Press ESC to close

Anak Merokok, Kuncinya Edukasi Bukan Ditakut-takuti

Sejatinya perkembangan perilaku anak di bawah umur  tak lepas dari pengawasan dan arahan orang tua. Munculnya fenomena anak merokok umumnya disebabkan oleh lemah atau tiadanya dua faktor tersebut.

Mereka yang belum cukup umur ini umumnya memiliki rasa penasaran yang tinggi. Selalu saja ada hal-hal yang mendorong mereka untuk ingin tahu lantas coba-coba. Kegemaran mereka meniru perilaku orang dewasa membuat kita kadang harus lebih cermat lagi.

Salah satunya adalah soal aktivitas merokok kita sehari-hari. Dimungkinkan sekali untuk mereka tiru lantaran ada citra yang menantang rasa penasaran anak. Untuk hal ini, kita sebagai orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk memberi pemahaman kepada mereka terkait aktivitas merokok kita.

Prinsipnya adalah untuk menegaskan, bahwa rokok ini salah satu produk konsumsi yang juga memiliki faktor risiko. Dalam mengonsumsinya haruslah disertai tanggung jawab, karena produk legal ini berpotensi menimbulkan gangguan bagi orang lain.

Jika suatu ketika kedapatan anak merokok, sebagai orang tua, saya menilai ini mesti ada yang keliru dari edukasi dan pola pengawasan saya. Bukan apa-apa, pola pengawasan dan edukasi yang tidak tepat berpotensi betul menjerumuskan anak ke hal-hal yang tidak kita harapkan.

Baca Juga:  Mengapa Kabupaten Berau Layak Dijadikan Contoh Penanganan Perda KTR?

Misalnya seperti yang kerap dianjurkan para pembenci rokok ialah dengan menakut-nakuti anak, menghubungkan rokok dengan semua penyakit yang mengerikan. Konyolnya lagi, mengait-ngaitkannya dengan agama dan punishment anak boleh jadi skeptis menyikapi itu, bahkan sangat mungkin mendorong jiwa rebel-nya.

Untuk itu tentu kepada para pihak yang memiliki rasa tanggung jawab, mestinya lebih mengutamakan edukasi serta pola pengawasan yang tepat. Bukan dengan cara yang mengada-ada, bahkan menakut-nakutinya. Itu konyol.
Bahkan kelirunya lagi kalau perkara merokok ini dikaitkan dengan persoalan stunting.

Penyakit yang sejak dulu juga sudah ada, sependek pengetahuan saya, stunting ini terjadi akibat asupan gizi yang tidak seimbang kepada anak. Bukan melulu rokok.

Kita sepakat dengan himbauan Bapak Menko PMK, Muhadjir, pada suatu kesempatan lalu. Ia menghimbau agar perokok tidak merokok di dekat anak. Tentu saja himbauan ini sebangun dengan semangat Komunitas Kretek selama ini dalam menyuarakan isu perokok santun.

Artinya, dengan berlaku santun ini niscaya akan menjadi teladan bagi mereka. Tanpa harus berlaku absurd, menanamkan gambaran mengerikan tentang rokok. Tidak adil pastinya, kalau kita saja tidak suka ditakut-takuti orang lain, lantas kepada anak malah melakukan hal yang tidak kita suka.

Baca Juga:  Sri Mulyani Bocor, Main ‘Drama Terus’ Menyoal Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Upaya menjadi perokok santun ini kita mulai dari lingkup rumah, bilamana ada ibu hamil dan anak kecil, upayakan untuk tidak merokok di dekat mereka. Sebagaimana kita ketahui, mereka adalah golongan rentan yang patut kita lindungi. Sekali lagi, patut kita lindungi, bukan ditakut-takuti.

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah