang dewasa sudah paham dengan faktor risiko.

Lagipun, rokok adalah barang legal. Peredarannya diregulasi, bahkan negara menerima manfaat materil dari eksistensi rokok dalam bentuk pajak dan cukai. Jadi, merokok bukan tindak kriminal. Sah-sah saja. Kalau gak suka rokok, ya jangan merokok. Kenapa harus mengaitkan rokok dengan isu yang absurd?

Oiya, lupa. Pokoknya rokok berbahaya. Betapa pun absurdnya.

Aris Perdana
Latest posts by Aris Perdana (see all)