Search

Busuknya Propaganda Media tentang Bahaya Rokok

Media di Indonesia memang berengsek, dan banyak berita atau artikel mereka yang tak perlu kita percaya. Sebagai contoh, kita bisa melihat betapa ketidakpekaan mereka terhadap kecelakaan pesawat dengan menulis berita yang clickbait tanpa memperhatikan perasaan keluarga korban. Pun dalam kasus tentang bahaya rokok, propaganda media tentang ini sudah masuk ke level yang busuk.

Pada banyak kasus, media menjustifikasi seakan hampir seluruh penyakit disebabkan oleh rokok. Sementara, jika mau dilihat secara detail, presentase perokok yang terkena penyakit ala propaganda media tersebut tidaklah besar. Pun jika mau adil, ada begitu banyak juga orang tak merokok terkena penyakit serupa. Pertanyaannya, kenapa media begitu barbar?

Pertama, disebabkan oleh klik. Ketakutan yang disebabkan kampanye antirokok di beragam medium membuat masyarakat termakan dan sebagian perokok takut. Ya susah juga buat ngga takut, ancamannya mati dan hal-hal mengerikan lain. Meski kemudian banyak juga yang merasa bodo amat dan tidak peduli dengan ketakutan tersebut.

Satu hal yang perokok pahami adalah rokok memang memiliki faktor risiko tertentu. Namun, faktor risiko itu juga berada pada beragam bahan konsumsi lain. Bukan hanya rokok. Dan yang paling penting, rokok bukanlah faktor tunggal dan menjadi penyebab utama dari penyakit-penyakit tersebut.

Baca Juga:  Tembakau Mulai Tidak Terserap Meski Tarif Cukai Belum Naik

Dua hari lalu, saya melihat berita di Okezone dengan judul ‘Anda Rajin Merokok? Selamat Kebutaan dan Impotensi di Depan Mata’. Mau dilihat sekilas atau berulang kali,  ini jelas mendiskreditkan perokok. Seakan karena merokok, kita bakal dipastikan mengalami kebutaan dan impotensi. Sial, Okezone pikir Bu Mega itu anak siapa?

Banyak sekali kampanye bahaya rokok yang disebut memiliki faktor risiko terhadap impotensi. Tapi perlu diingat jika ada berapa teman kalian yang merokok dan memiliki anak? Apakah mereka tidak impoten? Kenapa tidak impoten? Ya karena memang impotensi tidak melulu disebabkan rokok. Kalau memang benar menyebabkan impotensi, ya kan ngga mungkin Bung Karno atau Pram punya keturunan.

Anggapan seperti ini memang lahir karena pekerjaan kampanye antirokok yang dibarengi berita busuk dari media seperti Okezone. Kalau pun benar ada risiko, harusnya itu yang dibahas. Sementara kebanyakan berita justru menuliskan bahwa rokok menyebabkan itu, tanpa menjelaskan itu hanya faktor risiko. Bisa terjadi juga bisa tidak, seperti yang terjadi pada banyak perokok.

Baca Juga:  Membantah Rokok sebagai Penyebab Kemiskinan

Keberadaan media yang harusnya membawa pencerahan, pada konteks ini, justru membawa hasutan yang belum tentu benar. Ingat, media itu harusnya cover both side, dan berita-berita yang ditampilkan tentang bahaya rokok ini memang tidak banyak menerapkan prinsip jurnalisme seperti itu. Selama bisa dapat klik dan sesuai kepentingan, semua bisa diatur.

Harusnya, jika memang media bersepakat mau berkampanye tentang bahaya rokok, dorongan yang dialamatkan pada rokok adalah bukan hanya agar tidak dikonsumsi, tetapi juga tidak diproduksi di Indonesia. Kalau sekadar menakuti, itu bukan upaya melindungi publik dari rokok namanya. Ya apa pun itu, toh busuknya media ini mereka berkampanye seperti ini tapi masih nerima iklan rokok.

Aditia Purnomo