Press ESC to close

Wafatnya Dalang Kondang Tak Luput dari Anasir Kampanye Antirokok

Wafatnya dalang kondang Ki Seno dalam pemberitaan media telah menjadi kabar duka bagi kita semua. Berpulangnya sosok seniman ini ternyata tak luput pula dari anasir kampanye antirokok. Ada saja media yang melempar spekulasi ke publik untuk mendiskreditkan kebiasaan merokok seseorang.

Cara-cara semacam ini memang bukan hal baru, pernah terjadi pula pada istri mendiang Indro Warkop, pelawak Gogon, bahkan kematian istri mantan presiden SBY pun sempat dikait-kaitkan dengan rokok. Secara umum, mungkin akan dianggap wajar-wajar saja pemberitaan semacam itu.

Menyusupnya kampanye antirokok melalui pemberitaan media, mungkin bagi sebagian masyarakat bukan suatu hal mengejutkan. Namun, jika kita telisik lebih dalam, upaya mem-framing kematian tokoh yang dikaitkan dengan rokok adalah bentuk politisasi media yang tak beretika.

Artinya, cara semacam itu sama halnya mengambil keuntungan dari popularitas sosok publik tersebut. Demi target apa kalau bukan untuk mendulang klik. Publik seakan digiring untuk menilai rokok sebagai satu-satunya produk yang harus dimusuhi. Layak disalahkan, ujung-ujungnya publik dibayangi kengerian terhadap produk legal tersebut.

Pihak antirokok iya bisa saja berkelit dengan dalil membuat awareness pada publik untuk mewaspadai bahaya penyakit yang mengintai. Namun, jika itu semata-mata ditujukan kepada kebiasaan merokok, seakan menihilkan andil takdir ataupula faktor lainnya.

Baca Juga:  Hegemoni Antirokok di Indonesia, Terasa Sangat Fasis!

Entah logika apa yang menjadi pembenaran untuk menyisipkan diksi rokok sebagai bagian dari spekulasi penyebab kematian seseorang. Publik seperti diperangkap untuk memaknai rokok sebagai produk yang berkontribusi pada kematian seseorang.

Padahal nih ya, kalau kita bicara kematian, tidak sedikit yang bukan perokok meninggal di usia yang terbilang muda. Tidak jarang orang yang diketahui publik sehat-sehat saja, tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia. Kenapa perihal tokoh yang punya kebiasaan merokok jadi pemberitaan yang kontraproduktif di masyarakat?

Siapapun orangnya pasti jengah, bahkan bisa tidak terima dengan pemberitaan tentang kematian orang yang dihormatinya dikaitkan dengan rokok. Lepas dari perkara ini, menyoal penyakit dan kesehatan publik banyak faktor yang bisa dibahas lebih objektif. Bukan melulu rokok.

Jika memang itu dilakukan semata-mata demi mendulang keuntungan tertentu, betapa bedebahnya media. Konyol kata, apa sih yang membanggakan dari menjual isu kematian seseorang? Barangkali karena tidak sedikit juga warganet yang gemar menikmati isu-isu kontroversial. Semacam ada rasa penasaran yang belum tuntas terkait produk kontorversi rokok.

Baca Juga:  Merokok adalah Hak Konstitusioanal

Iya, rokok telah menjadi produk kontroversi di pelbagai pemberitaan. Cara-cara media memanfaatkan kontroversi ini hanya untuk menebalkan stigma perokok. Sebagaimana yang seringkali menjadi sorotan, bahwa perokok itu pesakitan, dan segala hal buruk lainnya. Bukankah cara-cara media dan kampanye antirokok yang memanfaatkan isu wafatnya tokoh publik demi menebalkan stigma terhadap perokok ini lebih busuk?

Sebagai penutup, tak banyak yang dapat kita haturkan selain doa terbaik atas wafatnya Ki Seno Nugroho. Beliau orang baik, maka tempat terbaik untuk beliau atas amal ibadahnya untuk kelestarian budaya di negeri tercinta ini.

Sumber gambar: Radar Jogja

Jibal Windiaz

anak kampung sebelah